Dari Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan di yogyakarta memiliki sistem dakwah masjid yang unik. Jogokariyan menginisiasi sensus pendataan dengan memperlihatkan perkembangan dakwah penduduknya.
Dari 1.030 KK (4.000-an penduduk) yang belum shalat tahun 2010 ada 17 orang. Lalu dibandingkan data tahun 2000 warga jogokariyan yang belum shalat ada 127 orang. Terlihat perkembangan dakwah 10 tahun ini.
Untuk gerakan shalat subuh berjamaah dibuat undangan cetak layaknya pernikahan by name. Undangan : “Mengharap kehadiran bapak/ibu/saudara ….. dalam acara shalat Subuh berjamaah besok pukul 04.15 wib di masjid Jogokariyan.” Undangan itu dilengkapi hadis-hadis keutamaan shalat subuh. Hasilnya? Silakan mampir di masjid Jogokariyan untuk merasakan subuh seperti sepertiga jumatan.
Ditiap rumah warga diberi atribut ikonik : Ka’bah (sudah berhaji), Unta (sudah berqurban), Koin (sudah berzakat), Peci, dan sebagainya. Konfigurasi rumah sekampung tersebut untuk mengarahkan para dai.
Masjid Jogokariyan juga berkomitmen tidak membuat Unit Usaha agar tak menyakiti jamaah yang mempunyai bisnis serupa. Justru memberdayakan. Misalnya tiap pekan masjid Jogokariyan terima ratusan tamu. Konsumsi untuk mereka diorder gilir pada jamaah yang punya rumah makan.
Sistem keuangan masjid Jogokariyan juga berbeda dari yang lain. Jika ada masjid yang mengumumkan dengan bangga bahwa saldo infaknya jutaan. Jogokariyan selalu berupaya agar tiap pengumuman, saldo infak harus ‘Nol’. Infak itu ditunggu pahalanya untuk jadi amal shalih, bukan untuk disimpan di rekening bank.
Pengumuman infak jutaan akan sangat menyakitkan jika tetangga masjid ada yang tak bisa ke RS sebab tak punya biaya, atau tak bisa sekolah. Dengan pengumuman saldo infak sama dengan ‘Nol’, jamaah lebih semangat mengamanahkan hartanya. Kalau saldo jutaan, ya maaf.
Jamaah Mandiri Bukan Jamaah Subsidi
Masjid Jogokariyan juga menginisiasi Gerakan Jamaah Mandiri. Jumlah biaya setahun dihitung, dibagi 52 ketemu biaya pekanan. Dibagi lagi dengan kapasitas masjid, ketemu biaya per-tempat shalat. Lalu jamaah diberitahu bahwa jika dalam sepekan mereka berinfak sekian, maka dia Jamaah Mandiri. Jika lebih, maka dia Jamaah Pensubsidi. Jika kurang, maka dia jamaah Disubsidi. Sosialisasi ditutup kalimat : “Doakan kami tetap mampu melayani ibadah Anda sebaik-baiknya.”
Akhirnya gerakan Jamaah Mandiri sukses menaikkan infak pekanan masjid Jogokariyan hingga 400%. Orang malu jika ibadah saja disubsidi. Demikianlah, dan pertanggungjawaban keuangannya transparan. Jika ada infak Rp 100 pun di umumkan.
Tiap kali renovasi, masjid Jogokariyan tidak membebani jamaah dengan proposal. Takmir hanya pasang spanduk, “Mohon maaf ibadah anda terganggu, masjid Jogokariyan sedang renovasi.” Nomor rekening tertera dibawah.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Filah, Pro-U Media.

X