Ukhti, Ketahui Apa Saja Persiapan Sebelum Menikah

Menikah adalah ibadah. Ibadah tidaklah bisa dilakukan dengan sembarangan, harus seuai dengan syariah islamiah seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Oleh karenanya sangat dianjurkan bagi seorang Muslim yang hendak melaksanakan pernikahan, untuk mengenal dan menggali ilmu tentang tata cara pernikahan yang syar’i, adab-adab dan fadhilah-fadhilah nikah sebagai persiapan spiritual pra nikah.
Ukhti tentu ingin memiliki imam yang baik bukan?
Kuncinya adalah apabila seseorang telah berusaha memperbaiki diri, maka Allah SWT  akan memasangkannya dengan pasangan yang baik pula.
Allah SWT berfirman:
“….Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” ( QS. an-Nur [24]: 26 )
Berikut adalah Persiapan Wajib Muslimah Sebelum Menikah:
1. Niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam melaksanakan pernikahan, karena segala amal ibadah bergantung pada niat yang tulus hanya kepada Allh SWT.
2. Lebih giat dan rajin membaca, menelaah dan memahami seluk beluk pernikahan mulai dari ta’aruf sampai pernikahan dan hidup berkeluarga yang sesuai dengan syari’at yang Allah tetapkan melalui sunnah Rasul-Nya.
3. Berusaha memperbaiki akhlak dengan banyak membaca buku tentang akhlak, serta berusaha mengamalkannya, karena Allah akan memberatkan timbangan seorang Mukmin yang berakhlak
Rasulullah saw bersabda:

أَثْقَلُ شَيْءٍ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ خُلُقٌ حَسَنٌ, إِنَّ اللهَ يَبْغَضُ اْلفَاحِشَ اْلمُتَفَحِّشَ الْبَذِيْءَ

Sesuatu yang paling berat dalam timbangan seorang Mukmin adalah akhlak yang baik. Alloh murka kepada orang yang bertutur keji dan jorok”. (HR. al-Baihaqi )
4. Membiasakan diri mengamalkan hal-hal yang sunnah, agar terbiasa membina keluarga yang penuh dengan amalan-amalan sunnah seperti, bersiwak, berdzikir di waktu pagi dan petang, melaksanakan sholat-sholat sunnah seperti, tahajjud, rowatib, dan lain sebagainya.
5. Berusaha dan berantusias untuk menuntut ilmu, memiliki suatu metode ilmiah yang sesuai dengan kemampuan, meneladani para sahabat dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Karena menuntut ilmu merupakan suatu ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah di samping suatu keharusan yang di syari’atkan dan bukan pekerjaan sambilan. Karena hanya dengan ilmulah yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.
Allah swt berfirman :
Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” ( QS. az-Zumar [39]: 9 )
6. Berusaha melengkapi perpustakaan pribadi dengan buku-buku syar’i seperti, buku tafsir, hadits dan buku-buku lainnya, sebagai rujukan agar hidup dalam berkeluarga lebih terarah dengan syari’at Islam yang benar.
Demikianlah persiapan-persiapan yang perlu di lengkapi untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah. Selamat menempuh hidup baru bagi Akhwat yang segera melangkah ke dalam ibadah menikah.
 
Sumber : Ruang Muslimah

Ukhti, Isilah Masa Mudamu Dengan Amal Shalih

 
Ukhti, sebagian kita mungkin beranggapan bahwa akan sayang sekali jika bersenang-senang dan berfoya-foya tidak dilakukan saat masih muda.
Padahal tidak demikian, ukh. Justru masa muda perlulah dijauhkan dari hal-hal seperti itu. Karena kita tidak tahu kapan maut menjemput.
Rugilah diri kita, bila Allah memanggil di usia muda, sedang belum cukup bekal kita untuk bisa berangkat menuju surgaNya.
Ukhti, manfaatkanlah usia mudamu untuk terus beramal shalih dan beribadah kepada Allah SWT. Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para Nabi ‘Ulul Azmi yaitu
[1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun –tempat diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam-,
[2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam,
[3] Negeri Mekah yang aman, tempat diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun melanjutkan firmanNya,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (4) ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At Tiin [95] : 4-6)
Maksud ayat “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ada empat pendapat.
Di antara pendapat tersebut adalah “Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya, sebagaimana di waktu muda yaitu masa kuat dan semangat untuk beramal.”
Pendapat ini dipilih oleh ‘Ikrimah. Menurut Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Ibrahim dan Qotadah, juga Adh Dhohak, yang dimaksudkan dengan bagian ayat ini adalah “dikembalikan ke masa tua renta setelah berada di usia muda, atau dikembalikan di masa-masa tidak semangat untuk beramal setelah sebelumnya berada di masa semangat untuk beramal”. Masa tua adalah masa tidak semangat untuk beramal. Seseorang akan melewati masa kecil, masa muda, dan masa tua. Masa kecil dan masa tua adalah masa sulit untuk beramal, berbeda dengan masa muda.
An Nakho’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu dilakukan pada saat muda.”
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Karena Allah Ta’ala Maha Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)
Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.
Jika Anda masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, baru aku akan beramal.
Daud Ath Tho’i mengatakan, “Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah.“
 
Semoga Allah memperbaiki keadaan segenap pemuda yang membaca risalah ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.
Sebagaimana perkataan Nabi Syu’aib dalam Q.S. Hud ayat 88,

إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan, selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku, melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shohbihi wa sallam.
 
Disadur : Rumasyo

Jaga Iffahmu Dong Ukhti! Apa Itu Iffah?

 
Seorang perempuan harus dapat menjaga iffahnya. Iffah artinya menahan diri dari sesuatu yang buruk dan tidak pantas. Al-Kharazz menyebutkan bahwa iffah adalah meninggalkan segala jenis syahwat dan menjaga kemaluan dari yang tidak pantas.
Namun secara sederhana kita dapat mengartikan iffah sebagai menjaga diri dan kehormatan serta bersopan santun. Cra berbicara, bergaul, berjalan, makan dan lain hal sebagainya merupakan gambaran dari iffah.
Allah swt berfirman mengenai perempuan-perempuan tua yang sudah renta, “Dan beriffah lebih baik bagi mereka…” ( QS An-Nur: 60)
Yang dapat kita ambil dari ayat teebut adalah, bahwa perempuan-perempuan tua saja Allah perintahkan menjaga iffahnya, lantas bagaimana yang masih muda.
Aisyah ra adalah gambaran perempuan yang luar biasa dalam menjaga iffahnya. Dalam suatu riwayat diceritakan, ketika datang seorang yang buta bernama ishaq, Aisyah langsung mengenakan hijabnya.
Kemudian Ishaq pun bertanya kepadanya, “Wahai Aisyah, apa engkau berhijab dariku? Bukankah aku seorang yang buta dan tak dapat melihatmu?”. Aisyah ra pun menjawab “ Walau engkau tidak dapat melihatku, tetapi aku bisa melihatmu.”
Ber-iffah atau bersopan santun bagi muslimah bukan hanya sekedar mengikuti tradisi.Iffah adalah ajaran agama yang harus dilakukan.
Gadis-gadis remaja yang kehilangan malu dan kesopanannya, sungguh cerminan betapa iffah sudah sulit ditemukan dimasyarakat luas.
Banyak remaja yang justru menonjolkan segala keburukannya dan dengan bangga menunjukan hasi-hasil kegiatan buruknya. Untuk itu penjelasan kembali tentang iffah seorang muslimah perlu dijelaskan kembali agar perempuan-perempuan Indonesia tidak kehilangan pijakannya.
 
Sumber : Ruang Muslimah/Karisya Preli
Dari Buku : Cara Nabi Mendidik Anak Perempuan. Misran Jusan dan Armansyah. Pro U media: Yogyakarta. 2016

X