Akhfiya’ul Atqiya yakni mereka kekasih Allah yang bertaqwa dan mengerjakan ibadah secara sembunyi-sembunyi guna menjauhi riya dilihat manusia. Walau tak dikenal, doanya mengguncang Arsy, hajat umat atas mereka besar sekali.
Mu’adz bin Jabal menangis dihadapan Umar menjelang ajalnya. Sebab dia karena ilmu dan kedermawanannya tak terkecuali dari sifat Akhfiya‘.
Suatu ketika Hasan Al Bana di temani sahabatnya Umar Tilmitsani beristirahat ditengah malam seusai menempuh perjalanan jauh dan melelahkan. “Umar sudah tidurkah engkau?” tanya Hasan. “Belum wahai saudaraku.” Sejam kemudian ditanya kembali, “Umar sudah tidurkah engkau?”. Sahabatnya hanya diam walau sejatinya belum tidur. Kemudian Hasan Al Bana bangkit dan mengerjakan qiyamul lail sepanjang malam hingga fajar menjelang.
Begitupula dengan kisah Al Mawardi. Saat menjelang ajal, buku-buku karyanya baru diberi tahu kepada seorang murid kepercayaannya untuk disebarkan kepada umat. Niat ikhlasnya dan tidak mencari popularitas dalam menerbitkan karya yang berjilid-jilid itu masih dirasakan manfaatnya.
Mereka inilah akhfiya. Orang-orang misterius, yang menyembunyikan amalnya, dan berusaha menjaga keikhlasan pada setiap amal-amalnya. Takut ibadahnya ditolak karena virus riya (ingin diperhatikan) dan sum’ah (ingin dibicarakan).