Keistimewaan bulan muharram bisa kita pelajari dan amalkan dalam kehidupan sehari – hari.
Arti dari kata ‘muharram’ sendiri ialah ‘diharamkan’.
Zaman dahulu sebelum muncul nama bulan muharram dinamakan sebagai bulan Shafar Al-Awwal.
Berikut 5 keistimewaan bulan muharram :
1. Penamaan Bulan Muharram
Dinamakan sebagai bulan muharram, karena dahulu kala dibulan ini diharamkan untuk melakukan suatu aktivitas berperang dalam arti melakukan jihad.
Bulan muharram dalam Islam merupakan bulan yang menjadi pembuka dalam penentuan penanggalan hijriah. Rasulullah Saw memberikan nama sebagai bulan Muharram.
Awal mulanya Allah melarang berperang pada bulan muharram termaktub pada firman Allah ta’ala berbunyi,
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.”
“Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu,”
“dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. at Taubah : 36)
 
2. Bulan Muharram merupakan Salah Satu dari Bulan Haram
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi.”
Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Akhiroh dan Sya’ban.” [ HR. Bukhari (3197) dan Muslim (1679) ]
3. Bulan Muharram disebut Bulan Allah
Bulan Muharram meraih keistimewaan khusus karena hanya bulan inilah yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah). Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ  بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. [H.R. Muslim (11630) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallohu anhu]
Hadits ini mengindikasikan adanya keutamaan khusus yang dimiliki bulan Muharram karena disandarkan kepada lafzhul Jalalah (lafazh Allah).
Para Ulama telah menerangkan bahwa ketika suatu makhluk disandarkan pada lafzhul Jalalah maka itu mengindikasikasikan tasyrif (pemuliaan).
Imam As Suyuthi mengatakan: Dinamakan syahrullah sementara bulan yang lain tak mendapat gelar ini, karena nama bulan ini “Al Muharram” dengan nama-nama islami.
4. Dianjurkan Puasa di Bulan Muharram
Abu Qatadah rahimahulloh bahwa amalan sholeh dilipatgandakan pahalanya di bulan-bulan haram. Dengan demikian secara umum segala jenis kebaikan dianjurkan untuk diperbanyak dan ditingkatkan kualitasnya di bulan Muharram.
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ  بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram dan shalat yang paling utama setelah puasa wajib adalah sholat lail.”    [HR. Muslim (11630)]
5. Ada Ibadah Puasa Sunah Asyuro
Hadist yang menjelaskan keutamaan puasa Asyuro dibulan Ramadhan sangat banyak, diantaranya

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda,
“Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu”
[ HR. Tirmidzi (753), Ibnu Majah (1738) dan Ahmad (22024). Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohih beliau (1162).
Perhatian Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam dan para sahabat yang begitu besar terhadap puasa ‘Asyuro terlihat pada hadist ini

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu Ramadhan.” [ H.R. Bukhari (1867) dan Muslim (1914) ]