Bashirun bis Siyasah (Melek Politik)

Al Ghazali menyebut keengganan Muslim berpolitik menyebabkan beberapa pemimpin dari non Muslim. Politik menyentuh sisi terluas kehidupan komunal, insan berilmu jangan sampai rabun tak sadar digunakan orang lain untuk kejahatan. Sebab kuasa politik jahat akan menebar kerusakan dimuka bumi.
Kesadaran politik (Political Awareness) harus tercapai tahap demi tahap dengan tujuan kuasa keshalihan yang melayani. Kita bisa melihat contoh Hijrah muslim dulu ke Habasyah. Mengapa yang berhijrah justru para bangsawan seperti Ja’far, Ustman dan lainnya. Bukan bilal dan sekawan dengannya yang tertindas? Sebab ada tujuan politik kaum muslim kala itu.

  • Pertama, mengguncang kuasa tribalistik Quraisy. Makkah termenung saat warga terhormatnya pergi.
  • Kedua, mengeksiskan muhajirin. Andai yang pergi para budak, duta besar quraisy akan mudah mendeportasi mereka dengan alasan lari.
  • Ketiga, menyiarkan kehadiran Islam pada dunia. Habasyah sebagai subordinat Romawi yang istimewa itu, menjadi isu yang menyebar di seluruh kekaisaran.
  • Keempat, Raja Habasyah bernama Najasyi dikenal adil dan uskup-uskupnya berpengaruh. Interaksi muhajirin dengan mereka adalah pembelajaran berharga.

Demikianlah ujar Al Ghadban, tiap langkah dakwah Nabi menunjukkan mendalamnya political awareness beliau, analisa maupun tindakan. Politik mulia asal akhlak dijaga. Terobosan besar seperti cita-cita khilafah biasanya tak datang dari materi pendalaman semata, melainkan dari terbukanya pola pikir dan maju dalam politik.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Pro-U Media

X