Saat ini kita melihat bagaimana umat Islam berada dalam kondisi tertinggal, lemah, dan marjinal dalam berbagai bidang. Di bidang hukum, ekonomi, pendidikan, informasi dan sebagainya.
Kondisi umat Islam saat ini seperti gambaran Rasul saw. Yaitu laksana hidangan yang menjadi rebutan dan laksana buih yang terombang-ambing arus. Musuh tidak gentar dan umat sangat lemah karena begitu cinta pada dunia dan takut mati.
Apa solusi dari ini semua? Solusinya adalah seperti yang Allah sebutkan, “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (QS al-Anfal: 60).
Jadi ayat di atas memerintahkan umat Islam untuk menyiapkan kekuatan. Karena bentuknya nakirah (indefinit) berarti maknanya kekuatan apa saja yang bisa menggentarkan musuh. Yaitu di antaranya:
- Kekuatan iman
- Kekuatan akhlak
- Kekuatan ilmu
- Kekuatan mal (harta)
- Kekuatan jasad
- Kekuatan ukhuwah
Kekuatan Iman
Yang dimaksud dengan iman di sini adalah keyakinan kepada Allah, malaikat, Alquran, Rasul dan kiamat tanpa disertai keraguan. Bukan sekedar pengakuan dan angan-angan.
Pasalnya iman semacam itu melahirkan perubahan. Ia telah merubah sosok sahabat seperti Umar ra, Abdullah ibn mas’ud, dan lain-lain
Iman yang benar melahirkan kekuatan, keberanian, dan percaya diri. “Janganlah kalian merasa lemah dan jangan bersedih. Kalian adalah umat paling mulia bila kalian beriman (QS Ali Imran: 139).
Iman yg benar akan menggerakkan. Iman yang membuat seseorang siap berjuang dan mau berkorban. (Lihat al-Hujurat: 15) serta, iman yang benar melahirkan loyalitas dan pembelaan yang benar terhadap agama. (Lihat QS al-Mujadilah:22)
Singkatnya, iman melahirkan kekuatan yang berupa rasa percaya diri, pegerakan, pembelaan, dan ketulusan kepada Allah Swt.
Kekuatan Ilmu
Iman yang segar harus diarahkan. Bila tidak, akan tersesat dan menyimpang.
Sebab siapa yang ingin menguasai dunia maka dengan ilmu, siapa yg ingin menguasai akhirat, maka dengan ilmu. Dan siapa yang ingin menguasai keduanua maka harus dengan ilmu.
Lihat Rasul membina dengan Alquran. Mengangkat harkat dan martabat umat yang tadinya buta huruf dengan belajar tulis baca. Menyuruh zaid belajar bahasa ibrani. Dan beliau berkata bahwa hikmah adalah milik mukmin yang hilang.
Tujuh abad lebih umat Islam berjaya dengan iman dan ilmu. Mereka kuasai biologi, fisika, matematika, kedokteran dst. Namun sekarang umat Islam kalah jauh. Sekolah favorit dikuasai oleh non-muslim. Mereka sudah mengkader dan menyiapkan calon para pemimpin dan pejabat negeri ini di masa mendatang. Ini PR besar umat Islam.
Kekuatan Akhlak
Kalau iman ibarat mesin yang menggerakkan, akhlak adalah remnya. Ia yang mengontrol dan mengendalikan. Agar tidak menabrak sana sini.
Dengan sikap jujur dan amanah, tidak menabrak yang haram.
Dengan sikap santun dan bijak, tidak mudah mengkafirkan dan menyalahkan.
Dengan sikap sabar, tidak mudah marah dan emosi
Akhlak membuat lisan dan perbuatan terkontrol dan terjaga. Akhlak membuat orang simpati. Dan ini menjadi senjata Nabi saw. Beliau bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”
Kekuatan Maal (harta)
Kekuatan dana tidak bisa dinafikan. Tidak hanya untuk makan, minum, dan kebutuhan sehari-hari.
Tapi juga untuk ibadah, untuk dakwah, untuk pendidikan, untuk rumah sakit, dan untuk media.
Kita butuh televisi dan radio islam. Kita butuh sekolah Islam yang unggul. Semua butuh dana.
Karena itu, Allah menyebut harta dengan istilah: alkheyr (baik).
Karena itu pula Nabi saw menyebutkan, “sebaik-baik harta adalah yang berada di tangan orang shaleh.”
Kekuatan Jasad
Banyak tugas dan kewajiban yang harus ditunaikan. Kewajiban ibadah, kewajiban dakwah, kewajiban mencari nafkah, kewajiban memakmurkan dunia dan menjadi khalifahnya.
Maka dibutuhkan fisik yang kuat dan sehat. Dengan olahraga, nutrisi yang cukup, pola hidup sehat dan seterusnya.
Rasul saw jarang sakit sepanjang hayat beliau. Umar dikenal gagah dan wibawa.
Para sahabat pejuang yang tangguh dan tak kenal lelah. Inilah yang dibutuhkan kita saat ini.
Kekuatan Ukhuwah
Sikap toleran dalam perbedaan furu’ sangat dibutuhkan. Sebab ini adalah bagian yang menguatkan ukhuwah.
Dalam hal ini perlu direnungkan sikap Imam Syafii yang berkata, “Pendapatku benar tetapi ada kemungkinan salah. Pendapat orang lain bagiku salah, namun ada kemungkinan benar.”
Bila umat ini sudah bersatu, berjamaah, dan berukhuwah secara benar, insya Allah pertolongan Allah segera datang.
Wallahu a’lam