Mari sejenak mengingat kisah pembunuh 99 nyawa dari Bani Israil itu. Apa yang menjadikannya membunuh untuk ke 100 kalinya?
Maka si pembunuh bertanya kepada rahib ibadah, “Telah kuhabisi 99 jiwa, mungkinkah taubatku diterima?”
Tersebab ilmu terbatas dan melupakan kebaikan taubat, maka jadilah si rahib sebagai korban ke 100
Lalu berjumpalah si pembunuh dengan ‘alim yang tersenyum. Bahwa si pembunuh masih bisa bertaubat, dan menuntunnya ke surga.
Begitupula si Badui yang mengencingi masjid. Itupun dilihat Rasul sebagai bibit kebaikan yang tak layak dicela dan dibenci.
Kita ingat pesan Nabi, “Janganlah kalian membantu syaitan atas saudaramu!” Jadilah penuh kasih. Ahli kebaikan berbaik hatilah. Beri penghargaan, ketulusan dan arahan penuh cinta.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Penerbit Pro-U Media