Shalat yang Khusyu'

Shalat tidak hanya gerakan badan, bukan pula sekedar ucapan lisan. Namun shalat harus disertai kesadaran, dan hati yang ikut dihadirkan.
Shalat disebut shalat karena sejatinya ada shilah (hubungan, kontak, dan koneksitas) dengan Allah.
Karena itu pula istilah yang dipergunakan adalah iqamatus shalah (mendirikan shalat); bukan ada’us shalah (mengerjakan shalat).
Bila hati ikut ruku dan sujud bersama anggota badan, pada saat itulah shalat menjadi as-shalatu nur (cahaya). Pada saat itulah shalat menjadi qurratu ayn (buah hati)
Pada saat itulah shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Semoga shalat yang khusyuk Allah berikan kepada kita Agar menjadi mukmin yang beruntung dan bahagia (QS al-Mukminun: 1-2)
Serta agar masuk ke dalam sorga firdaus-Nya.. Amin
 
al-faqir ilallah
Fauzi Bahreisy
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Infaq kegiatan dakwah dapat disalurkan melalui rekening an. Yayasan Telaga Insan Beriman
BSM 703.7427.734
BNI 1911.203.63
Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik dan memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.
Kegiatan dakwah dapat dilihat di web www.alimancenter.com dan fanpage facebook: alimancenter
Silahkan disebarkan tanpa merubah isinya, semoga bermanfaat dan menjadi amal sholeh. Jazakumullah khairan

Agar Amal Diterima

Oleh: Ust Farid Nu’man Hasan
 
Sesungguhnya tiap amal shalih memiliki dua rukun. Allah Ta’ala tidak menerima amal kecuali dengan dua syarat. Pertama, ikhlas dan meluruskan niat. Kedua, bersesuaian dengan sunnah dan syara’.
Syarat pertama merupakan tanda benarnya batin, syarat kedua merupakan tanda benarnya zhahir (praktiknya-pen). Tentang syarat pertama, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung niat.”(HR. Muttafaq ‘alaih, dari Umar). Ini adalah timbangan bagi batin.
Tentang syarat kedua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa  beramal dengan  amal yang kami tidak pernah perintah, maka amal itu tertolak” (HR. Muslim dari ‘Aisyah). Ini adalah timbangan zhahir.
Allah Ta’ala telah menggabungkan dua syarat tersebut dalam banyak ayat al Qur’an. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman: “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan semua urusan.” (QS. Luqman: 22).
Makna ‘menyerahkan diri kepada Allah’ yaitu memurnikan tujuan dan amal hanya untuk-Nya. Makna ‘berbuat kebaikan’ adalah memurnikannya dengan itqan (profesional) dan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berkata Fudhail bin ’Iyadh tentang ayat, ‘Untuk menguji di antara kalian siapa yang paling baik amalnya (ahsanu amala).’ Ahsanul amal artinya paling ikhlas dan paling benar.
Ia ditanya: “Wahai Abu Ali, apa maksud paling ikhlas dan paling benar?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya amal, jika ikhlas tetapi tidak benar, tidak akan diterima. Jika benar tetapi tidak ikhlas juga tidak diterima, hingga ia ikhlas dan benar. Ikhlas adalah beramal hanya untuk Allah. Benar adalah beramal di atas sunnah.”
Kemudian Fudhail bin ‘Iyadh membaca ayat: “Maka barangsiapa yang menghendaki perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia beramal dengan amal shalih, dan jangan menyekutukan Tuhannya dengan apapun dalam beribadah.” (QS. Al Kahfi: 110).
Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa niat yang ikhlas belumlah cukup untuk diterimanya amal, selama tidak sesuai dengan syariat dan tidak dibenarkan sunnah. Sebagaimana amal yang sesuai dengan syariat tidaklah sampai derajat diterima, selama di dalamnya belum ada ikhlas dan pemurnian niat untuk Allah ‘Azza wa Jalla.
Ada dua contoh dalam masalah ini. Pertama, membangun masjid dengan tujuan merusak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berssabda: “Barangsiapa membangun masjid dalam rangka mencari wajah Allah (ridha-Nya), Allah akan bangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muttafaq ‘alaih dari Utsman bin ‘Affan).
Namun hadits mulia ini, memperingatkan kita bahwa ganjaran hanya diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan wajah Allah  (sebagian orang menerjemahkan wajah Allah dengan ridha Allah-pen), bukan untuk setiap yang membangun masjid.
Jika membangun masjid dengan tujuan rusak dan maksud yang jelek, maka hal itu akan menjadi bencana bagi yang membangunnya. Sesungguhnya niat yang buruk akan memusnahkan dan menyimpangkan amal yang baik, dan merubah kebaikan menjadi keburukan.
Kedua, berjihad untuk selain Allah Ta’ala. Jihad fi sabilillah adalah tathawwu’ (anjuran) paling utama. Seorang muslim, dengan jihad bisa ber-taqarrub kepada TuhanNya.
Namun demikian, Allah Ta’ala tidak akan menerima amal jihad sampai ia bersih dari kepentingan duniawi. Misal untuk dilihat manusia, melagakan keberanian, membela suku dan tanahnya, dan lainnya.
Di dalam Ash Shahihain diriwayatkan dari Abu Musa al Asy’ary Radhiallahu ‘anhu, bahwa datanglah seorang Arab Badui kepada Nabi Shallalahu ‘alaihi wa sallam, ia bertanya: “Ya Rasulullah, orang yang berperang demi rampasan perang, supaya namanya disebut-sebut orang, dan supaya kedudukannya dilihat, maka siapa yang fi sabilillah?”
Rasulullah menjawab: “Barangsiapa  yang berperang dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, maka dia fi sabilillah.” (HR. Muttafaq ‘alaih dari Utsman bin Affan).
Imam an Nasa’i meriwayatkan dengan sanad jayyid (bagus), dari Abu Umamah Radhiallahu ‘anhu, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ‘Alaihi shalatu wa salam, lalu berkata, “Apa pendapat engkau tentang orang yang berperang untuk mendapatkan upah dan disebut-sebut namanya, apa yang ia dapatkan?”
Rasulullah menjawab, “Ia tidak mendapatkan apa-apa.” Diulangi sampai tiga kali. Kemudian ia bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali bagi yang ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya”.
 
Wallahu A’lam.
Sumber:
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 356 – 15 Januari 2016. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: redaksi.alimancenter@gmail.com
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Iman

Oleh: Ustad Fauzi Bahreisy
 
Rasulullah saw bersabda:
Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).
Artinya iman bukan hanya sebatas keyakinan dan ibadah.
Tapi ia meliputi seluruh kehidupan kita: akidah, ibadah, akhlak, muamalah, sikap, tampilan, diam, dan gerak kita.
Iman berarti hidup untuk Allah, sesuai dengan rambu Allah, dan mau diatur oleh Allah.
Iman adalah memberikan loyalitas kepada Rasul saw dan orang-orang beriman yang dicintai oleh Allah (QS al-Maidah:55)
Iman adalah memutus dan memilih seperti yang dipilihkan oleh Allah (QS an-Nisa: 65)
Iman bukan memilih yang sesuai dengan selera dan membuang yang sebaliknya. Tapi iman adalah tunduk sepenuhnya kepada Allah Swt.
Apakah kamu beriman kepada sebahagian kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?! Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS Al-Baqarah (2) | Ayat: 85]
Wallahu a’lam.

Islam dan Kasih Sayang

Oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
 
Sebagaimana fitrah manusia menghendaki kedamaian dan ketenangan, begitu juga dengan ajaran agama Islam.
Ia selalu mengajak manusia dan mengajarkan mereka untuk hidup secara damai dan penuh kasih sayang. Tidak ada satupun dari ajaran agama Islam yang mengarahkan umatnya untuk berbuat teror dan kerusakan di muka bumi.
Bahkan, Islam sangat mengecam dan mencela para pelaku kerusakan dan kejahatan. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.” (QS. al-A’raaf: 56).
Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad: 22).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Dilarang bagi kalian mengarahkan senjatanya kepada saudaranya walaupun hanya bercanda, sebab ia tidak tahu bisa jadi setan menghempaskannya dari tangannya, sehingga dia pun jtuh ke dalam jurang neraka.” (Muttafaq ’alaih).
Pernah terjadi salah seorang sahabat Nabi SAW sedang tidur, datanglah seseorang mengambil cambuknya dan menyembunyikannya. Pemilik cambuk itupun merasa takut.
Lalu Rasulullah SAW berkata, “Tidak boleh bagi seorang muslim untuk membuat rasa takut muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud).
Maka dari itu, agama Islam mengajarkan amalan-amalan yang dapat membawa kedamaian bagi kehidupan manusia.
Diantaranya ialah membudayakan ucapan salam setiap kali kita bertemu dengan saudara kita atau saat kita masuk ke dalam rumah.
Rasulullah SAW bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan pada sebuah amalan yang dapat menumbuhkan rasa cinta sesama kalian? Tebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim.)
Rasulullah juga menganjurkan agar kita untuk terbiasa tersenyum. Sebab hal itu akan membawa ketentraman bagi orang yang kita jumpai.
Islam juga mengajarkan kepada kita untuk saling tolong menolong, baik itu secara fisik, harta, pemikiran, dan lain-lainnya.
Semua itu tidak lain bertujuan agar tercipta kehidupan yang aman dan damai tanpa ada permusuhan dan pertikaian.
Tidak hanya kepada sesama muslim, islam juga menuntut kita untuk berbuat baik kepada non muslim selama ia tidak dalam posisi memerangi Islam.
Bahkan dalam berbagai riwayat kita temukan Rasulullah memberikan bantuan kepada non muslim. Diantaranya ialah kepada orang Yahudi yang biasa mencela Rasulullah.
Beliau menjenguk orang Yahudi tersebut saat ia jatuh sakit, padahal sebelumnya ia adalah orang yang sehari-harinya mencaci bahkan melemparkan kotoran kepada beliau.
Sikap Rasulullah SAW adalah bukti bahwa Islam mengajarkan kepada untuk bersikap baik kepada sesama manusia, bukan menakut-nakuti dan memerangi mereka walaupun mereka adalah non muslim.
Sangat jelas bagaimana Islam menginginkan kehidupan yang baik dan aman sesama manusia. Tidak saling memusuhi dan menyakiti diantara mereka.
Bahkan bukan hanya kepada sesama manusia, terhadap binatang sekalipun Islam mengajarkan kasih sayang padanya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Dalam setiap makhluk yang bernyawa ada pahala di dalamnya.” (Muttafaq ‘alaih).
Sikap kasih sayang ini tidak hanya berlaku di saat aman saja, bahkan saat terjadi peperangan sekalipun Islam memberikan rambu-rambu untuk tidak membunuh orang yang tidak berhak dibunuh.
Islam melarang membunuh wanita, anak-anak, pendeta, dan lain-lain. Islam juga melarang untuk menghancurkan pohon, tempat ibadah, binatang dan sebagainya.
Semua ini menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang zalim dan mengajarkan kekerasan dan peperangan. Sebab peperangan yang diwajibkan oleh Islam ialah manakala kita dalam kondisi diperangi atau terzalimi.
Oleh sebab itu, segala bentuk teror dan ancaman yang dilakukan oleh siapapun juga, tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam walaupun hal itu dilakukan oleh mereka yang mengaku dari kelompok Islam.
Al-Qur’an dan Sunnah berlepas diri dari tindakan yang mereka lakukan. Termasuk apa yang kita saksikan beberapa waktu yang lalu dalam peristiwa bom yang terjadi di Jakarta. Perbuatan tersebut sangat menyimpang dari ajaran Islam.
Kalaupun itu dilakukan oleh orang Islam, maka Islam yang pertama kali menolak tindakan tersebut. Dengan demikian, tuduhan yang mengatakan bahwa Islam adalah agama teror dan perang, sangatlah tidak benar.
Sebaliknya, Islam mengajarkan kasih sayang, saling cinta mencintai, dan kedamaian. Wallahu a’lam.
 
Sumber:
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 358 – 29 Januari 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: redaksi.alimancenter@gmail.com
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

X