Iman Sedang Turun? Lafalkan Doa Ini

KEIMANAN manusia tidaklah selalu berjalan lurus dan stabil. Manusia adakalanya mengalami keimanan yang naik atau turun.
Rendahnya iman mampu membawa kita kepada kesedihan dan putus asa, juga kecemasan. Oleh karena itu, tidak berlebihan rasanya jika iman kepada Allah SWT disebut sebagai penangkal dan pelindung dari kesedihan.
Ketika iman tengah turun, bisa saja melumpuhkan perbuatan baik dan menghilangkan produktivitas dalam kehidupan seseorang dalam ibadah.
Ini adalah doa untuk membantu Anda keluar dari lemahnya iman, kesedihan, dan waktu kesusahan.
Diriwayatkan dalam sahih Bukhori dan Abu Dawud bahwa Nabi SAW secara konsisten membaca doa ini, dan banyak dari para sahabat mendengar Nabi SAW sering mengulanginya.

اللَّـــهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْحَـمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْـِز وَاْلكَسَلِ

 وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُـبْنِ وَالْبُخْـلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَـهْرِ الرِّجَالِ.

“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.”
Doa ini mengandung banyak arti agar dihilangkan dari sifat malas, lemah, sedih dan susah, hutang dan kesewenang-wenangan manusia.
Salah satu aspek yang indah dalam agama Islam adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya telah menentukan tindakan bagi kita ketika kita menderita lemah iman dan kesedihan, dan salah satu obat yang paling ampuh adalah Doa.
Semoga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Sumber : MuslimMatter

Menata Hati Meraih Kedamaian Hakiki

Banyak problematika dalam kehidupan yang menyangkut seseorang dengan yang lain, seperti dengan teman, saudara, bahkan dengan orangtua sekali pun.
Dari Zarbiy, ia berkata, Aku mendengar Anas bin Malik berkata : Ada orangtua yang datang ingin menemui Rasulullah, lalu orang-orang tidak segera memberi jalan kepadanya, maka Nabi bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak kasihsayang kepada yang lebih muda, dan tidak menghormati kepada yang lebih tua” (HR. Tirmidzi ).
Dikisahkan, seorang wanita yang baru menikah dengan pria yang dicintai dan tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Tidak lama setelah mereka berumah tangga, sangat terasa banyak ketidakcocokan di antara menantu dan sang mertua.
Hampir setiap hari terdengar kritikan dari ibu mertua. Pertengkaran pun seringkali terjadi. Apalagi sang suami tidak mampu berbuat banyak atas sikap ibunya.
Saat sang menantu merasa tidak tahan lagi dengan ibu mertuanya, akhirnya ia memutuskan untuk memberi racun sang ibu mertua.
Pergilah si menantu menemui teman baik ayahnya, seorang penjual obat ramuan tradisional. Wanita itu menceritakan kisah sedih dan sakit hatinya dan memohon agar dapat diberikan bubuk beracun untuk membunuh ibu mertuanya.
Sang paman menyatakan kesanggupannya untuk membantu, tetapi dengan syarat. Sambil memberi sekantong bubuk ramuan yang dibuatnya, sang paman berpesan.
“Nak, untuk menyingkirkan mertuamu, jangan memberi racun yang bereaksi cepat, agar orang-orang tidak akan curiga. Karena itu, saya memberimu ramuan yang secara perlahan akan meracuni ibu mertuamu. Setiap hari campurkan sedikit ramuan ini ke dalam masakan kesukaan ibu mertuamu dari hasil masakanmu sendiri. Kamu harus bersikap baik, menghormati, dan tidak berdebat dengannya. Perlakukan dia layaknya ibumu sendiri, agar saat ibu mertuamu meninggal nanti, orang lain tidak akan menaruh curiga kepada kamu.” ungkap paman penjual ramuan.
Perempuan itu menuruti sang paman. Setiap hari, ia menyuguhkan aneka makanan kesukaan ibu mertua. Tidak terasa, empat bulan telah berlalu dan terjadilah perubahan yang sangat besar.
Dari hari ke hari, melihat sang menantu yang bersikap penuh perhatian kepadanya, ibu mertua pun merasa tersentuh. Ia mulai menyayangi sang menantu bahkan memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
Menyadari perubahan positif ini, sang menantu cepat-cepat datang lagi menemui sang paman penjual obat, “Tolong berikan kepada saya obat pencegah racun pembunuh ibu mertua saya. Setelah saya patuhi nasihat paman, ibu mertua saya berubah sangat baik dan menyayangi saya seperti anaknya sendiri” pinta sang menantu.
“Anakku, kamu tidak perlu khawatir. Bubuk yang saya berikan dulu bukanlah racun, tetapi ramuan untuk meningkatkan kesehatan. Racun yang sebenarnya ada di dalam pikiran dan sikapmu terhadap ibu mertua. Sekarang semua racun itu telah punah oleh perhatian yang kamu berikan kepadanya.” kata sang paman tersebut.
Karena kasih dan perhatian mampu melepaskan kita dari belenggu kesalahpahaman, meluluhkan ketidakpedulian, hati yang keras, dan pikiran yang penuh kebencian.
 
Sumber: SangBidadari

Paus Fransiskus Ajak Umat Katolik Doakan Keselamatan Etnis Rohingya

Di tengah aksi pembantaian yang dilakukan militer kepada etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar, Pemimpin Katolik Paus Fransiskus mengumumkan akan berkunjung ke negeri tersebut.
Sebagaimana dikutip Telegraph, Minggu (3/8), Vatikan sejak pekan lalu telah mengumumkan rencana Paus mengunjungi Myanmar pada November mendatang. Pengumuman ini disampaikan saat ribuan etnis Rohingya terusir paksa dan melarikan diri ke Bangladesh.
Paus turut menyoroti aksi pembantaian tersebut. Ia bahkan mengajak umat Katolik berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Roma dan mendoakan keselamatan etnis Rohingya.
“Ada berita duka tentang penganiayaan terhadap minoritas agama dari saudara Rohingya kami. Semoga Tuhan menyelamatkan mereka,” pungkasnya.
Sebanyak 800 orang warga Rakhine, termasuk perempuan dan anak-anak, dilaporkan tewas dalam pembersihan ‘etnis rohingya’ yang dilakukan militer rezim Aung San Suu Kyi.
Pekan ini, tercatat sebanyak 3 ribu pengungsi Rohingya berada di daerah perbatasan Bangladesh. Mereka bertahan di tempat tak bertuan tersebut demi menghindari penganiayaan dari pemerintah Myanmar.
 
Sumber : Rmol/Telegraph

Dulu, Ayah Aung San Suu Kyi Akui Etnis Rohingya Sebagai Warga Myanmar

Dulu, Ayah Aung San Suu Kyi Akui Etnis Rohingya Sebagai Warga Myanmar

Pembantaian etnis Rohingya belum juga berakhir. Setelah dihebohkan dengan ribuan pengungsi yang mengapung di atas kapal pada tahun 2015 lalu, kini gelombang itu kembali terjadi. Pada 25 Agustus militer Myanmar membantai etnis Rohingya di negara bagian Rakhine. Aksi tersebut mengakibatkan 300 ribu lebih warga rohingya mengungsi ke Bangladesh.
Apa penyebab dari rumitnya krisis di Myanmar ini?
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menilai situasi ini tak lepas dari tidak diakuinya etnis Rohingya sebagai warga Myanmar oleh rezim yang tengah berkuasa.
“Bahkan ada kecenderungan pemerintah Myanmar melakukan ethnic cleansing (pembersihan etnis) saat terjadinya konflik antar etnis Rohingya dengan otoritas Myanmar,” ujar Hikmahanto seperti dikutip dari Historia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Moshe Yegar dalam Between Integration and Secession: The Muslim Communities of the Southern Philippines, Southern Thailand, and Western Burma.
Mereka mengungkapkan, masyarakat Rohingya tidak lagi diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar sejak 1982. Dua dekade setelah terjadinya kudeta militer oleh Jenderal Ne Win, hingga menetapkan pemerintahan junta militer.
Paspor mereka dicabut, hak-hak politik mereka dikebiri. Dalam Debating Democratization in Myanmar yang dirangkum Nick Cheesman dan Nicholas Farrelly, masyarakat muslim Rohingya Myanmar tidak lagi dicantumkan sebagai satu dari 135 kelompok etnis resmi yang disebut national races di Myanmar.
Bapak Bangsa Myanmar Dulu Dekat dengan Muslim Rohingya
Jika dilihat secara historis, Bapak Bangsa Myanmar, U Aung San ayah dari Aung San Suu Kyi, pernah merangkul Muslim Rohingya. Aung San merangkul etnis yang kini tidak diakui itu sebelum Myanmar merdeka pada tahun 1948.
Pada Perang Dunia II, Aung San dengan kelompok antifasisnya bahu-membahu dengan milisi Rohingya yang didukung Inggris dalam memerangi Jepang.
“Bapak Aung San dengan sangat ramah menerima Rohingya sebagai satu dari ras asli Burma sebagaimana Kachin, Kayah, Karen, Chin, Mon dan Rakhine.”
“Dia menjamin kewarganegaraan (warga Rohingya) saat bertemu para petinggi muslim di Akyab, Mei 1946,” sebut U Kyaw Min alias Shamsul Anwarul Haque, dalam artikel Legal Nexus Between Rohingya and the State di jurnal An Assessment of the Question of Rohingya’s Nationality.
Muslim Rohingya Pernah Mengisi Parlemen Myanmar
Saat Myanmar merdeka, Muslim Rohingya bisa hidup tenang. Mereka menikmati semua hak nya sebagai warga negara. Mereka benar-benar bisa hidup setara di bawah payung Residents of Burma Registration Act yang dirilis 1949 dan disusul Burma Registration Rules pada 1951.

Screenshot_2017-09-14-10-25-24_com.android.chrome_1505359697405

Surat pengakuan etnis rohingya myanmar kala itu


Tak hanya itu, pada tahun 1951 seorang etnis Rohingya berhak mencalonkan diri sebagai anggota parlemen. Mereka mewakili daerah-daerah pemilihan (dapil) Buthidaung Utara, Buthidaung Selatan, Maungdaw Utara serta Maungdaw Selatan.
Tercatat beberapa nama anggota parlemen terkemuka asal Rohingya. Sebut saja nama-nama seperti Abdul Gaffar, Abul Bashar, Sultan Ahmed, Daw Awe Nyunt (a) Zurah, Ezar Meah, Sultan Mahmood, Abul Khair, Rashid, hingga MA Subhan.
Kebudayaan dan Hak Ibadah Haji Muslim Rohingya Dijamin Kala Itu
Apresiasi pemerintah terhadap kebudayaan Rohingya diperlihatkan pula dengan adanya acara program bahasa Rohingya d BBS (Burma Broadcasting Service) atau stasiun radio milik pemerintah Myanmar.
Hak-hak beragama pun dijamin oleh pemerintah. Untuk mengikuti ibadah haji misalnya, pemerintah Myanmar menerbitkan paspor bagi masyarakat Rohingya yang sudah memiliki NRC (Kartu Registrasi Nasional) dan FRC (Sertifikat Registrasi Orang Asing), agar mereka bisa pergi naik haji ke Makkah.
Kudeta Militer Myanmar dan Pencabutan Kewarganegaraan Etnis Rohingya
Akan tetapi, kedamaian itu berakhir sejak kudeta dilakukan oleh pihak militer pimpinan Jenderal Ne Win pada 2 Maret 1962.
Jendral Ne Win

Pemimpin Kudeta, Jenderal Ne Win


Pemerintahan junta militer lantas melindas pemerintahan sipil AFPFL (Liga Kebebasan Rakyat Anti-Fasis) yang kala itu dipimpin Perdana Menteri U Nu.
Usai berhasil menggulingkan U Nu, secara sistematis hak-hak politik masyarakat Rohingya dihapuskan. Baik dalam mengikuti pencalonan, maupun memberikan suaranya dalam pemilu, melalui UU baru tentang Kewarganegaraan Tahun 1982. Benih-benih konflik mulai tertebar hingga menuai krisis hingga sekarang.
“Rohingya telah ada di Rakhine sejak dunia diciptakan. Arakan adalah tanah kami; tanah India selama seribu tahun lalu,” cetus politisi Rohingya Kyaw Min dalam suratkabar The Economist 3 November 2012.
Pemerintah junta militer Myanmar sudah tak lagi menjabat sejak 2016. Saat ini Pemerintahan dipimpin oleh wakil dari partai pimpinan Aung San Suu Kyi. Lewat Pemilu, NLD (Liga Nasional Demokratik) pimpinan Aung San Suu Kyi, dan wakilnya, U Htin Kyaw berhasil jadi presiden.
Meski pemerintahan junta militer sudah berakhir. Muslim Rohingya belum mendapat hak-haknya sebagai warga negara.
Agaknya Suu Kyi tak belajar dari sang ayah. Maka tak heran, Sang Ayah yang pernah merangkul Muslim Rohingya ini dikenal sebagai Bapak Bangsa Myanmar.
 
Oleh : Eva F Hasan
Sumber : Islampos/Historia/TheEconomist

Dulu, Ayah Aung San Suu Kyi Akui Etnis Rohingya Sebagai Warga Myanmar

Halimah, Presiden Muslimah Pertama Singapura

SINGAPURA — Halimah Yacob ditetapkan menjadi presiden wanita pertama Singapura. Mantan ketua parlemen ini secara resmi dilantik pada hari Rabu (13/9), setelah kandidat lainnya tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk mengikuti pemilihan.
Kemenangan Halimah dipastikan setelah dia menjadi satu-satunya bakal calon presiden yang diloloskan oleh Komite Pemilihan Presiden, seperti dilaporkan The Straits Times.
Dua bakal calon lain yaitu pengusaha Farid Khan dan Salleh Marican gagal memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk menjadi calon resmi.
Dengan dirinya menjadi satu-satunya bakal capres yang dapat berlaga, maka dipastikan Halimah menang dengan walkover di hari nominasi yang akan digelar pada Rabu (13/9/2017).
Pilpres Singapura yang dijadwalkan akan digelar pada Sabtu (23/9/2017) dengannya tidak perlu diselenggarakan lagi.
Memang untuk menjadi capres di Singapura tidaklah mudah. Ada segudang kriteria yang sangat ketat yang harus dipenuhi.
Untuk pejabat publik seperti Halimah harus memenuhi syarat salah satunya ialah telah menjabat di sejumlah posisi penting politik selama sekurang-kurangnya 3 tahun.
Halimah sendiri menjabat sebagai Ketua DPR Singapura selama 4 tahun dari 2013 sampai 2017.
Sementara itu untuk bakal calon dari kalangan swasta harus memiliki shareholders equity sekurang-kurangnya 500 juta dollar Singapura.
Inilah syarat yang gagal dipenuhi Farid dan Salleh karena shareholders equityperusahaan yang mereka pimpin tidak mencapai angka yang disyaratkan.
Untuk pilpres tahun ini hanya warga Melayu yang dapat mencapreskan diri.
Amandemen konstitusi ini dilakukan tahun lalu untuk memastikan keterwakilan setiap suku di kursi presiden.
Adapun Singapura memiliki empat suku yaitu China, Melayu, India dan “Others” atau yang lain-lain.
Halimah mendeklarasikan kemenangannya dan berterimakasih terhadap dukungan warga Singapura yang luar biasa sejak dia memutuskan mencalonkan diri bulan lalu.

p_1505299971c7a-halimah-yacob-jadi-presiden-wanita-pertama-singapura

Pendukung capres Halimah dengan boneka dirinya


“Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya berjanji untuk melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan untuk melayani masyarakat Singapura dan itu tidak berubah apakah ada pemilihan atau tidak ada pemilihan,” katanya kepada wartawan yang berkumpul.
Wanita berusia 63 ini menjadi orang melayu kedua yang menjadi presiden setelah Yusof Ishak yang merupakan presiden pertama Singapura dari 1965-1970.
Posisi Presiden Singapura adalah seremonial namun jauh lebih kuat dari presiden seremonial di negara lain.
Presiden Singapura mempunyai hak veto terhadap simpanan keuangan negara dan anggaran negara, penunjukan pejabat publik seperti Ketua Mahkamah Agung (MA), Jaksa Agung, Panglima Angkatan Bersenjata dan Kepala Staf Tiga Angkatan.
Presiden juga dapat memveto Rancangan Undang-Undang (RUU) yang diajukan parlemen
Kaum Melayu terakhir yang memegang kursi kepresidenan adalah Yusof Ishak. Gambar dirinya menghiasi uang kertas negara tersebut. Yusof adalah presiden antara tahun 1965 dan 1970, tahun-tahun pertama kemerdekaan Singapura menyusul persatuan dengan negara tetangga Malaysia, namun kekuasaan eksekutif terletak pada Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama negara tersebut.
Kondisi Etnis Melayu di Singapura
Pemisahan Singapura dari Malaysia membuat etnis Melayu menjadi mayoritas di Malaysia, sementara etnis Tionghoa membentuk mayoritas di Singapura. Namun, para pemimpin kedua negara mengakui bahwa perdamaian dan kemakmuran bergantung pada pelestarian harmoni antara kedua kelompok.
Meski demikian, sebuah laporan pemerintah yang diterbitkan pada tahun 2013 menemukan orang-orang Melayu terkadang merasa didiskriminasikan dan memiliki prospek terbatas di beberapa institusi, seperti angkatan bersenjata.
Kebijakan pendidikan dan ekonomi Singapura telah membantu menciptakan jajaran kelas menengah Melayu, namun sensus terakhir di tahun 2010 menunjukkan bahwa mereka tertinggal dari kelompok etnis lain mengenai tindakan sosio-ekonomi seperti pendapatan rumah tangga dan kepemilikan rumah.
Orang-orang Melayu, yang membentuk lebih dari 13 persen dari 3,9 juta warga Singapura dan penduduk tetap, juga berperforma buruk terhadap tindakan seperti pendidikan di universitas dan sekolah menengah. Meski menjadi calon presiden, Halimah mengenakan jilbab, yang dilarang di sekolah negeri dan pekerjaan sektor publik yang membutuhkan seragam. Tapi dia jarang berbicara secara terbuka mengenai masalah ini.
Halimah binti dulunya anggota Partai Aksi Rakyat (PAP), dia adalah Ketua Parlemen yang kesembilan, yang menjabat dari Januari 2013 sampai Agustus 2017.
Halimah Yacob telah mengukir sejarah setelah terpilih menjadi presiden wanita muslimah berjilbab pertama Singapura dan dunia.
 
Sumber : Republika/Kompas – Reuters/Strait Times
 
 

X