Al-Idrisi, Ilmuwan Muslim Pencetus Peta Dunia Pertama

Muhammad Al-Idrisi, ilmuwan muslim yang pernah lahir pada tahun 1100 M di kota Afrika Utara, Ceuta. Al Idrisi merupakan pakar geografi dan pencipta peta dunia pertama. Beliau wafat pada tahun 1160 di Sisilia.
Al-Idrisi memadukan pengetahuan dari Afrika, Samudera Hindia, dan Timur yang dikumpulkan para penjelajah serta pedagang Islam dalam bentuk peta Islam. Ia membuat peta paling akurat di dunia pada masa pramodern.
Peta Tabula Rogeriana yang dibuat oleh Al-Idrisi terungkap pada tahun 1154 M untuk Raja Normandia, Roger II dari Sisilia.
Peta tersebut menampilkan daratan Eurasia secara keseluruhan dan sebagian kecil bagian utara benua Afrika dengan sedikit detail pada Tanduk Afrika dan Asia Tenggara.
Al-Idrisi menginspirasi pakar geografi Islam seperti Ibnu Batutah, Ibnu Khaldun, Piri Reis dan Barbary Corsairs.
Petanya juga menginspirasi Christopher Columbus dan Vasco Da Gama.
Peta yang dibuat Al-Idrisi merupakan peta detail dan mengesankan yang pernah dikenal dalam ilmu geografi dan seni menggambar peta (cartography) pada masanya.
Peta Al-idrisi dilandaskan pengetahuan yang solid akan bentuk Bumi yang bulat.
 
Sumber : Satumedia

Hapus Israel dari Peta Dunia, Media Australia Dicap Pengkhianat

SYDNEY – Media yang berbasis di Australia, ABCnet.au, menghapus Israel dari peta dunia  dalam sebuah grafik berita. Publikasi ini memicu kemarahan aktivis terkemuka Israel yang menganggap media itu pengkhianat.
Avi Yemini, aktivis Israel dan pendiri Training Krav Maga perusahaan terkait Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mem-posting sebuah foto di Facebook yang menunjukkan cuplikan berita ABC di mana Palestina menempati peta Israel.
”Malam terakhir ABC News menghapus Israel dari peta mereka,” tulis Yemini. ”Mereka benar-benar melakukan pekerjaan kotor kaum Islamis. Kita harus segera menyingkirkan para pengkhianat ini,” lanjut dia.
Pihak ABC pun mengecam komentar tersebut dengan menegaskan bahwa grafik berita mereka adalah bagian dari segmen tentang Libanon yang menghapus undang-undang ”menikahkan korban dengan pemerkosa”.
”Cerita ini tentang pencabutan undang-undang di Libanon yang memungkinkan pemerkosa lolos dari hukuman jika mereka menikahi korbannya,” kata pihak ABC melalui seorang juru bicara, yang dilansir news.com.au, Senin (21/8/2017).
”Grafik yang menyertainya menunjukkan negara-negara di mana undang-undang ini telah dicabut (dalam warna biru) dan negara-negara di mana para aktivis secara aktif berusaha mencabutnya (dalam warna kuning). Hukum ini tidak ada di Israel, dan tidak pernah ada, jadi (Israel) tidak ditunjukkan dalam grafik.”
Berita lain tahun lalu, perusahaan Cotton On terpaksa menarik globe yang telay beredar dari toko alat tulis, karena kesalahan tulis, di mana tidak ada nama Israel dalam peta dunia. Hal itu memicu kemarahan komunitas Yahudi.
 
Sumber : news.com.au/SindoNews

Setahun Lalu, Israel Sudah Hapus Masjid Al Aqsa Dari Peta

SETAHUN silam Israel sudah berusaha dengan sengaja menghapus bangunan bersejarah di Yerusalem. Diantaranya situs Muslim dan situs Kristen dihapus dan diganti namanya dari peta panduan turis di Kota Tua. Sebaliknya, Israel menempatkan di peta situs pemukim Zionis illegal, demikian lansir World Bulletin.
“Ada banyak situs yang secara historis penting, namun dijalankan oleh pemukim ilegal,” kata Betty Herschman, direktur hubungan internasional dan advokasi di Ir Amim. Sebuah LSM hak asasi manusia Israel yang memberikan tur Yerusalem Timur untuk diplomat dan pihak lain.
“Penghapusan Itu merugikan situs Muslim dan situs Kristen historis yang relevan, yang seharusnya jauh lebih diprioritaskan pada peta Kota Tua, dimana terjalin hub dari tiga agama monoteistik besar.”
Situs Gereja St Anne atau Gereja Penebus, termasuk salah satu situs yang dihapus.
Kementerian Pariwisata Israel membela keputusannya tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu mencerminkan permintaan dari pariwisata.
Namun, Abu Sarah mengatakan bahwa masuknya situs tertentu di dalam dan di luar tembok Kota Tua tampaknya untuk mempromosikan representasi nasionalis Yahudi di Yerusalem Timur.
“Secara politik, ia menambahkan situs yang kontroversial, seperti pemukiman di Yerusalem Timur, merupakan penempatan unsur politik sepihak.”
“Peta ini, selain menghapus tempat suci paling penting bagi Muslim (Masjid Al-Aqsa) dan Kristen di Kota Tua, juga menghapus seluruh lingkungan di sekitar cekungan bersejarah, mengganti nama mereka tidak hanya dengan nama-nama Ibrani, tetapi dengan nama-nama pemukiman ilegal,” kata Herschman kepada Al Jazeera.
“Ini adalah bentuk konsolidasi kontrol Israel, episentrum titik paling kritis dari Yerusalem. Ada konsekuensi politik yang sangat penting yang terlibat.
 
Sumber : Al Jazeera/World Buletin

X