Menghafal Al Quran Itu Mudah (1)

Oleh : Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc, Al Hafidz
 
Berbicara tentang menghafal Al Qur’an merupakan tema yang sangat dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya karena sangat terkait dengan bagaimana kita memiliki hubungan yang akrab dengan Al Qur’an. Mereka yang akan ditolong oleh Al Qur’an adalah yang berstatus shahibul Qur’an.
Rasulullah saw bersabda “Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang bersahabat dengannya” (HR. Muslim).
Di dalam hadits diatas disebutkan bahwa yang mendapat pertolongan di hari akhir nanti adalah para sahabat Al Qur’an, bukan pembacanya, karena kalau pembacanya mungkin sekali atau dua kali membaca Al Qur’an, tetapi kalau sahabat membacanya seumur hidup. Mereka yang bersama Al Qur’an seumur hidupnya insya Allah akan ditolong oleh Al Qur’an.
Allah menegaskan bahwa Al Qur’an merupakan sesuatu yang mudah dikerjakan. Hal ini Allah katakan dalam firman-Nya
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al Qamar: 17)
Oleh karena itu, sebelum membahas tema tentang menghafal, marilah terlebih dahulu kita benahi sikap kita terhadap Al Qur’an yang belum sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah SWT. Sebagian dari kita melihat hubungan dengan Al Qur’an itu adalah hubungan yang sifatnya boleh-boleh saja, yang mau silahkan yang tidak mau juga tidak apa-apa, ada lagi yang melihat Al Qur’an hanya sebagai pelengkap acara-acara yang harus ada di forum-forum resmi, misalnya saja pada acara resepsi (walimah) yang mengharuskan ada bacaan Al Qur’an.
Padahal sesungguhnya Allah SWT menginginkan kita untuk memahami Al Qur’an itu dengan pemahaman yang menyeluruh. Misalnya ketika kita sudah memahami bahwa kita harus beribadah semata-mata kepada Allah maka Allah mengingatkan kepada kita pentingnya peran Al Qur’an dalam hidup ini sebagaimana firman-Nya
Sesungguhnya Kami menurunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepadaNya.” (QS. Az-Zumar : 2)
Beberapa faktor yang mengharuskan kita untuk bersahabat dengan Al Qur’an ialah
Pertama, agar ibadah kita kepada Allah terjaga kemurniannya, tidak mencong apalagi sampai mengarah kepada syirik kepada Allah SWT. Ibadah yang senantiasa diiringi oleh Al Qur’an maka ibadah tersebut akan merasakan peran Allah SWT di dalam kehidupannya. Bahkan setiap fenomena alam pun akan selalu mengingatkan diri manusia kepada Allah SWT, melihat atau merasakan angin yang berhembus saja akan merasa disitu ada peran Allah, wa huwalladzi yursilu arriyaahafatutsiiru assahaaba (Dialah yang mengirim angin berhembus).
Anginnya saja bisa mengingatkan manusia kepada Allah SWT, kalau manusia itu senantiasa baca Al Qur’an. Ini yang harus kita benahi persepsi (tashawwur) diri kita dan ummat ini dalam hubungannya dengan Al Qur’an.
Kedua, karena kita harus shalat, terlebih kalau Allah tambah hidayah kepada kita maka kita akan butuh shalat malam, saat shalat malam itulah peran Al Qur’an sangat dibutuhkan min ahlil kitaabi ummatun qaaimatun yatluuna aayaatillahi (diantara ahli kitab itu ada yang membaca Al Quran), yatluuna aayaatillaahi ana allaili (dalam malam yang panjang), wahum yasjuduun (saat mereka melaksanakan shalat).
Jadi, ketika kita sudah sadar pentingnya shalat, nikmatnya shalat, dan kerinduan kepada shalat seharusnya menyadarkan kita betapa pentingnya diri kita memiliki hubungan yang spesial dengan Al Qur’an. Tidak bisa hubungan ala kadarnya, atau secukupnya, tapi Rasulullah menginginkan agar hubungan yang sampai pada status shahibul Qur’an (sahabatnya Al Qur’an) bahkan di hadits lain harus berstatus Ahlul Qur’an (keluarganya Al Quran).
Ketiga, karena Al Qur’an dapat memberi petunjuk dan kabar gembira kepada sahabatnya. Berulang-ulang Allah menyebut Al Qur’an dengan Hudaw wa Busyra (petunjuk dan pemberi kabar gembira). Siapapun yang mendengar kabar gembira, pasti bahagia dan senang tetapi, kalau kita belum merasa bahagia dan senang dengan Al Qur’an berarti kita belum memiliki hubungan spesial dengan Al Qur’an. Jadi kalau kita sudah tahu bahwa Al Qur’an membahagiakan pasti kita selalu merindukan.
Al Qur’an dapat memberi petunjuk dan kabar gembira kepada orang-orang yang:
1. Berislam (berserah diri kepada Allah)
Hal ini disebutkan dalam Surat An Nahl ayat 102: “Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)“.
2. Beriman
Hal ini disebutkan dalam Surat An Naml ayat 2:”Untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman
Rasulullah mengajak kita untuk senantiasa berdo’a “Allahumma innii asaluka an taj’ala quraana rabii’al qalbi” (ya Allah aku mohon kepadamu agar Al Qur’an ini menjadi sesuatu yang membahagiakan diriku).
Kalau perasaan bahagia ini ada, maka otomatis setiap hari kita akan berusaha untuk bertemu dengan Al Qur’an. Kita akan menghindari hubungan dengan Al Qur’an yang sifatnya tahunan, atau hubungan yang sifatnya hanya pada momen-momen tertentu saja misalnya pada saat ada orang yang meninggal. *bersambung
*disarikan dari Ceramah Ust. Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc, Al Hafidz di Majelis Ta’lim Al Iman

X