Salah satu madzhab fiqih yang banyak dianut oleh pemeluk Islam dunia adalah madzhab Syafi’i.
Abu Abdullah Muhammad bin Idris yang lebih terkenal sebagai Imam Syafi’i, pendiri madzhab fiqih Syafi’i, termasuk golongan suku Quraisy, seorang Hasyimi dan keluarga jauh Nabi.
Imam Syafi’i yang lahir di Gaza, Palestina pada tahun 767 M ini dibesarkan oleh ibunya dalam kemiskinan, karena ia telah kehilangan ayahnya ketika masih kanak-kanak.
Ia belajar hadis dan fiqih dari Muslim Abu Khalid Az Zinyi, dan Sufyan ibn Uyaina. Sehingga hafal banyak hadist. Imam Syafii juga telah hafal Alquran pada usia 9 tahun.
Dahulu ketika berumur 11 tahun ia dibawa oleh ibunya ke kota Madinah dan diantar belajar dengan Imam Malik rahimahullah, sebagai pendiri Mazhab Maliki.
Kemiskinan Imam Syafii saat Menimba Ilmu
Suatu ketika saat sesi pengajian, Imam syafi’i meletakkan jari kanannya ke mulut lalu digerak-gerakkan di telapak tangan kirinya seumpama menulis hadits-hadits yang dibaca oleh Imam Malik.
Jari kanannya seumpama pena sementara air liurnya seumpama dakwat. Perbuatan Imam Syafi’i selepas 2-3 kali belajar tidak disenangi oleh Imam Malik.
Beliau menyangka Imam Syafii bermain-main ketika belajar, lalu Imam Malik memanggil Imam Syafii dan berkata ”Selepas ini jangan kau hadir lagi ke kelas pengajianku.”
lmam Syafii bertanya, ”Mengapa Wahai Guruku ? ”
Dijawab oleh Imam Malik, “Engkau bermain-main dengan jarimu seakan menulis, kenapa engkau tidka langsung membawa pena dan kertas?”
Tahu akan dikeluarkan dari kelas pengajian Imam Malik, Syafii pun berterus terang,
“Wahai Guruku, Aku tidak mampu untuk memiliki pena dan kertas tetapi aku mampu membaca hadits-hadits yang telah Tuan Guru ajarkan kepadaku.”
Setelah diizinkan oleh gurunya, maka Imam Syafi’i membaca semua hadits-hadits yang telah diajarkan oleh Imam Malik.
Sang Imam sangat tersentuh melihat keikhlasan dan dan kehebatan Syafi’i lalu mendekatinya dan memberi penghormatan.
Kekuatan Hafal Imam Syafii
Imam Syafii akhirnya telah hafal kitab Muwatta yang merupakan kitab hadis-hadis hukum yang dikumpulkan oleh Imam Malik sejak usia 13 tahun.
Pada usia 20 tahun, Imam Syafi’i menemui Imam Malik bin Anas di Madinah dan mengucapkan seluruh isi kitab Muwatta itu di depan penulisnya langsung.
Ia lalu tinggal dan berguru kepada Imam Malik sampai akhir hayat Imam Malik, tahun 795 M.
Pendiri Metode Ushul Fiqih
Imam Syafi’i sangat terkenal akan kecerdasan dan kearifannya. Ia merupakan penengah antara hukum fiqih dan hadis dengan prinsip metode fiqih. Sehingga Imam Syafii dianggap sebagai pendiri Ushul Fiqih.
Dalam karya-karya tulisnya, ia selalu memanfaatkan ruang dialog dengan baik. Ia menguraikan prinsip fiqih Ar Risalah dan mencoba menjembatani fiqih Hanafi dan Maliki. Hal itulah yang membuat ajarannya dijadikan salah satu pedoman fiqih dan semakin banyak diikuti.
Sumber : Brilio/SurauRiau