Taatilah Ulil Amri

Kita bisa telaah diangkatnya Amr bin Ash sebagai panglima yang membawahi Abu Bakar dan Umar begitu dia masuk Islam. Maka berangkatlah Amr bersama pasukannya. Ash Shiddiq dan Al Faruq mengiringinya.
Petang menjelang, mereka berkemah di cekungan gurun. Saat beberapa memasak dan hangatkan badan, mendadak Amr memerintahkan untuk mematikan api. Umar marah dan bangkit, “Apa maksudmu?” Abu Bakar menenangkan Umar yang keberatan dan nyaris tengkar dengan sang panglima. “Taatilah Ulil Amri yang diangkat Nabi, saudaraku!”
Setelah itu Amr memerintahkan untuk tak bicara dan tak bergerak. Lalu terdengarlah derap ratusan kuda dan teriakan perang membahana. Sadarlah semua bahwa mereka dipimpin panglima yang lihai membaca tanda alam dan kehadiran musuh, Amr bin Ash. Umar meminta maaf.
Esok pagi, mereka sampai di tempat yang diarahkan Nabi. Amr menyuruh pasukan berhenti dan minta izin untuk masuk kota seorang diri. “Jika sampai dzuhur tiba aku belum kembali'” ujar Amr. ” serbu masuk dibawah pimpinan Abu Bakar!” pesannya. Umar memprotes lagi.
“Semua juga berhak atas jihad, bukan hanya kau sendiri! Semua harus ditanggung bersama!” kecam Umar. Abu Bakar menenangkan lagi.
Belum berakhir waktu dhuha, sudah kembali pada pasukannya disertai pemimpin kaum itu. Semua warga kini berislam tanpa syarat. Semua kini tahu, Nabi pilihkan mereka panglima yang lisannya lebih tajam dari seribu pedang; Amr bin Ash. Umar memeluknya. Nabi hargai potensi besar macam Amr juga khalid. Diiringi penginsyafan bahwa mereka harus berjuang lebih keras untuk cinta Ilahi.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Pro-U Media

X