Sunnah Berbuka dengan Kurma dan yang Manis-manis
Bagi umat muslim buka puasa dengan makanan atau minuman manis disunnahkan. Sayangnya, nafsu makan yang besar saat berbuka puasa sering kali berujung pada konsumsi yang salah, seperti memakan pedas yang membuat perut sakit.
Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan atau minuman selama kurang lebih 13-14 jam. Dalam durasi yang cukup lama ini, hipoglikemi mungkin saja terjadi. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh orang yang berpuasa.
“Jadi kita harus berbuka dengan yang manis,” ungkap dokter spesialis gizi klinik Fiastuti Witjaksono.
Ada banyak makanan atau minuman manis yang bisa menjadi pilihan menu berbuka. Beberapa di antaranya ialah kolak, kurma hingga jus buah.
Konsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka diharapkan cepat menggantikan kadar gula yang menjadi rendah saat berpuasa.
Berbuka dengan Kurma dan Air Putih
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila diantara kalian berpuasa, berbukalah dengan kurma, jika tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci”.
(H.R. Abu Daud, Al-Baihaqi dan Al-Hakim. Menurut Al-Hakim, hadits ini shahih berdasarkan kriteria persyaratan Imam Al-Bukhari)
Nabi Muhammad saw juga bersabda tentang keberkahan Kurma
إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ , فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ , فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَمَاءٌ , فَإِنَّهُ طُهُورٌ
“Apabila diantara kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan tamr (kurma), sebab kurma itu barokah, namun jika tidak ada maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci” [HR. Ibnu Khuzaimah didalam Shahihnya]
Meskipun berbuka puasa dengan kurma diperintahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, namun hukumnya hanya sunnah (mustahab), bukan wajib.
Menjauhi Makanan Syubhat
Imam An-Nawawi didalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, bahkan ada juga yang mengatakan seperti berikut:
“Al-Qadli Husain berkata, yang utama dizaman kami adalah berbuka puasa dengan apa yang diambil sendiri dari sungai (air), sebab itu jauh dari perkara yang syubhat”.
Ada hikmah yang bisa diambil dibalik perkataan Al-Qadli Husain, yaitu pentingnya memperhatikan sesuatu yang masuk kedalam tubuh kita khususnya dibulan puasa, perkataan beliau juga menunjukkan betapa beliau sangat hati-hati dalam persoalan makanan bahkan terhadap yang syubhat sekalipun.
Mungkin saja dizaman Al-Qadli Husain begitu banyak syubhat bertebaran sehingga perlu kehati-hatian terhadap setiap yang hendak dimakan.
Apalagi dizaman sekarang, makanan tanpa logo halal MUI bertebaran dan sering kita asal makan tanpa memperhatikannya.
Wallahu A’lam.
Kemenangan Pertempuran Ain Jalut, Umat Islam Melawan Mongol di Bulan Ramadhan
Hanya dengan kekuatan 200.000 tentara dan berlangsung hanya dalam waktu 40 hari Kekhalifahan Abbasiyah yang bertahta selama 500 tahun dengan segala kebesarannya lenyap dari muka bumi.
Baghdad luluh lantak dihancurkan. 1,8 juta kaum muslimin di Baghdad disembelih dan kepalanya disusun menjadi gunung tengkorak. Tua, muda bahkan kanak-kanak. Laki-laki maupun perempuan, hingga janin di dalam kandungan semua dipenggal.
Khalifah dibantai beserta 50.000 tentara pengawalnya. Sejak pembantaian itu selama 3,5 tahun umat Islam hidup tanpa Khalifah. Tentara yang biadab memusnahkan ribuan perpustakaan yang memuat jutaan kitab-kitab, manuskrip-manuskrip sebagai khazanah peradaban di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam sungai hingga berwarna kehitaman. Siapa pelakunya?
Mereka yang bengis itu disebut Bani Qantura dengan ciri-ciri fisik bermuka lebar dan bermata kecil yang telah diisyaratkan kemunculannya oleh Nabi Muhammad saw. Kita mengenalnya sebagai bangsa Mongol atau Tartar yang kala itu dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan.
Ketika itu, seluruh negeri Islam yaitu Baghdad, Syria dan Asia Tengah sudah jatuh ke tangan tentara Mongol. Hanya tinggal tiga negeri Islam yang belum dimasuki yaitu Makkah, Madinah dan Mesir. Maka Hulagu Khan terus merangsek berupaya menaklukkan negeri yang lain.
Ambisi selanjutnya adalah menaklukan Mesir dan mengutus delegasi Mongol ke Mamluk Mesir, dimana pemimpin saat itu adalah Sultan Syaifuddin Muzaffar al Quthuz. Delegasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan yang isinya,“Dari Raja Raja Timur dan Barat, Khan Agung. Untuk Quthuz Mamluk.”
Isi surat tersebut melecehkan kedaulatan Islam, cuma ada dua opsi, menyerah atau berperang. Syaifuddin Quthuz tidak gentar sedikitpun, malah beliau dengan berani menempeleng delegasi Mongol itu dan membunuh mereka karena tertangkap tangan melakukan tindakan spionase. Dengan segera ia menggerakkan pasukannya dan memancing Mongol untuk bertempur di Ain jalut.
Kemudian Al Quthuz segera memobilisasi tentaranya maka terbentuklah pasukan berjumlah 20. 000 orang tentara dan bergerak menuju Ain Jalut di Palestina untuk menantang tentara Mongol.
Semoga Allah menerima mereka sebagai hamba-Nya dan memberikan kemuliaan kemenangan atau syahid di medan pertempuran esok hari. Hari di mana mereka menebus semua kematian jutaan umat Islam di tangan Mongol. Hari dimana kekhalifahan Islam akan sirna selamanya jika Mongol berhasil mengalahkan mereka.
Jum’at, 25 Ramadhan 658 H
Sultan Quthuz berdiri gagah, ia hendak memotivasi seluruh tentara gabungan Mesir, Syam dan Turki, serta seluruh rakyat Mesir untuk bergerak menuju jihad di jalan Tuhan. Suaranya begitu lantang dan keras, membuat jiwa bergetar, dan mengalirkan air mata, kata-katanya terdengar nyaring, menyerukan jihad paling menentukan dalam sejarah.
“Jika Mongol memiliki kuda, panah, tameng, dan manjanik. Maka kita punya yang tak terkalahkan oleh apapun, kita punya Allaaaaah… Azza wa Jalla!”
Suara takbir bergemuruh, semangat pasukan terbakar, dan rakyat berjanji akan bertempur bersama sultan mati-matian, hingga darah penghabisan.
Bertemulah Kedua kekuatan tersebut di Medan perang Ain jalut, Pasukan Mamluk dengan mengandalkan pasukan kavaleri sebagai kekuatan utama di pimpin oleh Jendral Baibars dengan Sultan Quthuz mengamati dari dataran tinggi sementara Pasukan Mongol dipimpin langsung oleh jendral tangan kanan dan kepercayaan Hulagu Khan, Qitbuka Noyan.
Baibars yang memiliki jumlah pasukan kaveleri yang lebih sedikit menggunakan taktik “hit and run” dalam melawan pasukan Mongol hingga terjadi pertempuran selama berjam-jam sampai pada akhirnya pasukan Mongol jatuh ketengah-tengah perangkap pasukan Mamluk.
Melihat lawannya sudah masuk kedalam perangkap, pasukan Mamluk yang bersembunyi mulai keluar dan langsung menghujani pasukan Mongol dengan panah dan meriam kecil dalam penyerangan ini.
Ketika pasukan lawannya sudah berada dalam posisi terdesak, pasukan kavaleri Mamluk lain yang juga bersembunyi serta kemudian disusul oleh Infantrinya langsung menyerbu lawannya dalam empat posisi, menutup jalan keluar bagi pasukan Mongol.
Qitbuka yang menyadari bahwa pasukannya tidak mempunyai harapan lagi untuk melawan pasukan Kaveleri utama pimpinan Baibars dan memenangkan pertempuran, serta pasukannya terpojok ditengah-tengah, segera memerintahkan keseluruhan sisa pasukan yang dimilikinya untuk memfokuskan penyerangan ke posisi sayap kiri pasukan Mamluk pimpinan Al-Mansur Mohammad yang dirasa paling lemah, untuk membuka jalan keluar bagi pasukan yang dipimpinnya. Setelah digempur secara gencar akhirnya posisi sayap kiri pasukan Mamluk menjadi goyah.
Dari dataran tinggi, Sultan Quthuz yang mengamati jalannya pertempuran, melihat posisi sayap kiri pasukannya mulai terbuka akan dijebol pasukan Mongol, seketika itu pula ia membuang topeng bajanya ke tanah hingga wajahnya dapat terlihat oleh seluruh pasukannya, Sambil mengacungkan senjata Ia menggebrak kudanya ke arah posisi sayap kiri pasukannya,dan berteriak keras-keras,
“Demi Islam!..Demi Islam!”
Melihat sultannya menuju ke arah mereka, seketika itu pula moral dan semangat bertempur pasukan sayap kiri Mamluk meningkat, mereka kembali meningkatkan pertahanan dan tekanan kepada pasukan Mongol, satu-persatu pasukan Mongol berjatuhan terbunuh termasuk Qitbuka.
Pasukan yang tak pernah terkalahkan akhirnya takluk oleh pejuang Islam yang pemberani dan panji-panji Islam kembali ditegakkan.
Sultan Syaifuddin Muzhaffar al Quthuz meninggal dunia hanya lima puluh hari setelah kemenangan Ain Jalut. Kekuasaannya hanya berusia 11 bulan dan 17 hari. Tidak genap satu tahun!
Berbagai peristiwa bersejarah yang agung, persiapan yang bagus, pendidikan yang tinggi, kemenangan gemilang, hasil yang luar biasa dan dampak yang besar. Ya, semua ini dicapai kurang dari satu tahun di bawah pemerintahan pemuda legendaris ini.
Lalu. Bagaimana dengan kita? Di penghujung Ramadhan ini, apakah yang telah kita persiapkan, korbankan bahkan perjuangkan untuk menegakkan keadilan dan mencegah kemungkaran di sepanjang hidup kita?
Ramadhan adalah bulan perjuangan. Mulai dari perang Badar, perang Tabuk, menggali parit untuk perang Khandaq, penaklukkan Makkah, penaklukkan Andalusia, serta banyak peperangan terjadi di bulan ini termasuk perang Ain Jalut.
Mari kita berjuang, tentu saja bermula dari melawan hawa nafsu kita sendiri untuk menang dan merdeka baik sebagai diri, ummat dan bangsa.
Salam spektakuler
Archan, The Revolutionist (Motivator)
Kesan Sissoko Awal Puasa Di Indonesia
Ramadhan pertama di Indonesia menjadi kesan tersendiri bagi marquee player Mitra Kukar, Mohamed Sissoko. Ia mengaku sangat menikmati suasana Ramadan pertamanya di sini.
Eks pemain Juventus dan Liverpool ini, merasakan hari pertama Puasanya di Kota Malang. Lantaran keharusannya membela Mitra Kukar yang akan berjumpa Arema FC.
Seperti dilansir Juara, Mitra Kukar melakoni laga tandang pekan kedelapan Liga 1 di Stadion Gajayana, Kota Malang, Ahad (28/05/2017).
Pemain asal Mali ini mengaku sangat terkesan dengan suasana bulan Ramadan yang terjadi di Indonesia. Kesan pertama bagi Sissoko, adalah apa yang terjadi di sekelilingnya merupakan pengalaman baru yang berbeda dengan yang selama ini ia rasakan.
”Sangat spesial menjalani Puasa di Indonesia. Suasana bulan Ramadhan sangat terasa, ini berbeda dengan tempat-tempat saya sebelumnya,” kata Momo, sapaan Sissoko.
”Ini sebuah pengalaman baru yang membuat saya merasa senang,” tuturnya.
Sissoko mengaku tidak mengalami kendala yang cukup berarti saat harus menjalani ibadah Puasa. Bahkan, saat harus menjalani sesi latihan sore hari, pemain berusia 32 tahun ini tetap terlihat bersemangat.
Satu hal yang paling membuat Sissoko antusias yakni ia tidak perlu terlalu susah untuk mencari masjid saat hendak menuaikan sholat lima waktu dan sholat tarawih.
”Di sini, ada banyak masjid dan tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap,” ujarnya.
Sissoko di internal Mitra Kukar dikenal sebagai sosok yang sangat religius dan cepat berbaur. Gelandang bertahan ini tidak pernah melewatkan kewajiban sholat lima waktu, serta tak segan bergaul dengan rekan klubnya.
Sumber : Inspiradata
Fenomenal, Gadis Jepang Ini Terkenal Walau Bukan Anggota Idol Grup
Jepang merupakan sebuah negara yang terkenal dengan anime dan kecanggihannya. Diberbagai belahan dunia banyak sekali fans negara sakura tersebut. Hal ini dikarenakan Jepang memiliki ciri khas tersendiri dalam kebudayaan dan seni animenya.
Di sisi lain ternyata Islam juga berkembang di negara ini. Adalah Sahar Nakayama, Salah seorang gadis remaja asli Jepang yang memiliki banyak fans diberbagai belahan dunia. Bukan karena ia seorang penggiat cosplay atau anggota idol grup. Sahar Nakayama adalah seorang muslimah asal negeri sakura Jepang.
Gasis muslimah asal Jepang yang berusia 15 tahun ini pun merupakan seorang hafidzah (penghapal Al-Qur’an). Berbeda dengan gadis seusianya di Jepang setiap sepulang sekolah, Nakayama mengikuti kelas khusus menghafal Al-Qur’an Di Masjid daerah Otsuka.
Saat usianya 14 tahun Nakayama sudah mampu menghapal 26 juz Al-Qur’an. Dan kini ia telah menyelesaikan hafalannya sebanyak 30 juz.
Karena kegigihan Nakayama yang disiarkan melalui salah satu stasiun televisi swasta, wajar saja saat ini Nakayama memiliki banyak fans diberbagai negara termasuk Indonesia.
Menjadi seorang muslimah di negara minoritas pastinya sangat sulit bagi dirinya, adik, juga kedua orang tuanya. Tetapi inilah kuasa Allah, Ia memudahkan Al-Qur’an bagi siapa saja yang mau berusaha dan dikehendakinya.
Sumber: Indoberita
Perkara yang Wajib Dijauhi oleh Orang yang Berpuasa
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya (puasanya).” (HR. Bukhari).
Jadi dalam berpuasa kita harus meninggalkan perkataan dusta dan bersabar jika ada yang mencelamu sebagaimana riwayat lain,
Rasulullah saw bersabda, “Puasa bukanlah (menahan diri) dari makan dan minum (semata), akan tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji, jika ada orang yang mencelamu atau berlaku jahil atasmu, katakanlah : “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim dengan sanad shahih).
Jangan sampai kita berpuasa hanya mendapat lapar dan haus saja.
“Banyak orang yang puasa, bagiannya dari puasa hanyalah lapar dan dahaga.”_
(HR. Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih).
Puasa adalah sarana yang menyampaikan seseorang kepada derajat taqwa, oleh sebab itu hendaklah orang yang sedang berpuasa turut mempuasakan semua anggota tubuhnya dengan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah Ta’ala dan RasulNya – yakni :
- Mempuasakan lisan.
- Mempuasakan mata.
- Mempuasakan telinga.
- Mempuasakan perut.
- Mempuasakan syahwat.
- Mempuasakan tangan.
- Mempuasakan kaki.
- Mempuasakan hati, dll.
والله أعلم بالصواب
Oleh : MQM Membangun Pribadi Qur’ani
Tangis Imam Malik Saat Berbuka
Dalam sebuah riwayat, Sayidinal-Imam Malik ibn Anas atau nama lengkapnya: Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr bin `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani, lahir di Madinah pada tahun 714M/93H, dan meninggal pada tahun 800M/179H, beliau adalah pakar ilmu fiqh dan hadits (pengarang kitab al-Muwatha’) serta pendiri Madzhab Maliki, dalam sebuah riwayat di bulan Ramdhan pada saat berbuka puasa beliau menangis hingga bercucuran air matanya membasahi janggutnya, lalu salah satu muridnya bertanya.
Murid: ”Wahai guruku yang mulia, kenapakah engkau menangis sedemikian sedih serta menyayat hati kami? Apakah ada di antara kami yang membuat hatimu sedih, atau hidangan ini kurang berkenan?”
Imam Malik: ”Tidak, tidak wahai murid-muridku. Sungguh, kalian adalah murid-murid terbaikku dan sangat khidmah padaku, bahkan hidangan ini teramat nikmat buatku.”
Murid: ”Lalu kenapakah wahai guru kami yang tercinta?”
Imam Malik: ”Sungguh, aku pernah berbuka dengan guruku (Sayidinal-Imam Ja’far ash-Shadiq, cucu Baginda Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam), dalam makanan yang nikmat seperti saat ini, dan beliau (Sayidina Ja’far ash-Shadiq) berkata sambil terisak,
”Wahai ibnu Anas (Imam Malik) tahukah engkau, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang berbuka dengan 3 buah kurma dan air. Tapi beliau merasa sangat nikmat penuh syukur.
Bahkan seringkali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berbuka sebutir kurma dibagi dengan Sayyidatuna Aisyah, tapi sungguh beliau merasa sangatlah nikmat, beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) sedikit sahur dan bukanya, tapi sangatlah banyak ibadah dan syukurnya, dan beliau selalu mendoakan kita umatnya yang selalu lalai kepada Baginda.”
“Sedang hari ini, kita di penuhi makanan nikmat dalam berbuka, tapi kita sangatlah jauh dari ibadah dan rasa syukur?”
Lanjut Imam Malik, “Dan tahukah kalian setelah berkata itu, maka guruku manusia yang mulia (Sayidinal-Imam Ja’far ash-Shadiq) pingsan, karena tiada mampu terkenang akan Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Masya Allah Tabarakallah.
Setelah Imam Malik ibn Anas menceritakan hal itu sambil terisak tangis kepada murid-muridnya, maka tiba-tiba ruangan tersebut menjadi haru dengan isak pilu kerinduan kepada Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Allah… Allah… Ya Rasulallah SAW).
Mari tataplah santapan sahur dan berbuka kita, lalu telaah amal ibadah kita. Bersyukurkah kita atau kufurkah kita?
Wallahu A’lam. Insyaa Allah Istiqamah