Ringkasan Taklim : Kemuliaan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Kemuliaan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu’anhu
Ahad, 26 April 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid no.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Budi Ashari, Lc (Host Program Khalifah Trans 7)
 
Kemuliaan Abu Bakar Ash-Shiddiq :

  1. Bersuku Quraisy, suku yang mulia. Diantara kemuliaan Quraisy adalah namanya dijadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al Qur’an.
  2. Termasuk golongan Al-Hanafiyah (orang-orang shalih yang mengikuti akhlak Nabi Isa AS). Ia shalih sejak kecil dan tidak terkontaminasi dengan kemaksiatan.
  3. Orang terdekat Rasulullah SAW.
  4. Karena keimanannya Rasulullah SAW memberinya gelar Ash-Shiddiq (yang membenarkan).
  5. Semua orang yang berhasil didakwahi beliau menjadi orang-orang hebat dalam sejarah.
  6. Menginfakkan semua yang dimilikinya dijalan Allah baik harta, jiwa, maupun raga.
  7. Posisi Abu Bakar tidak akan pernah tergantikan, karenanya semua sahabat nabi sepakat menjadikannya pemimpin setelah wafatnya Rasulullah SAW.

***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Kecintaan Ali kepada Abu Bakar dan Umar

Oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
 
Sebagai seorang muslim, tentu kita ingin merasakan nikmat dan lezatnya iman. Sebab, apalah artinya iman tanpa ada kenikmatan di dalamnya. Apalah artinya berislam tapi tak bisa merasakan kelezatannya. Diantara cara agar kita dapat merasakan nikmatnya iman ialah adanya perasaan cinta dan kasih sayang kepada sesama muslim. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dalam Shahih Muslim, “Ada tiga hal yang jika engkau mendapatkannya maka engkau merasakan nikmatnya iman,” diantaranya ialah, “Engkau mencintai seseorang hanya karena Allah SWT.”
Rasa cinta kepada sesama muslim ini telah dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah SAW, diantaranya ialah kecintaan yang ditunjukkan oleh Ali bin Abi Thalib kepada para sahabat, terutama kepada Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiyallahu’anhuma. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa keduanya memiliki hubungan yang sangat akrab dan saling mencintai satu dengan yang lainnya. Hal ini tidaklah aneh sebab keduanya merupakan binaan dari Rasulullah SAW yang selalu mengajarkan ummatya untuk saling menghargai, mencintai dan berkasih sayang.
Diriwayatkan oleh Muhammad bin Hanafiyah ia berkata, “Aku berkata kepada ayahku, siapakah manusia yang paling mulia setelah Nabi SAW?” Ali r.a. menjawab, “Abu Bakar.” Kemudian ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Ia menjawab, “Umar.”  Bahkan Ali bin Abi Thalib pernah berkata dalam sebuah riwayat dari Imam Ahmad, “Tidak ada seorang pun yang lebih mengutamankanku daripada Abu Bakar dan Umar kecuali aku akan cambuk dia sebagai balasan atas kedustaannya.
Dalam riwayat dari Uqbah bin Harits disebutkan, “Aku pernah keluar bersama Abu Bakar setelah shalat Ashar dan Ali berada disampingnya. Lalu ia bertemu dengan Hasan bin Ali sedang bermain dengan teman sebayanya. Lalu Abu Bakar menggendongnya dan berkata dengan nada bercanda, “Wahai seorang anak yang mirip dengan Nabi, tapi tidak mirip dengan Ali.” Dan saat itu Ali pun tertawa mendengar ucapan Abu Bakar.
Sebagaimana keakraban dan keharmonisan yang terjalin antara Ali dengan Abu Bakar, begitu juga hubungan antara Ali bin Thalib dengan sahabat-sahabat yang lainnya terutama Umar bin Khattab. Kecintaan Ali kepada tampak jelas ketika Umar bin Khattab mengajak Ali untuk berunding sebelum melakukan peperangan melawan Romawi dan Persia. Pada saat itu, ketika pasukan akan berangkat menuju peperangan, Ali bin Abi Thalib berkhutbah yang mana intinya ialah (sebagaimana yang tertera dalam kitab Nahjul Balaghah); Ali menamakan pasukan yang disiapkan oleh Umar sebagai pasukannya Allah, ia juga menegaskan bahwa dirinya merupakan salah satu bagian dari tentaranya Umar bin Khattab, di dalam khutbah tersebut beliau juga menafikan adanya permusuhan diantara sahabat terutama di masa Umar, bahkan ia menegaskan bahwa dengan keberadaan Umar, Islam menjadi kuat dan kokoh.
Dalam sebuah surat yang dikirim oleh Ali kepada Muawiyah, di dalamnya tertulis mengenai keutamaan Abu Bakar dan Umar yang isinya ialah sebagai berikut, “Muslim yang terbaik dan yang paling setia terhadap Allah dan Rasul-Nya adalah Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, kemudian setelah itu adalah Umar bin Khattab al-Faruq. Keduanya memiiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Ketiadaan keduanya merupakan musibah yang besar bagi agama Islam. Semoga Allah merahmati keduanya dan membalas kebaikan keduanya.” (Lihat kitab Syarh Nahjul Balaghah).
Subhanallah, inilah pengakuan Ali bin Abi Thalib r.a. akan kemulian kedudukan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Rasa cinta yang tertanam di dalam dirinya merupakan buah akan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Dan masih banyak riwayat-riwayat lainnya yang menunjukkan akan besarnya kecintaan dan penghormatan Ali kepada Abu Bakar dan Umar.
Hal ini sekaligus juga membantah anggapan bahwa adanya permusuhan antara Ali bin Abi Thalib –karramahullah wajhahu- dengan dua sahabat yang agung ini. Bahkan rasa cinta tersebut beliau wujudkan dengan menamakan keturunannya dengan nama Abu Bakar dan Umar. Ketika Ali ditanya perihal alasan dari pemberian nama tersebut, ia menjawab bahwa ia ingin anaknya sama seperti dengan Abu Bakar dan Umar.
Ini adalah sebuah gambaran akan eratnya hubungan diantara mereka yang juga seharusnya dicontoh oleh generasi penerus yang mengaku mencintai Abu Bakar, Umar, Ali, dan sahabat-sahabat yang lainnya. Keagungan dan kemuliaan mereka sesuai dengan firman Allah SWT, “Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud.” (QS. al-Fath: 29). Semoga Allah meridhai mereka semua. Amiin.
Sumber:
Artikel Utama Buletin Al Iman
Edisi 350 – 20 November 2015. Tahun ke-8
***
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: redaksi.alimancenter@gmail.com
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah.
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692

Asma' binti Abu Bakar : Wanita Dua Selendang (bagian 3-akhir)

Oleh: Lia Nurbaiti
 
Karakteristik dan Sifat Asma’ binti Abu Bakar
1. Cerdas dan Bijak
Asma’ adalah wanita yang cerdas, memilki ketulusan iman dan kecerdasan. Ini dibuktikan ketika suatu hari, Asma’ binti Abu Bakar ra. menuturkan, “Ketika Rasulullah saw keluar dari Makkah, Abu Bakar membawa seluruh hartanya. Tiba-tiba kakekku, Abu Quhafah yang telah buta datang dan berkata, “Sesungguhnya ayah kalian telah membuat kalian susah karena harta dan nyawanya sekaligus. Aku berkata, “Sama sekali tidak begitu, ayah telah meninggalkan harta yang cukup banyak untuk kami. Aku segera mengumpulkan batu dan menyusunnya di gudang rumah, lalu menutupnya dengan kain. Aku memegang tangan kakek dan meletakannya di atas kain sambil berkata. “Inilah harta yang ditinggalkannya“ Kakek berkata, “Kalau dia meninggalkan semua ini untuk kalian, maka tidak ada masalah.”
Kita bisa ambil hikmah dari peristiwa diatas bahwa Asma’ ra. adalah wanita yang cerdas, bagaimana ia bisa mencari alternatif cara untuk menerangkan kepada kakeknya yang merasa khawatir terhadap anak-anak Abu Bakar ra.
2. Sabar dan Tegar
Sabar dan tak takut di jalan Allah adalah salah satu sifat luar biasa yang dimiliki oleh putri dari seorang Abu Bakar As Shiddiq ra. Asma’ ra tidak pernah menyebarkan perihal keberadaan Rasulullah saw ketika hijrah, sekalipun perlakuan kasar ia dapatkan dari tokoh Quraisy.
Ibnu Ishaq meriwayatkan, “Aku mendengar keterangan bahwa Asma’ berkata, “Abu Jahal datang ke rumahku bersama tokoh Quraisy , maka aku menemui mereka”. Mereka bertanya, “Dimana ayahmu?“ Aku menjawab, “Demi Allah, aku tidak tahu dimana dia, “Abu Jahal langsung mengayunkan tangannya dan menampar pipiku sekeras-kerasnya, sehingga antingku lepas, lalu mereka pergi.“
SubhanAllah! bagaimana sikap seorang Asma’ ra yang begitu melindungi Rasulullah dan ayahnya. Tamparan dari seorang Abu Jahal pun, ia rela menerimanya. Tak pelak Allah menghinakan Abu Jahal yang melanggar etika kaumnya bangsa Arab, yaitu tidak menyakiti seorang wanita.
3. Wanita Ahli Ibadah dan Taat Kepada Allah SWT
Asma’ ra adalah seorang wanita yang rajin berpuasa, shalat malam dan selalu takut kepada Allah swt. Zubair bin ‘Awwam, suaminya pernah berkata. “Aku pernah masuk rumah dan mendapati Asma’ sedang shalat . Aku mendengar dia membaca ayat ini :
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka” (QS. Ath-Thur : 27).
Asma’ bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah. Maka aku berdiri, tapi karena ia bermunajat terlalu lama, aku pergi ke pasar. Saat aku kembali, ternyata Asma’ masih menangis sambil bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah.
4. Pemurah Hati dan Dermawan
Kedermawanan dan kemurahan hati Asma’ ra. sangatlah terkenal. Muhammad bin Al –Munkandir mengatakan bahwa Asma’ binti Abu Bakar adalah seorang wanita yang memiliki hati pemurah dan dermawan.
Asma’ adalah wanita yang jika mempunyai sesuatu, dia tidak pernah menyimpannya sampai besok (langsung membagikan semuanya).
Asma’ ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, aku tidak punya harta sedikitpun kecuali yang telah diberikan Zubair, apakah aku tetap bershadaqah?
Rasulullah berkata “Bershadaqahlah dan jangan menyimpan sesuatu, sehingga Allah akan menyimpan pemberian-Nya kepadamu.” (Muttafaq ‘alaih)
Saatnya Berpisah
Setelah satu abad penuh melewati hari-hari kehidupannya dengan segala kesenangan dan kepedihan yang ditutup dengan kematian putranya, Asma‘ ra. berbaring lemah untuk menanti ajal dan menunggu saat yang telah ditetapkan untuk menyusul orang-orang tercinta yang telah mendahuluinya menuju negeri keabadian.
Ibnu Sa’ad menyatakan , “Asma’ ra. wafat beberapa hari setelah kematian putranya (Abdullah bin Zubair). Abdullah sendiri terbunuh pada tanggal 17 Jumadil Awal, tahun 73 Hijriah. “Adz-Dzahabi menambahkan, “Asma ra. adalah orang terakhir yang meninggal dunia di antara golongan Muhajirin.”
Wanita pemilik dua selendang (Dzaatun Nithaaqain) itu telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya setelah menorehkan cahaya yang bersinar terang dalam lembaran-lembaran sejarah.
Semoga Allah meridhainya dan membuatnya ridha, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat peristirahatan terakhirnya.
ed : danw

X