Begitu ustadz Arifin Ilham naik ke panggung, beliau membuka dengan kalimat Allah, Allah, Allah. Beliau lanjutkan dengan dzikir dan doa yang menyentuh. Hampir semua menangis sesenggukkan. Mendoakan negeri, mendoakan bangsa, mendoakan pemimpin. Mohon ampun pada Yang Maha Kuasa. Inget dosa.
Kemudian ustadz Hidayat Nur Wahid berbicara tentang nasionalisme dalam Islam. Banyak yang manggut-manggut. Lanjut syekh Ali Jaber baca 12 surat pertama Al Kahfi dengan merdu. Adem hati mendengarnya.
Kemudian Habib Abdurrahman As-Segaf dari Nurul Musthofa. Baca Allahumafhamna bil Qur’an. Terisak hati. Betapa jauh hati ini dari Al Qur’an ya Allah. Faghfirli ya Rabb.
Ini nih gongnya. Ustadz Bachtiar Nasir. Membahana orasi beliau. Imam booster, pemantik ghirah dalam dada yang kian menyala. Masya Allah, izinkan aku selalu menjadi makmum mu ustadz.
Lalu Aa Gym, seperti biasa. Beliau menyejukkan dan lucu. Menggoda bapak kapolri, mengajak kami berkhayal keislaman yang baik. Bagaimana jika nabi Muhammad saw hadir disini? Nangis lagi.
Tak terlewatkan bapak Kapolri Tito dam Presiden jokowi ikut memberi sambutan kepada peserta aksi dari atas panggung.
Percaya atau enggak, kira-kira setiap setengah jam malaikat ngasih gerimis kecil. Kurang lebih 5 menit. Setelah itu sejuk lagi. Awan menggantung seakan memayungi kami, angin sepoi-sepoi. Kalau pas haji/umroh ada petugas menyemprotkan air biar jamaah gak kepanasan. Di monas Allah tugaskan malaikat langsung.
Menjelang shalat jum’at, hujan mulai besar. Seorang yang diatas panggung bilang : Allah kirimkan hujan agar bapak ibu tak repot antri wudhu. Maka banyak yang wudhu dengan air hujan. Dan hujan gak berhenti sampai shalat jum’at selesai. Baru kali ini seumur-umur shalat sambil diguyur hujan. Indah luar biasa. Gak pernah nemuin sensasi sedamai ini. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan?
Saat hujan adalah mustajab doa. Hari jum’at adalah mustajab berdoa. Energi jutaan orang pada saat hujan di hari jum’at. Imagine that, so powerful!
Pulang jalan kaki dari Monas padet. Katanya persis seperti hari Arafah. Atau keluar masjidil haram saat peak season. Bedanya saudara-saudara setanah air ini sabar. Gak dorong-dorongan. Ukuran badannya relatif kecil.
Tiap mau ngeluh capek inget saudara-saudara dari ciamis. Gak jadi deh. Makanan melimpah ruah sepanjang jalan. Allah kasih melalui donatur yang begitu banyak. Segala puji bagimu ya Allah.
Yang kumpulin sampah gak berhenti berkeliling. Begitupun para dokter. Keliling memastikan kalau kami baik-baik saja. Hebatnya mereka para anak muda dengan wajah yang amat ceria. Bangga sekali dengan mereka semua. Makin optimis dengan kaum muslimin Indonesia. Gak nyangka wanita karir mau mungutin sampah.
Demikian catatan kecilku. Karena 411 gak bisa ikut dan nyesel. Hanya mau berbagi kebahagiaan dengan indahnya berkumpul dengan jutaan saudara sebangsa setanah air. Sambil mendoakan negeri ini dan memohon ampunan atas segala salah yang kami perbuat.
Alhamdulillah. One of my best day. Selama menumpang hidup dibumi Allah. Allahu Akbar!