Perkara yang Wajib Dijauhi oleh Orang yang Berpuasa

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya (puasanya).” (HR. Bukhari).
Jadi dalam berpuasa kita harus meninggalkan perkataan dusta dan bersabar jika ada yang mencelamu sebagaimana riwayat lain,
Rasulullah saw bersabda, “Puasa bukanlah (menahan diri) dari makan dan minum (semata), akan tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji, jika ada orang yang mencelamu atau berlaku jahil atasmu, katakanlah : “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim dengan sanad shahih).
Jangan sampai kita berpuasa hanya mendapat lapar dan haus saja.
“Banyak orang yang puasa, bagiannya dari puasa hanyalah lapar dan dahaga.”_
(HR. Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih).
Puasa adalah sarana yang menyampaikan seseorang kepada derajat taqwa, oleh sebab itu hendaklah orang yang sedang berpuasa turut mempuasakan semua anggota tubuhnya dengan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah Ta’ala dan RasulNya – yakni :

  1. Mempuasakan lisan.
  2. Mempuasakan mata.
  3. Mempuasakan telinga.
  4. Mempuasakan perut.
  5. Mempuasakan syahwat.
  6. Mempuasakan tangan.
  7. Mempuasakan kaki.
  8. Mempuasakan hati, dll.

والله أعلم بالصواب
Oleh : MQM Membangun Pribadi Qur’ani

Tangis Imam Malik Saat Berbuka

Dalam sebuah riwayat, Sayidinal-Imam Malik ibn Anas atau nama lengkapnya: Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr bin `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani, lahir di Madinah pada tahun 714M/93H, dan meninggal pada tahun 800M/179H, beliau adalah pakar ilmu fiqh dan hadits (pengarang kitab al-Muwatha’) serta pendiri Madzhab Maliki, dalam sebuah riwayat di bulan Ramdhan pada saat berbuka puasa beliau menangis hingga bercucuran air matanya membasahi janggutnya, lalu salah satu muridnya bertanya.
Murid: ”Wahai guruku yang mulia, kenapakah engkau menangis sedemikian sedih serta menyayat hati kami? Apakah ada di antara kami yang membuat hatimu sedih, atau hidangan ini kurang berkenan?”
Imam Malik: ”Tidak, tidak wahai murid-muridku. Sungguh, kalian adalah murid-murid terbaikku dan sangat khidmah padaku, bahkan hidangan ini teramat nikmat buatku.”
Murid: ”Lalu kenapakah wahai guru kami yang tercinta?”
Imam Malik: ”Sungguh, aku pernah berbuka dengan guruku (Sayidinal-Imam Ja’far ash-Shadiq, cucu Baginda Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam), dalam makanan yang nikmat seperti saat ini, dan beliau (Sayidina Ja’far ash-Shadiq) berkata sambil terisak,
”Wahai ibnu Anas (Imam Malik) tahukah engkau, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang berbuka dengan 3 buah kurma dan air. Tapi beliau merasa sangat nikmat penuh syukur.
Bahkan seringkali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berbuka sebutir kurma dibagi dengan Sayyidatuna Aisyah, tapi sungguh beliau merasa sangatlah nikmat, beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) sedikit sahur dan bukanya, tapi sangatlah banyak ibadah dan syukurnya, dan beliau selalu mendoakan kita umatnya yang selalu lalai kepada Baginda.”
“Sedang hari ini, kita di penuhi makanan nikmat dalam berbuka, tapi kita sangatlah jauh dari ibadah dan rasa syukur?”
Lanjut Imam Malik, “Dan tahukah kalian setelah berkata itu, maka guruku manusia yang mulia (Sayidinal-Imam Ja’far ash-Shadiq) pingsan, karena tiada mampu terkenang akan Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Masya Allah Tabarakallah.
Setelah Imam Malik ibn Anas menceritakan hal itu sambil terisak tangis kepada murid-muridnya, maka tiba-tiba ruangan tersebut menjadi haru dengan isak pilu kerinduan kepada Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Allah… Allah… Ya Rasulallah SAW).
Mari tataplah santapan sahur dan berbuka kita, lalu telaah amal ibadah kita. Bersyukurkah kita atau kufurkah kita?
Wallahu A’lam. Insyaa Allah Istiqamah

Tadabbur Ayat Puasa dalam Q.S. Al Baqarah : 183 part II

Tadabbur:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
[الجزء: ٢ | البقرة ٢ | الآية: ١٨٣]

Tadabbur 3:
Kewajiban berpuasa tersebut juga diberlakukan kepada generasi nabi-nabi sebelum Rasul saw. Ini mengandung sejumlah hikmah:
Pertama, berarti umat Muhammad saw tidak sendirian. Tapi umat lain pernah melakukan hal yang sama.
Kedua, ini menunjukkan adanya kesinambungan risalah dan kesamaan sumber risalah. Para nabi sama-sama diutus oleh Allah Swt. Mulai dari Adam as sampai kepada Nabi saw.
Yang membedakan hanya bentuk syariatnya disesuaikan dengan kondisi dan zamannya. Semoga kita termasuk dalam rombongan orang-orang saleh tersebut.
Tadabbur 4:
Tujuan puasa bukan untuk membuat manusia lapar, haus, dan seterusnya. Tidak demikian.
Namun ada tujuan besar yang ingin Allah hadirkan untuk manusia. Yaitu bahwa puasa mendidik manusia agar menjadi orang bertakwa.

  • Takwa ditandai dengan kondisi hati yang bersih dan sehat.
  • Takwa ditandai dengan kemampuan mengontrol nafsu.
    Tanda ditandai dengan kemampuan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Bila hal itu tercapai, maka manusia naik derajat kepada tingkatan yang paling mulia.
Sebab, “yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”
Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang bertakwa.
 
Oleh : Ustad Fauzi
Telegram Tadabbur

Orang yang Berpuasa Akan Dipanggil dari Pintu ArRayan

Allah swt mewajibkan umat Islam berpuasa di bulan Ramadan serta menjanjikan pahala yang berlimpah bagi orang-orang yang berpuasa.
Karena pahala puasa sangat agung, Allah tidak menentukan jumlah pahalanya, akan tetapi Allah berfirman dalam hadits qudsi;
إلا الصوم فإنه لِي وأنا أجزي به
“Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Saya yang akan memberi pahalanya.”
Keutamaan bulan Ramadan banyak sekali, di antaranya Allah sediakan bagi orang-orang puasa pintu Ar-Rayyan.
Nama ini yang ada dalam hadits muttafaq alaihi, dari hadits Sahl radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa di hari kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorang pun memasukinya selain meraka.
Lalu dikatakan, ‘Dimana orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun bangkit, tidak ada seorang pun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorang pun masuk lagi.” (HR. Bukhari, 1763. Muslim, 1947)
Kenapa Allah bisa menghadiahi amalan puasa? Karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya.
Ar-Rayyan secara bahasa berarti puas, segar dan tidak haus. Ar Rayyan ini adalah salah satu pintu di surga dari delapan pintu yang ada yang disediakan khusus bagi orang yang berpuasa.
Nama ini sesuai dengan keadaan orang-orang berpuasa terutama di bulan Ramadhan yang menahan diri dari makan, minum dan hawa nafsu. Rasa dahagalah yang lebih dirasakan oleh orang yang berpuasa berbanding lapar.
Zain Ibnu al-Munir berkata: “Rasulullah mengatakan pintu ar-Rayyan ada ‘di dalam syurga’. Sehingga orang-orang yang melalui pintu ini akan merasa kenikmatan syurgawi.
“Siapa yang memasukinya (memasuki pintu ar-Rayyan), maka akan meminum darinya. Dan sesiapa meminum darinya, maka tidak akan dahaga selamanya.” (Hadis Riwayat al-Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah dari Sa’id Ibn ‘Abdurrahman, dan lainnya).
Ini merupakan penghormatan dari Allah swt kepada orang yang berpuasa. Sekaligus merupakan balasan bagi mereka atas keikhlasan menjalankan ibadah. Allah swt juga akan menanggung pahala orang-orang yang berpuasa.
 
Sumber : Islamqa/shafiqolbu

Kemenag, NU, LAPAN Prediksi Awal Ramadhan Besok Sabtu 27 Mei

JAKARTA — Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadhan 1438 Hijriyah (2017 Masehi) jatuh pada hari Sabtu 27 Mei.
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga secara hisab memprediksi awal puasa Ramadhan bertepatan dengan tanggal 27 Mei 2017.
Meski demikian, Lembaga Falakiyah PBNU menyampaikan, keputusan awal puasa jatuh pada tanggal berapa tetap harus menunggu hasil rukyatul hilal.
“Untuk satu Ramadhan untuk PBNU tetap menggunakan rukyat, jadi belum bisa menentukan kapan awal Ramadhan,” kata Pengurus Lembaga Falaqiyah PBNU, H Abdul Kholiq Soleh kepada Republika, Ahad (19/3).
Ia menerangkan, kalau berdasarkan hisab memang bisa disampaikan, hanya saja PBNU selain menggunakan hisab juga menggunakan rukyat. Jadi, untuk menentukannya tetap menunggu hasil rukyatul hilal. Biasanya Lembaga Falaqiyah PBNU melaksanakan kegiatan rukyat di Seasons City, Tambora, Jakarta. Tahun ini rencananya akan dilaksanakan pada 26 Mei 2017.
Ia menjelaskan, hasil rukyatul hilal nanti akan diserahkan ke Kementerian Agama (kemenag) RI untuk dilakukan sidang Isbat. Setelah sidang Isbat baru ditentukan awal Ramadhan jatuh pada hari apa. “Hanya saja sidang Isbat-nya tidak terlalu terbuka seperti saat penentuan Idul Fitri, tetap ada sidang Isbat,” ujarnya.
Anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Kemenag RI, Thomas Djamaluddin juga menyampaikan, kalau dari segi hitungan awal puasa Ramadhan sudah bisa diprediksi. Secara hitungan diperkirakan awal puasa jatuh pada 27 Mei 2017.
Menurutnya, BHR dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga prediksinya sama. Thomas yang juga Kepala Lapan mengatakan, meski Kemenag RI juga melakukan hisab dan rukyat. Tetap hasilnya nanti berdasarkan keputusan sidang Isbat.
Sementara, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais-Binsyar) Kemenag RI, Muhammad Thambrin menyampaikan, pihaknya menghormati pendapat Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan. Secara hisab Kemenag RI juga telah membuat taqwim standar kalender hijriyah 1438 H.
Seluruh awal bulan termasuk Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah telah ditentukan. “Namun untuk keperluan Ibadah Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah kita berpatokan pada Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004, yaitu fatwa tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah,” jelasnya.
Diterangkan dia, penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode rukyat dan hisab oleh Pemerintah RI.
Dalam hal ini yang melakukannya Menteri Agama dan berlaku secara nasional. Seluruh umat Islam di Indonesia wajib menaati ketetapan Pemerintah RI tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.
Ia mengatakan, dalam menetapkan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, Menteri Agama wajib berkonsultasi dengan MUI, ormas-ormas Islam dan Instansi terkait.
Jadi sidang Isbat tetap dilaksanakan Kemenag RI bersama MUI dan seluruh ormas-ormas Islam yang diundang

X