Tamu Yang Sering Ditinggalkan

SAHABATKU tercinta …
Rasanya aku ingin segera pulang …
Sudah berjalan 13 hari aku bertamu …
Namun seringkali aku ditinggal sendirian …
Walau sering dikatakan tamu agung dengan sambutan Marhaban, namun perilakumu kepadaku tidak luar biasa.
Bahkan oleh-olehku yang aku bawa dari jauh, nyaris tak kausentuh…
Al-Quran hanya dibaca sekilas dan kalah dengan update status di HP yang isinya penuh canda lewat android smartphone dan tontonan televisi
Sholat Tarawih tidak lebih khusyu,
Kalah bersaing dengan shopping untuk penampilan pada hari lebaran …
Tak banyak kauminta ampunan dari dosamu yang bertumpuk, sebab sibuk dengan belanja dan bermain ..
Padahal aku membawa banyak maghfiroh (ampunan) buatmu…
Malam dan siang tidak banyak dipakai kebaikan, selain bikin acara dan buka bersama di hotel mewah atau restoran mahal…
Tidak pula perbanyak infaq dan sedekah, karena khawatir uang tidak cukup, buat mudik dan piknik liburan sehabis Lebaran…
Sahabatku, rasanya aku seperti tamu yang tak diharapkan?
Sepertinya engkau tidak akan merasa menyesal bila aku tinggalkan…
Padahal aku datang dengan kemuliaan, kebarokahan dan rahmat… yang seharusnya aku tidak pulang dengan hampa…
Percayalah, sahabatku…
Bila nanti aku pulang, belum tentu aku akan kembali bisa bertemu lagi
Karena jatah hidupmu bisa jadi keburu habis…
Sehingga nanti engkau akan menyesal telah membiarkan aku terlantar….
Masih tersisa 17 hari lagi buat kita bersama…
Semoga kau sadar sebelum aku benar-benar pamit pulang…
Karena umurmu hanyalah cerita singkat yang wajib engkau pertanggung jawabkan dalam waktu yang panjang…
Selamat muhasabah….
Wallahu A’lam bishawab.
 
Artikel ini viral di media sosial dan blog. Kami kesulitan menyertakan sumber pertama.

Ratusan Muslim Amerika Buka Puasa di depan Trump Tower, Ada Apa?

Ratusan Muslim Amerika Buka Puasa di depan Trump Tower, Ada Apa?

 
NEW YORK—Sebanyak 100 orang Muslim Amerika menggelar shalat maghrib berjamaah dan buka puasa bersama di depan Trump Tower, New York, AS, dalam sebuah aksi damai menentang retorika Islamofobia ala Donald Trump.
Aksi damai yang digagas oleh kelompok pembela imigran tersebut, juga dihadiri oleh sejumlah warga NonMuslim New York.
Selepas shalat maghrib berjamaah, para peserta aksi duduk dan berbagi makanan yang termasuk nasi, ayam dan pizza di tepi jalan Fifth Avenue 56th & 57th Street di Midtown, depan Trump Tower.
Fatoumata Waggeh, seorang Muslimah berusia 26 tahun keturunan Gambia, mengatakan bahwa dia datang untuk menentang “retorika negatif tentang Islam yang menyebar di sekitar umat Muslim Amerika,” serta untuk menunjukkan solidaritas.
Maggie Glass, seorang warga New York berusia 31 tahun yang aktif di sebuah asosiasi pengungsi Yahudi, mengatakan bahwa dia ada di sana untuk mendukung semua tetangga dan teman Muslimnya.
“Saya berpikir bahwa ini adalah kesempatan bagi kita untuk berkumpul sebagai sebuah komunitas, untuk menunjukkan bahwa kita bersatu,” Kata Maggie lansir Hindustan Times, Jumat (2/6/2017).

Muslims pray on the Fifth Avenue after Iftar, breaking fast during their holy month of Ramadan -when devotees around the world fast from dawn to dusk - during a demonstration to protest US President Donald Trump's stand on Muslims and immigrants, near the Trump Tower in New York on June 1, 2017. / AFP PHOTO / Jewel SAMAD

Muslim AS shalat dijalan depan Trump Center diliput banyak media


Penggagas acara, Linda Sarsour mengatakan bahwa dia puas dengan jumlah aksi tersebut.
Linda merasa tidak keberatan bahwa Trump, bertolak belakang dengan presiden AS sebelumnya, tidak mengundang warga Muslim Amerika ke Gedung Putih untuk melakukan Iftar.
“Mereka tidak mengundang (iftar-red) kita, tapi kita tidak mau datang ke sana.”
“Sejujurnya, walaupun mereka melakukannya, saya akan meminta umat Islam untuk tidak melakukan hal tersebut,” katanya.
Selama unjuk rasa berlangsung, sekelompok kecil pendukung Trump di sisi lain jalan meneriakkan “AS, AS!” dan “Kami tidak menginginkan hukum syariah!”
Sementara itu polisi memantau aksi damai itu dengan ketat.
Seperti diketahui, Trump Tower di Manhattan merupakan rumah bagi Trump Organization, jantung kerajaan bisnis Presiden Donald Trump. Ibu Negara Melania Trump tinggal di sana bersama putra bungsu pasangannya, Baron.
 
Sumber : Islampos

Ramadhan, Saatnya Berdoa Untuk Pemimpin

SEBAGAIMANA dengan hadits Rasulullah SAW, “Pemimpin terbaik bagi kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Pemimpin terburuk bagi kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian,” (HR. Muslim).
Dapat dilihat dari kutipan hadits di atas, bahwa hubungan di antara pemimpin dan rakyat harus ada sebuah ikatan kasih sayang, dan diperlukannya kerjasama yang solid agar terciptanya sistem pemerintahan yang dapat menyejahterakan semua rakyat di sebuah negara tertentu. Tidak terkecuali dengan Indonesia. Akan damai negeri ini jika didalamnya terdapat orang-orang yang saling membangun hubungan dengan dilandasi cinta, kasih sayang, keikhlasan, dan saling mendoakan. Nah, inilah yang selama ini sering kita lupakan, rakyat dan pemimpin seolah menafikan campur tangan Tuhan dalam menuju bangsa yang lebih baik lagi.
Padahal, bila saja pemimpin dan seantero rakyat ini saling mendoakan dan bersama-sama saling memohon ampun, maka tidak lama lagi akan terwujud perbaikan dari berbagai lini kehidupan. Allah berfirman, “Maka Aku katakan kepada mereka: Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai,” (QS. Nuh [71]: 10-12).
Menilik dari ayat Allah tersebut, bahwa terdapat solusi dari berbagai masalah yang menimpa negeri ini, yakni dengan berdoa pada Allah dan senantiasa memohon ampun kepada-Nya. Dengan seperti itu, insyaAllah akan segera terbuka pintu-pintu rezeki. Baik rezeki berupa uang dan harta, rezeki perdamaian, rezeki kerukunan, rezeki kesejahteraan, rezeki keamanan, rezeki kebahagiaan, rezeki saling mempercayai satu dengan yang lainnya, dan rezeki pemimpin yang mampu memberikan jalan keluar atas krisis multidimensi yang telah lama mendera kita.
Di bulan yang suci ini, mari kita bersama-sama mendoakan untuk para pemimpin kita sebuah doa yang baik agar mereka semua dapat mengemban amanah dengan penuh rasa tanggung jawab.
Dan juga agar mereka tidak mengalami nasib seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Apabila seorang manusia yang diberikan kekuasaan memimpin rakyat mati, sedangkan di hari matinya dia telah mengkhianati rakyat, maka Allah mengharamkan surga kepadanya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada bulan yang dikabulkan segala doa ini mari kita saling mendoakan yang baik satu sama lain. Perlu disadari bahwa kita semua adalah bersaudara. Begitu pula dengan pemimpin kita, dia juga adalah saudara kita.
Apabila kita diam-diam mendoakan kebaikan bagi mereka, maka diam-diam pula malaikat mendoakan kebaikan pada kita. Akhirnya kita semua berada pada kebaikan, kebahagiaan, dan penuh kasih sayang.
Dalam QS. Al-Hasyr [59]: 10 Allah telah menuntun kita dalam berdoa,
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
 
Sumber : Buku The Power of Ramadhan, penerbit Haqiena Media
Oleh : Ust. Muhammad Arifin Ilham dan Ustadz. Dr. H. S. Suryani Taher

Sunnah Berbuka dengan Kurma dan yang Manis-manis

Bagi umat muslim buka puasa dengan makanan atau minuman manis disunnahkan. Sayangnya, nafsu makan yang besar saat berbuka puasa sering kali berujung pada konsumsi yang salah, seperti memakan pedas yang membuat perut sakit.
Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan atau minuman selama kurang lebih 13-14 jam. Dalam durasi yang cukup lama ini, hipoglikemi mungkin saja terjadi. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh orang yang berpuasa.
“Jadi kita harus berbuka dengan yang manis,” ungkap dokter spesialis gizi klinik Fiastuti Witjaksono.
Ada banyak makanan atau minuman manis yang bisa menjadi pilihan menu berbuka. Beberapa di antaranya ialah kolak, kurma hingga jus buah.
Konsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka diharapkan cepat menggantikan kadar gula yang menjadi rendah saat berpuasa.
Berbuka dengan Kurma dan Air Putih
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila diantara kalian berpuasa, berbukalah dengan kurma, jika tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci”.
(H.R. Abu Daud, Al-Baihaqi dan Al-Hakim. Menurut Al-Hakim, hadits ini shahih berdasarkan kriteria persyaratan Imam Al-Bukhari)
Nabi Muhammad saw juga bersabda tentang keberkahan Kurma

إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ , فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ , فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَمَاءٌ , فَإِنَّهُ طُهُورٌ

“Apabila diantara kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan tamr (kurma), sebab kurma itu barokah, namun jika tidak ada maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci” [HR. Ibnu Khuzaimah didalam Shahihnya]
Meskipun berbuka puasa dengan kurma diperintahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, namun hukumnya hanya sunnah (mustahab), bukan wajib.
Menjauhi Makanan Syubhat
Imam An-Nawawi didalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, bahkan ada juga yang mengatakan seperti berikut:
“Al-Qadli Husain berkata, yang utama dizaman kami adalah berbuka puasa dengan apa yang diambil sendiri dari sungai (air), sebab itu jauh dari perkara yang syubhat”.
Ada hikmah yang bisa diambil dibalik perkataan Al-Qadli Husain, yaitu pentingnya memperhatikan sesuatu yang  masuk kedalam tubuh kita khususnya dibulan puasa, perkataan beliau juga menunjukkan betapa beliau sangat hati-hati dalam persoalan makanan bahkan terhadap yang syubhat sekalipun.
Mungkin saja dizaman Al-Qadli Husain begitu banyak syubhat bertebaran sehingga perlu kehati-hatian terhadap setiap yang hendak dimakan.
Apalagi dizaman sekarang, makanan tanpa logo halal MUI bertebaran dan sering kita asal makan tanpa memperhatikannya.
Wallahu A’lam.

X