Ringkasan Taklim: Manajemen Waktu Ala Rasulullah

Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Bersama:
KH. DR. Ali Akhmadi, MA, Al-Hafizh.
Ahad, 3 Januari 2016
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman
Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan.
Mencermati kehidupan manusia paling mulia Rasulullah SAW:

  1. Mendapatkan wahyu mulai umur 40 tahun
  2. Singkatnya waktu dalam melaksanakan tugas dakwah, hanya 23 tahun

Keberkahan umur yang Allah berikan sehingga dalam waktu yang relatif lebih singkat dapat melaksanakan berbagai tugas yang banyak dan berat dibanding nabi-nabi pendahulunya
Kewajiban kepada umat Muhammad SAW relatif lebih sedikit dibanding umat terdahulu, namun kualitasnya menyamai umat terdahulu
Kewajiban shalat 5 waktu ditambah shalat sunah yang mengiringinya hampir sama jumlahnya bahkan lebih dari kewajiban 50 waktu umat terdahulu
Berbicara waktu adalah berbicara tentang:
Al Waktu Huwal Hayah (Waktu adalah Kehidupan)
Kehidupan adalah lembaran (al-waktu shafahatun), seperti halnya buku, kita tuliskan didalamnya cerita tentang kehidupan. Dan kelak buku itu akan dibacakan kembali.
Semua hal yang kita lakukan baik amal sholeh maupun amal buruk akan ditulis. “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir” (QS. Qoff: 16-18)
Anggota badan akan menjadi saksi atas perbuatan yang dilakukan semasa hidup. “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. Yasin:65).
Perbuatan yang dahulu dilakukan ketika didunia akan ditunjukkan bekas-bekasnya. “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12).
Yang selalu berbuat baik akan dihisab dengan mudah serta merasa senang dan puas dengan buku catatannya. (QS. Al Insyiqaq: 7)
Sebaliknya yang selalu berbuat jahat dan dzalim terhadap dirinya akan dimasukkan kedalam neraka dan menyesal sesal-sesalnya. (QS. Al Insyiqaq: 9-11)
Al Waktu Huwas Saif (Waktu Adalah Pedang)
Pedang yang tidak digunakan akan tumpul dan berkarat. Begitu juga dengan waktu yang kita miliki jika tidak digunakan untuk kebaikan ia akan menjadi sulit untuk merangkum berbagai kebaikan.
Sahabat Ali ra berkata: alwaktu kassaif fa in lam taqtaha’u qatha’aka [waktu seperti pedang jika kamu tidak menggunakannya untuk memotong (berbuat kebaikan) maka waktu akan memotongmu (menjadi penyesalan)]
Kelak amal-amal baik akan menjadi teman yang setia hingga menghadap Rabbnya.
Amal buruk akan menjadi beban dan penyebab siksa neraka
Al Waktu Huwal Fulus (Waktu adalah Uang)
Orang barat menganggap “time is money” maksudnya waktu adalah penghasilan
Waktu yang sudah kita lewati menghasilkan apa?
Yang menguntungkan? Atau merugi?
Sahabat pernah bertanya “mata sa’ah” (kapan hari kiamat) Rasulullah menjawab “madza a’dadta lahaa” (apa yang telah kamu persiapkan untuknya?).
Orang yang pandai adalah yang menundukkan jiwanya dan beramal untuk kehidupan setelah mati
Bagi orang beriman tentulah memahami pentingnya waktu, setiap detiknya harus menghasilkan. Dua rakaat sebelum shubuh misalnya keutamaannya menyamai kebaikan sebesar dunia dan seisinya. Belum lagi fadhilah dari dzikir, sadaqah dan lain sebagainya yang masih bisa digandakan sesuai kehendak Allah SWT.
Waktu adalah modal yang paling utama dalam kehidupan ini. Modal yang Allah berikan sama dengan
 
1 hari = 24 jam
1 pekan = 168 jam
1 bulan = 720 jam
1 tahun = 8640 jam
Begitu juga yang diberikan kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Yang membedakan adalah keberkahan dari waktu tersebut.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya
 

Ringkasan Ta’lim : Sabar dan Sikap Lemah Lembut

? Ringkasan Kajian Kitab Riyadhus Shalihin Bab 74
 
“Sabar dan Sikap Lemah Lembut”
? Bersama:  Ustadz Abdul Rochim, Lc.
Ahad, 20 Desember 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Ta’lim Al-Iman, Kebagusan, Jakarta Selatan
 
?Alhilmu maksudnya menahan diri, menahan emosi atau memaafkan.
?Al-Anah artinya tidak terburu-buru atau tergesa-gesa.
?Ar-Rifqu artinya lemah lembut.
?Diantara ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah mampu menahan emosi dan memaafkan kesalahan orang lain, jika sifat ini belum ada berarti indikasi ketaqwaan belum ada pada dirinya.
?Tidaklah sama antara kebaikan dan keburukan, tolaklah keburukan dengan cara yang lebih baik. seperti tidak menyikapi perkataan buruk seseorang dengan keburukan yang sama, akan tetapi balaslah dengan cara yang lebih baik.
?Jadilah orang-orang yang pemaaf, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan berpaling dari orang-orang yang bodoh.
?Orang-orang yang bodoh adalah mereka  tidak mengetahui. Diantara cara berpaling dari mereka adalah dengan  menghindari perdebatan, karena dengan tidak melayani perdebatan dengan mereka adalah merupakan sebuah jawaban untuk mereka, dengan demikian bisa menyelesaikan masalah.
?Sabar adalah induk daripada akhlak yang mulia, oleh karenanya semua bentuk akhlak yang mulia adalah termasuk bagian dari kesabaran, seperti tidak emosi, tidak tergesa-gesa, dan santun kepada orang lain. semua itu adalah bagian dari ‘azmil umur yaitu sebuah keinginan kuat di dalam diri untuk memiliki sesuatu.
?Di dalam Hadits Asyaj (Abdul Qais) ada 2 sikap atau sifat yang disukai oleh Allah SWT :
1. Mampu menahan emosi dan memberi maaf
2. Tidak tergesa-gesa, karena tergesa-gesa adalah perbuatan syaithan, bahkan segala sesuatu yang di lakukan secara tergesa-gesa adalah perbuatan dan rekayasa syaithan.
?Pada Hadits Ar-Rifqu (santun), Rafiiq bukan temasuk nama dari nama-nama Allah, akan tetapi kata-kata Rafiiq di sini hanya sekedar untuk menjelaskan, bukan dalam rangka menyebut nama Allah, maka tidak boleh memberikan nama anak dengan nama Abdul Rafiiq.
?Diantara bentuk sifat santun adalah tidak gampang memvonis keburukan orang lain dan tidak besikap kasar, karena sikap yang kasar dapat memberikan bekas di dalam hati orang lain.
?Kesimpulan para ulama dari hadits Badui yang kencing di dalam masjid Rasulullah :
1. Tidak bersikap reaktif terhadap masalah.
2. Harus selalu mempertimbangkan segala efek atau akibat yang muncul dari sebuah sikap atau perbuatan.
3. Harus selalu memperlakukan manusia walau seburuk apapun secara manusiawi.
4. Selalu mempertimbangkan perasaan orang lain.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya

Ringkasan Ta’lim : Loyalitas Mukmin

? Ringkasan Pengajian Tadabbur Al Qur’an Surat Al Mumtahanah Ayat 2-3
 
“Loyalitas Mukmin”
Ahad, 22 November 2015 |Pkl. 18.00-19.30 | Di Majelis Ta’lim Al Iman
? Bersama dengan: Ust. Fauzi Bahreisy
 
? Surat Al Mumtahanah ayat 2-3:
? “Jika mereka menangkapmu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu lalu melepaskan tangan dan lidahnya kepadamu untuk menyakiti dan mereka ingin agar kamu (kembali) kafir
? “Kaum kerabatmu dan anak-anakmu tidak akan bermanfaat bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan
? Tadabbur ayat ke-2:
➡ Jika mereka (orang kafir) bisa menangkap kalian ~> maknanya: jika mereka (orang kafir) bisa mengendalikan/memperoleh/mendominasi kalian.
➡ Jika orang kafir bisa mengendalikan kalian maka mereka akan menjadi musuh bagi kalian, wajah asli mereka akan mereka tampilkan.
➡ Orang kafir ketika minoritas mereka akan menunjukkan muamalah yang baik dengan kita tapi ketika mereka memiliki sedikit kekuasaan mereka akan unjuk gigi. Hal ini akan terus terjadi berulang-ulang di setiap zaman.
➡ Mengulurkan tangan dan lisan dalam ayat ini bermakna buruk, artinya mereka (orang kafir) melakukannya dalam rangka kejahatan. Mengulurkan tangan berupa tindakan buruk kepada kaum muslimin. Mengulurkan lidah maknanya adalah perkataan mereka jahat kepada kaum muslimin.
➡ Tujuan mereka semua itu adalah mereka ingin kaum muslimin kufur, keluar dari Islam, selaras dengan Surat Al Baqarah ayat 120.
➡ Kalau begitu sikap mereka kepada kaum muslimin, maka kaum muslimin dilarang berbuat demikian.
➡ Kalau ada orang muslim yang bersikap seperti orang kafir maka hal ini patut dipertanyakan.
➡ Orang muslim justru ingin tetap mendapat hidayah. Sedangkan orang kafir sebaliknya. Inilah yang membedakan orang muslim dengan orang kafir.
? Tadabbur ayat ke-3:
? Pada hari kiamat tidak ada manfaat sama sekali kerabat dan anak-anak. Hal itu terjadi jika ikatan kekeluargaan dibangun bukan diatas ikatan ketaqwaan.
? Terkait kisah Hatib bin Abi Balta’ah, jika ikatan kekeluargaan mengkhianati ikatan kepada Rasulullah maka tidak akan bermanfaat sama sekali.
? Ikatan kekeluargaan baru akan bermanfaat di akhirat kelak ketika dibangun diatas ikatan ketaqwaan/keimanan. Jika tidak, makan ikatan kekeluargaan tersebut tidak akan bermanfaat sama sekali.
? Sahabat Salman Al Farisi meski tidak memiliki ikatan kekeluargaan secara langsung dengan Rasulullah SAW tapi dianggap keluarga oleh Rasulullah karena ikatan kepada Rasulullah dibangun diatas keimanan. Tidak sebagaimana Abu Lahab yang meski keluarga Rasulullah tapi ikatannya tidak dibangun diatas keimanan.
? Allah mengetahui niat dalam setiap aktivitas kita.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabazy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya

Ringkasan Ta’lim : Karakter Da’i Sejati

? Kajian Kontemporer Majelis Ta’lim Al Iman
 
“Karakter Da’i Sejati”
Bersama: Ust. Fauzi Bahreisy
Ahad, 29 November 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman
Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
 
? Mukaddimah
? Perkataan yang paling baik dan punya nilai di sisi Allah adalah perkataan yang mengajak orang ke jalan Allah.
? Kita adalah da’i sebelum apapun (nahnu du’at qabla kulli sya-i).
? Dakwah tidak hanya diatas mimbar, dakwah tidak hanya pekerjaan para asatidzah dan ulama tetapi setiap muslim.
? Tugas mengajak orang ke jalan Allah (dakwah) adalah tugas yang sangat mulia
 
? Karakter yang harus dimiliki da’i:
✅ Ikhlas
⏩ Ikhlas merupakan bekal/pondasi dasar
⏩ Kita ajak orang ke jalan Allah bukan ke yang lain.
⏩ Sekecil apapun amal jika dilakukan dengan ikhlas maka akan diterima Allah namun jika amal yang besar tidak dilandasi dengan keikhlasan maka tidak berarti disisi Allah.
⏩ Salah satu kunci sukses dakwah Rasul dan para sahabat adalah keikhlasan.
⏩ Orang kalau sudah ikhlas, ia akan sungguh-sungguh.
 
✅ Alim dan Mutafaqquh Fiddin
⏩ Da’i harus membekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, yang kemudian ilmu tersebut akan ditransfer ke orang lain.
⏩ Da’i harus terus belajar, jangan pernah merasa puas dan cukup.
 
✅ Beramal dengan ilmunya
⏩ Da’i harus menjadi contoh baik di dalam keluarga maupun di masyarakat
⏩ Rasulullah SAW adalah pribadi yang banyak memberikan contoh keteladanan dibandingkan ceramah/taushiyah beliau kepada para sahabat.
⏩ Ilmu yang diperoleh harus diamalkan.
⏩ Dengan diberikan contoh/keteladanan, biasanya atsar (pengaruh) nya lebih kuat dibandingkan melalui perkataan
 
✅ Memiliki Sifat Kasih Sayang
⏩ Da’i jangan posisikan masyarakat/obyek dakwah sebagai target saja tetapi dilandasi rasa cinta kita kepada mereka.
 
✅ Memiliki Kelapangan Hati
⏩ Seorang da’i harus memiliki sifat kelapangan hati menghadapi berbagai tabiat obyek dakwah sebagimana do’a Nabi Musa ketika menghadapi Firaun (rabbi shrohli shadri)
 
✅ Hikmah
⏩ Da’i harus tahu kondisi obyek dakwahnya.
⏩ Da’i harus berbicara sesuai dengan kadar intelektualitas obyek dakwahnya.
⏩ Dakwah harus mempermudah, jangan mempersulit.
 
✅ Selalu Berdoa
⏩ Da’i selalu mendoakan obyek dakwahnya agar kelak mendapatkan hidayah Allah.
 
✅ Jangan membusungkan dada ketika ada yang mendapatkan hidayah lewat dakwah kita.
 
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabazy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya

Ringkasan Ta’lim : Keteladanan Ibrahim as

? Ringkasan Pengajian Tadabbur Al-Qur’an Surat Al-Mumtahanah ayat 4-6
“Keteladanan Ibrahim Alaihis Salam”
? Ustadz Fauzi Bahreisy
Ahad, 13 Desember 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Majlis Ta’lim Al-Iman
Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan
 
? Surat Al Mumtahanah ayat 4-6
✅ Ayat 4:
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, “Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakkal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.
✅ Ayat 5:
Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami, Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
✅ Ayat 6:
“Sungguh, pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian, dan barang siapa berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.”
✒ Tadabbur Ayat ke-4 dan ke-5:
? Di dalam Islam di antara satu Nabi dengan Nabi yang lain punya keterkaitan erat, demikian juga apa yang di bawakan oleh Nabi kita Muhammad SAW punya kaitan erat dengan apa yang di bawakan oleh Nabi Ibrahim.
? Ada contoh terbaik pada Nabi Ibrahim dan orang-orang bersamanya. Orang-orang yang bersamanya di sini ada 3 pendapat:
1⃣ Keluarga Nabi Ibrahim yang ikut bersamanya.
2⃣ Kaum Nabi Ibrahim yang beriman.
3⃣ Para Nabi-Nabi yang sejalan dengan Nabi Ibrahim.
? Dalam hal apa kita harus mencontoh Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya?
Dalam hal:
? Berlepas diri dari orang-orang kafir, dan harus menunjukkan sikap tegas terhadap mereka dalam urusan iman/aqidah.
? Mengingkari atau tidak mengakui mereka. Hal ini tidak perlu dideklarasikan atau diucapkan, cukup dengan menunjukkan sikap.
? Memusuhi mereka, benci atau tidak senang terhadap apa yang mereka lakukan, sampai mereka beriman kepada Allah.
Memusuhi dan membenci disini bukan berarti harus dengan perang, karena tidak semua orang kafir harus di perangi, jika mereka berbuat baik kepada kita maka kita juga berbuat baik kepada mereka. Namun bukan berarti berbuat baik kemudian memberikan loyalitas dan cinta kepada mereka.
? Terkait dengan cinta kepada orang kafir, Imam Al-Kharafi membagi menjadi 3 kategori :
▶ Cinta yang bisa membatalkan iman, seperti kagum kepada agama dan keimanan mereka.
▶ Cinta yang bisa mengurangi iman, seperti cinta karena maksiat yang mereka lakukan, seperti dengan mengatakan “enak juga ya menjadi non muslim bisa melakukan apa saja”
▶ Cinta yang mubah, seperti mencintai karib kerabat yang non muslim bukan karena iman dan agama mereka dan bukan juga karena maksiat yang mereka lakukan. Seperti mencintai Ibu yang non muslim, atau istri dari ahlul kitab, beserta karib kerabatnya.
? Ada satu hal yang tidak boleh di contoh dari Nabi Ibrahim yaitu, meminta ampunan kepada Allah untuk orang-orang kafir, walaupun mereka adalah keluarga dan kerabat terdekat. Ini tidak boleh dilakukan kecuali dengan permohonan  agar Allah memberikan mereka hidayah.
? “Tawakkal kepada Allah adalah sebuah bukti keimanan yang paling kuat”
? Di antara do’a-do’a yang di ucapkan oleh Nabi Ibrahim dan kaumnya:
☑ Ya Tuhan kami, hanya kepada engkau kami bertawakkal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.
☑ Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Mahaperkasa, Mahabijaksana.
✒ Tadabbur ayat ke-6 :
? Penekanan bahwa pada Nabi Ibrahim dan pengikutnya ada suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap pahala dari Allah dan keselamatan pada hari kemudian.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabazy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi www.AlimanCenter.Com agar mendapatkan ringkasan pengajian Majelis Ta’lim Al Iman
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya.

Ringkasan Ta’lim : Menjadi Mukmin yang Kuat

Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Ta’lim Al Iman
“Menjadi Mukmin Yang Kuat”
Bersama: Ust. Abdullah Haidir, Lc
Ahad, 6 Desember 2015 | Pkl. 18.00-19.30 | Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan.
 
? Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Walaupun semuanya tetap baik jika beriman kepada Allah.
? Untuk menjalankan banyak kebaikan dibutuhkan kekuatan.
? Kekuatan yang dimaksud bukan hanya pada perkara perkara materi saja. Tetapi kekuatan yang bersifat mendasar sebab kekuatan materi tanpa kekuatan mendasar maka itu tidak memberikan makna apa-apa.
? Ada banyak kekuatan yang perlu dimiliki seorang mukmin, namun ada 2 kekuatan mendasar yang harus ada agar menjadi mukmin yang kuat:
 
? Quwwatul Iman/Aqidah (Kekuatan Iman/Aqidah)
? Iman yg Allah berikan, hendaknya kita pelihara dan jaga agar semakin kokoh dan kuat.
? Iman itu hidup dan dinamis. Dia semakin kuat jika kita pandai merawat dan menjaganya. Dia akan mati jika tidak dirawat.
? Kekuatan iman/aqidah inilah yang jika bermasalah menjadi muara semua problematika dan kelemahan kaum muslimin.
? Secara materi, kita punya banyak potensi, sumber daya alam, tapi ternyata semua itu tidak cukup membuat ummat ini bangkit jika tidak dikelola oleh orang-orang yang memiliki kekuatan iman.
? Kalau iman/aqidahnya kuat tidak akan ada yang bisa mengalahkannya.
? Jika berada di jalan Alloh dgn iman/aqidah yang kuat, maka semua pilihan adalah kebaikan. Menang adalah kebaikan, mati juga kebaikan.
? Kekuatan aqidah/iman harus menjadi pintu pertama sebelum kekuatan-kekuatan lainnya.
? Ruang lingkup aqidah/iman adalah ketegasan.
 
? Quwwatul Akhlaq (Kekuatan Akhlaq)
? Akhlaq merupakan kontrol dalam menjalani keimanan. Akhlaq yang baik bagi seorang mukmin menunjukkan sempurnanya iman.
? Antara aqidah dan akhlaq adalah 2 hal yang saling menyatu dan menguatkan.
? Aqidah tanpa akhlaq bisa jadi akhlaq tanpa aqidah.
? Kekuatan iman harus dibarengi tuntutan kita untuk bersikap yang baik/akhlaq yg mulia.
? Pengaruh kekuatan akhlaq: sebagai bekal dakwah menundukkan hati manusia, kunci dalam mengalahkan musuh.
? Banyak kemenangan diraih bukan karena kekuatan lain, tapi dengan kekuatan akhlaq.
 
? Rambu-rambunya:
☝Kekuatan iman dan akhlaq harus dijalankan secara pas agar saling menguatkan bukan sebaliknya.
☝Jangan sampai kekuatan iman yg bersifat tegas menyebabkan seorang mukmin berlaku kaku dan kasar terhadap orang lain.
☝Demikian juga untuk meraih simpati orang lain dengan berakhlaq baik jangan sampai menggadaikan iman/aqidah.
 
⛳ Selain 2 kekuatan mendasar tersebut ada beberapa kekuatan lain yang selanjutnya perlu dimiliki oleh orang mukmin seperti: kekuatan ilmu, ukhuwah, askariyah (pasukan), siyasiyah (politik), maaliyah (harta), dll.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
 
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabazy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
 
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya

X