Mengagumi Hanya Karena Allah

Dewasa ini, saya melihat banyak orang yang tidak tepat dalam menyalurkan rasa kagumnya. Terutama kaum muslim, yang lebih utamanya lagi remaja dan pemuda-pemudi muslim.
Mereka mengagumi hal-hal yang mubah, bahkan dilarang oleh islam. Mereka lebih mengagumi tokoh politik, penyanyi, artis, selebritis, rock n roll. Tapi pada orang yang pandai mengaji?Kayaknya mereka anggap kolot.
Mereka lebih memahami para selebritis, sampai-sampai mungkin beranjak pada takdis. Bahkan ketika orang yang dikaguminya telah melakukan maksiat pun rasa kagumnya tak pernah luntur.
Lebih dari itu, mereka pun bahkan lebih mengagumi orang kafir daripada manusia mulia, Rasulullah Muhammad shallallohu ‘alaihi wassalam.
Selain itu, mereka yang katanya intelektual pun lebih mengagumi pemikiran barat, pemikiran asing di luar islam dibandingkan pemikiran atau tsaqofah islam. Mereka lebih meyakini sistem lain dan meragukan sistem islam.
Saya jadi teringat pada sebuah hadits yang bunyinya
Diriwayatkan Anas, Rasulullah saw bersabda, “Di akhirat kelak kita akan bersama orang yang kita cintai”. (H.R. Ahmad)
Bisa terbayangkan oleh kita, jika seorang muslim kagum dan akhirnya mencintai orang kafir, maka bisa dipastikan kita diakhirat kelak pun bersama dengan orang kafir itu.
Kalau orang kafir itu, dia masuk surga atau neraka ya? Ya karena dia tidak beriman kepada Allah, maka dapat dipastikan dia tak kan masuk surga, alias akan masuk neraka. Mau masuk neraka? Na’udzu billahimindzalik.
Seharusnya, sebagai seorang muslim kita hanya boleh mengagumi terhadap sesuatu yang baik menurut Allah.
Tentu saja kita harus tahu terhadap apa-apa saja yang baik dan mana yang buruk menurut Allah. Itu artinya kita mesti semakin banyak mengetahui ilmu Allah, harus banyak mengkaji islam kembali.
Dan jika pun kita sekarang telah banyak mengagumi seseorang karena hal yang baik menurut Allah, itu artinya kita masih harus perlu belajar dan belajar terus.
Mengapa? Karena, seperti yang saya ungkapkan di atas, biasanya seseorang merasa kagum pada orang lain terhadap sesuatu yang dia tak bisa melakukannya.
Alihkan kekaguman dan kecintaan kita kepada orang shalih, ustad-ustadzah, ulama, sahabat Nabi, dan Rasullah saw. Sehingga kita dapat mencontoh amal ibadah untuk mendapat surga di akhirat kelak.
 
Wallahu’alam bisshawab
Sumber : Blog, Tresna Mustikasari

Kesempurnaan Ibadah Shalat

Shalat adalah komunikasi dan munajat (permohonan) seorang hamba kepada Allah. Diperlukan persiapan hati dan tata cara yang baik agar shalat bisa menjadi komunikasi dan munajat yg optimal kepada Allah.
Selain mempersiapkam dengan bersegera menjalankan shalat ketika sudah masuk waktunya. Maka dilanjutkan dengan wudhu yang terbaik sehingga menghadap Allah dengan suci dan juga harum, karena sunah memakai parfum.
Hal terpenting dalam shalat agar khusyu adalah tuma’ninah yaitu melakukan gerakan shalat sampai seluruh anggota badan menempati posisinya seperti yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah
“Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat Al Quran yang mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan tuma’ninah, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud dengan tuma’ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar duduk dengan tuma’ninah, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukan seperti itu pada seluruh shalatmu” (HR Bukhari 757 dan Muslim 397 dari sahabat Abu Hurairah)
Rasulullah memberikan contoh shalat yang tidak tuma’ninah dan dapat membahayakan bagi pelakunya.
Abu Abdillah Al-Asy’ari berkata: “(suatu ketika) Rasulullah shalat bersama sahabatnya kemudian beliau duduk bersama sekelompok dari mereka. Tiba-tiba seorang laki-laki masuk dan berdiri menunaikan shalat. Orang itu ruku’ lalu sujud dengan cara mematuk (shalatnya cepat sekali -red)
Maka Rasulullah bersabda : “Apakah kalian menyaksikan orang ini? Barang siapa meninggal dalam keadaan seperti ini (shalatnya), maka dia meninggal dalam keadaan di luar agama Muhammad. Ia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah.
Sesungguhnya perumpamaan orang yang shalat dan mematuk dalam sujudnya bagaikan orang lapar yang tidak makan kecuali sebutir atau dua butir kurma, bagaimana ia bisa merasa cukup (kenyang) dengannya” (HR. Ibnu Khuzaimah 1/ 332)
Bila kita tuma’ninah dalam shalat maka Allah akan menghapus doa-doa kita bagaikan orang yang mandi bersih sebanyak lima kali dalam sehari.
Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?”
Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika shalat sudah dilakukan dengan benar dan khusyu’,  maka akan menghasilkan perilaku yang baik, jauh dari maksiat dan selalu mengajak kepada kebaikan.
Allah berfirman dalam surat Al Ankabut ayat 45, bahwa shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Kemudian dalam Al Baqarah ayat 45, disebutkan bahwa sabar dan shalat sarana untuk memohon pertolongam Allah dengan syarat dilakukan dengan khusyu’.
Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba yang khusyu’ dalam shalat. Sehingga menambah keimanan dan ketaqwaan, serta semakin bagus akhlaq kita kepada siapapun. Aamiin
 
Salam santun
Spirit Kehidupan
Ustad Herman Budianto

Lelaki Ahli Surga

Ketika sedang bersama beberapa sahabat, tiba-tiba Nabi SAW berkata, “Sebentar lagi akan lewat di depan kalian, seorang lelaki Ahli Surga.”
Tak lama kemudian lewat seorang lelaki Anshar yang jenggotnya masih basah oleh air wudhu sambil menenteng sandalnya. Esok harinya Rasullullah SAW mengatakan hal yang sama dan kemudian lewatlah lelaki tersebut. Begitupun pada hari ketiganya, kejadian yang sama berulang, Nabi menyabdakan, dan lelaki itu yang lewat.
Setelah Nabi SAW beranjak pergi, Abdullah bin Umar RA mengikuti lelaki tersebut. dan bersiasat untuk bisa mengetahui amalannya sehingga Nabi SAW menyebutnya Ahli Surga hingga tiga hari berturut-turut.
Abdullah bin Umar bertamu pada lelaki itu dan berkata, “Aku telah membuat ayahku marah, dan aku bersumpah untuk tidak menemuinya selama tiga hari. Jika engkau membolehkan, aku ingin tinggal bersamamu dalam tiga hari ini kemanapun engkau pergi, aku akan mengikutimu.”
Lelaki Anshar tersebut tidak keberatan dengan permintaannya, maka tinggallah Ibnu Umar di rumah lelaki tsb. selama tiga hari. Anehnya ia tidak melihat lelaki itu melakukan shalat malam, kecuali jika ia berpindah dari suatu tempat atau dari tempat tidurnya, ia selalu menyebut asma Allah, hingga bangun menjelang waktu shalat subuh. Memang tidak ada yang keluar dari mulutnya kecuali ucapan yang baik.
Sampai berakhirnya tiga hari, Abdullah bin Umar tidak melihat sesuatu yang istimewa yang diamalkannya, bahkan hampir saja ia meremehkannya.
Kemudian Ibnu Umar berkata kepadanya, “Wahai Hamba Allah, sesungguhnya aku tidak punya masalah dengan ayahku, Umar, dan tidak pula ia mengusirku. Tetapi aku mendengar Rasullullah SAW bersabda dalam tiga hari ‘Akan lewat di depan kalian seorang ahli surga’ dan engkau yang muncul dalam tiga hari itu. Karenanya aku ingin melihat amalan apa yang engkau lakukan sehingga engkau mencapai derajat yang disabdakan Nabi SAW itu. Hanya saja dalam tiga hari ini aku belum melihat amalanmu tersebut.”
Lelaki Anshar itu berkata, “Tidak ada yang istimewa, hanya saja aku tidak pernah memendam perasaan jelek pada saudara sesama Islam, dan tidak juga aku mendengki atas kurnia Allah yang diberikan kepadanya.” Subhanallah….!
“Rupanya, itulah kebaikan yang mengantarkanmu menjadi ahli surga,” kata Abdullah bin Umar.

6 Perkara yang Allah Sembunyikan

Allah selalu memiliki rencana baik bagi makhluk-makhluknya. Namun kadang kala kita sebagai makhluknya kurang peka dan tidak mengerti terhadap rencana baik yang Allah sembunyikan dalam setiap sendi kehidupan kita itu.
Tentang nasib, kaya dan miskin, mungkin masih banyak di antara kita yang mengumpat dengan mengatakan Allah tidak adil. Padahal dalam salah satu 99 asmanya terdapat satu nama yang menegaskan Allah maha adil.
Nah, berikut adalah 6 perkara yang Allah sembunyikan di dalam 6 perkara lain:
Umar ra. Berkata, “sesungguhnya Allah Ta’ala menyembunyikan 6 perkara di dalam 6 perkara yang lain, yaitu:

  1. Allah menyembunyikan keridhoan-Nya di dalam taat kepada-Nya.
  2. Allah menyembunyikan kemarahan-Nya di dalam maksiat kepada-Nya.
  3. Allah menyembunyikan lailatulqadar di dalam bulan Ramadhan.
  4. Allah menyembunyikan wali di tengah-tengah manusia.
  5. Allah menyembunyikan kematian di dalam umur.
  6. Allah menyembunyikan shalat yang paling utama di dalam shalat 5 waktu.

Allah merahasiakan 6 perkara di dalam 6 perkara tersebut maksudnya agar kita:

  • Sungguh-sungguh dalam melaksanakan ta’at
  • Betul-betul menjauhi maksiat
  • Sungguh-sungguh menyambut lailatul qadar
  • Menghormati setiap orang
  • Selalu menyiapkan diri untuk mati
  • Giat mengerjakan shalat.

Sumber: Nashaihul Ibad/ Karya Ibnu Hajar Al-Asqolani/ Penerbit Pustaka Amani

Nikmati Takdirmu

Salah satu sumber kebahagiaan itu adalah menerima takdir yang digariskan oleh Allah dengan ikhlas. Sekaligus menikmatinya dengan lapang dada. Kesempitan dan rasa gelisah bisa saja mencul karena kita tidak terima dengan apa yang terjadi pada diri kita.
Supaya kita bisa menikmati takdir, kita harus melihat orang-orang yang kurang beruntung dibanding kita. Atau kita jangan langsung menganggap orang lain beruntung, padahal bisa jadi orang lain yang kita anggap beruntung tidak merasa bahagia sama sekali. Jangan pernah iri dengan kehidupan orang lain, bisa jadi orang yang kita iri kepadanya, dia pun iri dengan kehidupan kita. Siapa yang tahu.
Kita bisa mengambil pelajaran dari kehidupan sekitar.
Ada yang takdirnya usia 21 tahun sudah menikah, tapi harus menunggu 11 tahun untuk mendapatkan anak. Sementara yang lain harus bersabar menahan gunjingan karena lama mendapatkan jodoh. Kemudian baru menikah di usia kepala tiga, tapi Allah langsung memberinya momongan dan tidak perlu menunggu bertahun-tahun.
Ada yang kaya raya dan sukses di usia muda, tapi meninggal di usia kepala empat, sementara yang lain harus bercucuran keringat dan air mata hingga usia 40 tahun, tapi manfaatnya terasa bagi dirinya dan bagi orang-orang sekitar hingga menjelang usia 80 tahun.
Maka dari itu, nikmatilah takdir kita.
Tidak perlu galau dengan pencapaian orang lain. Takdir kita dengan mereka tidaklah sama.
Ada yang takdirnya berjuang hidup dari sakit yang dideritanya. Sehingga hidupnya tidak lepas dari dokter, rumah sakit dan jarum suntik. Namun ia tak pernah lepas dari dzikir sepanjang hidupnya karena selalu dibayang-bayangi kematian.
Sementara kawannya yang sehat wal afiyat sibuk hura-hura dengan kehidupannya, tanpa terbebani rasa sakit justru dijemput malaikat maut terlebih dahulu.
Maka dari itu, nikmatilah hidup kita.
Ada sebagian orang yang beruntung menikmati takdirnya dengan ikhlas, menikmati setiap perjuangan, mengubur jauh-jauh iri dan dengki dan meluaskan kesabaran tanpa batas. Dan tak lupa memohon pertolongan kepada Alloh akan kebaikan di akhir kehidupan.
Sementara sebagian lain sibuk membanding-bandingkan takdirnya dengan takdir orang lain. Kadang menggugat Robb yang mengguratkan takdir tersebut, ”Ya Allah kenapa aku yang harus mengalaminya? Ya Allah, aku sudah tidak kuat, harus sampai kapan aku menanggungnya?”
Kita termasuk yang mana?
 
Sumber: Ummi

Sya'ban, Laporan Tahunan Amal Manusia

Pada akhir bulan bagi para pekerja biasanya sibuk membuat laporan kegiatan, berharap semua target pekerjaan dapat dilaksanakan dengan hasil terbaik.
Bagaimana halnya dengan amal manusia? Maka laporan akhir tahunan manusia kepada Allah adalah pada bulan Sya’ban sesuai dengan hadits.
Dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya, “Wahai Rasulullah saw, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban.”
Rasul saw bersabda, “Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa.” (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)
Hadits ini menjelaskan bahwa amal manusia akan dilaporkan kepada Allah pada bulan Sya’ban. Tentu kita ingin amal kita dilaporkan dengan kondisi terbaik, bukan dengan kondisi sebaliknya.
Untuk mari pada bulan Sya’ban ini kita siapkan akhir amal tahunan kita dengan sebaiknya-baiknya. Banyak amal sunah bisa kita lakukan seperti memperbanyak sholat sunah rawatib, tahajud, dhuha, puasa sunah, dzikir, membaca al Quran, shadaqah, ikut kajian ilmu dll.
Secara khusus puasa sunah menempati posisi amal yang terbaik seperti yang disebutkan dalam hadits diatas dan juga hadits dibawah ini.
” Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban. (HR Muslim).
Masya Allah mari kita hiasi bulan Sya’ban ini dengan keindahan ibadah, mari bersihkan diri dari noda-noda dosa, kita tambal kekurangan anal sholeh dengan perbanyak amal sholeh.
Semoga Allah mengumpulkan kita bersama dengan para kekasih Nya yaitu para Rosul, shiddiqin, ulama dan para syuhada Aamiin allahumma aamiin.
Salam santun
Herman Budianto

X