by Adi Setiawan Lc. MEI Adi Setiawan | Apr 23, 2016 | Artikel, Muslimah
Oleh: Adi Setiawan, Lc., MEI.
Tugas pertama wanita adalah mentaati suaminya.
Rasulullah SAW bersabda, “Andai saja aku dapat menyuruh seseorang bersujud pada manusia, niscaya aku perintahkan wanita sujud pada suaminya.” (HR At Turmudzi).
Melayani suami merupakan prioritas utama bagi seorang isteri. Tak hanya waktu yang disediakan, tapi juga kualitas pelayanan dan ketekunan yang menakjubkan. Adakah yang lebih membahagiakan bagi seorang wanita daripada kemuliaan-kemuliaan ini?
Tugas wanita makin bertambah saat ia harus berkiprah di masyarakat. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya….” (QS At Taubah: 71).
(Baca juga: Peran Ibu)
Islam menghormati tugas wanita yang mulia sesuai dengan fitrahnya. Diberikan kelebihan wanita daripada pria dalam perasaannya, yaitu rasa kasih sayangnya untuk menunaikan risalah keibuan. Islam mengizinkan kepada wanita untuk bekerja di luar rumah sepanjang pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tabiatnya, spesialisasinya dan kemampuannya serta tidak menghilangkan naluri kewanitannya. Terutama jika memang masyarakat membutuhkan keterampilan wanita dan keluarganya atau dia sendiri membutuhkan bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan.
Kemudian kerjanya diperbolehkan selama pekerjaannya itu halal, itu tidak bertentangan dengan kodrat kewanitaan dan memenuhi adab-adab wanita ketika keluar rumah. Sebagai contoh rill adalah sosok Ummu Athiyah yang berperan sebagai perawat dalam setiap peperangan pada masa Rasulullah SAW.
Waallahu A’alam bish-showab.
Baca juga: Kemuliaan Ibu
by Lia Nurbaiti Lia Nurbaiti | Apr 21, 2016 | Artikel, Sirah Shahabiyah
Oleh: Lia Nurbaiti
Klausul ini tidak mencakup kaum wanita, hingga banyak wanita mukmin yang datang dan berhijrah termasuk Ummu Kultsum binti Uqbah ra. Sebenarnya keluarga Ummu Kultsum ra. meminta kepada Rasul untuk mengembalikan putri mereka, namun Rasul menolak permintaan mereka. Penolakan ini juga disebabkan turunnya ayat Al-Quran:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman, maka janganlah kamu kembalikan kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka.” (QS. Al-Mumtahanah: 10).
Berdasarkan ayat tersebut, Rasulullah memastikan kembali apakah para wanita mukmin itu benar-benar hijrah karena Allah, Rasul dan Islam? Jika iya, maka Rasulullah tidak akan mengembalikan mereka kepada orang-orang kafir .
Ummu Kultsum ra. pun menceritakan sendiri pengalaman pribadinya ketika hijrah, “Aku suka pulang pergi ke kampung pedalaman yang disana tinggal beberapa keluargaku. Aku menginap disana selama tiga atau empat malam. Kampung itu terletak tidak jauh dari Tan’im. Setelah menginap, aku kembali lagi kepada keluargaku, sehingga mereka tidak curiga dengan kepergianku ke kampung itu. Hal itu terus aku lakukan sampai aku benar-benar bertekad untuk meninggalkan Makkah. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk pergi meninggalkan Makkah menuju Madinah. Setibanya disana aku langsung menuju ke rumah Ummu Salamah. Pada saat itu ia tidak mengenaliku karena aku menggunakan cadar. Setelah aku buka cadarku, ia mulai mengenaliku.
Ummu Salamah berkata, “Engkau telah berhijrah karena Allah dan Rasulullah”. Aku membalas, “Benar, masalahnya aku takut Rasulullah akan mengembalikanku kepada keluargaku karena aku telah berhijrah. Apalagi aku sudah meninggalkam rumah berhari-hari.”
Tidak lama kemudian Rasulullah datang dan masuk kedalam rumah Ummu Salamah. Ummu Salamah pun langsung memberitahu keberadaan Ummu Kultsum ra.
Rasulullah saw begitu senang dan hangat menyambutnya. Lalu Ummu Kultsum ra. mengatakan, “Sesungguhnya aku telah melarikan diri dari Quraisy untuk menyelamatkan agamaku, maka pertahankanlah aku dan jangan engkau kembalikan kepada mereka, karena mereka selalu menyiksaku dan menghalangi keagamaanku. Aku tidak tahan lagi terhadap penyiksaan mereka. Aku hanyalah seorang wanita dan engkau mengetahui kelemahan wanita untuk membela dirinya”.
Pernikahan yang Penuh Berkah
Setelah hijrah yang penuh berkah dan penuh pengorbanan karena harus meninggalkan keluarga dan tempat kelahirannya demi meraih ridha Allah SWT, Ummu Kultsum ra. pun bahagia tinggal di Madinah.
Selama tinggal di Makkah, Ummu Kultsum belum menikah, hingga setibanya di Madinah ia dinikahi oleh Zaid bin Haritsah ra, tetapi kemudian ia menceraikannya.
Setelah itu, Abdurrahman bin’Auf ra. melamar dan menikahinya. Pasangan ini dikaruniai dua orang putera, yakni Ibrahim dan Humaid. Setelah Abdurrahman bin ‘Auf meninggal, ‘Amr bin Al-‘Ash ra. melamar dan menikahinya, namun tidak lama kemudian Ummu Kultsum ra. meninggal dunia.
Itulah gambaran tentang kehidupan rumah tangga Ummu Kultsum ra. Ia pindah dari satu lingkungan yang penuh dengan nuansa imani menuju lingkungan imani yang lainnya hingga tiba masa yang dikehendaki Allah sebagai batas ajalnya. Hingga ia meninggalkan hirup pikuk dunia ini.
Selama perjalanan hidupnya ia tak lepas dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah hingga masa kepergiannya dari dunia ini. Meskipun jasadnya tak lagi ada, namun riwayat hidupnya masih terasa segar dan tetap akan diriwayatkan dari generasi ke generasi sebagai cahaya yang menerangi perjalanan hidup mereka.
Semoga Allah meridhainya dan membuatnya ridha, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat persinggahan terakhir baginya.
Semoga banyak hikmah terbaik yang bisa kita petik.
Aamiin Allahuma Aamiin..
Referensi:
35 Sirah Shahabiyah jilid2, Mahmud Al Mishri
by Lia Nurbaiti Lia Nurbaiti | Dec 6, 2015 | Artikel, Muslimah
Oleh: Lia Nurbaiti
Sahabat Muslimah,
Masihkah ada terbesit di dalam pikiran kalian, keinginan untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain? Sadarlah wahai saudariku, kita tidak sedang dalam mimpi dan angan-angan, kita di dunia yang nyata, hanya sebentar saja. Kelak kau akan kekal di tempatmu yang lain. Semoga masih ada secercah harapan untuk selalu ingin menjadi yang jauh lebih baik lagi di mata Allah SWT. Jangan kau biarkan iblis menjadi pemenang sejati atas dirimu, cukup sudah saat iblis diusir dari surga pertama kali karena menggoda manusia, yaitu Adam dan Hawa hingga terbuka aurat keduanya.
“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al-A’raf: 22)
Sungguh, menutup aurat adalah perkara penting yang pada zaman sekarang ini banyak yang beridentitaskan agama Islam tetapi tidak menjalankan dengan sebenar-benarnya. Tidak menutup aurat dengan banyaknya alasan. Mulai dari belum siapnya hati untuk memutuskan memakai jilbab, atau beralasankan terkait kekhawatiran tidak adanya pekerjaan karena terhambat oleh penampilan seorang muslimah, yakni berjilbab.
Dalam era globalisasi yang seolah membuat dunia tanpa sekat ini, umat Islam perlu waspada akan maraknya fashion yang jauh dari nilai-nilai Islam. Banyak umat Islam terutama wanita muslimah yang terjebak dalam arus modernisasi. Berbagai fashion yang jauh dari unsur Islami banyak ditawarkan kepada umat Islam. Mulai dari mode pakaian yang terbuka menampakkan auratnya, lalu mode busana yang sangat menerawang sampai kepada mode busana sempit yang menonjolkan daya tarik seksual (sex appeal)-nya.
Hal ini perlu di waspadai oleh umat Islam karena pada dasarnya busana atau pakaian berfungsi sebagai penutup aurat dan tidak menjurus pada kesombongan atau pemborosan. Rasulullah telah memperingatkan :
“Allah tidak akan melihat dengan rahmat pada hari kiamat kepada orang yang memakai kainnya (pakaian) karena sombong.” (HR Bukhari dan Muslim).
Apa itu Aurat?
Aurat menurut bahasa berarti an naqshu (kekurangan). Sedangkan dalam istilah syar’i (agama), aurat berarti sesuatu yang wajib ditutup dan haram untuk dilihat. Pada hakikatnya pakaian menurut Islam adalah untuk menutup aurat, yaitu menutup bagian anggota tubuh yang tidak boleh dilihat orang lain.
Dalam syariat diatur beberapa ketentuan dalam berpakaian (menutup aurat ) yaitu :
1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
2. Pakaian tidak tipis dan tidak menerawang serta tidak memperlihatkan lekuk dan bentuk tubuh (tidak ketat)
3. Warna bahannya tidak terlalu mencolok
4. Model pakaiannya tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki
5. Tidak boleh menggunakan pakaian yang mendatangkan rasa bangga dan bermegah-megahan hingga muncul rasa sombong
Kenapa Aurat Harus Ditutup?
Jawaban yang paling utama adalah karena hal itu merupakan perintah Allah. Hanya saja terkadang manusia suka meminta keringanan-keringanan dalam menjalankan kewajiban kepada Allah SWT. Allah juga memberikan banyak dampak yang akan membawa keburukan apabila aurat tidak ditutup seperti akan memudahkan jalan untuk orang lain berbuat pelecehan atau perlakuan sikap yang tidak baik. Bahkan perzinahan pun tidak jarang terjadi dikalangan remaja akibat disuguhkan pemandangan yang seharusnya tidak diperlihatkan kecuali kepada mahramnya, antara lain suaminya.
Tidakkah kalian merasa terganggu etika banyak pasang mata melihat tubuh indahmu yang kau biarkan terbuka…
Naudzubillahimindzalik..
Betapa nikmatnya anugerah Allah jika kita jaga dengan sebaik-baiknya, Aurat adalah sesuatu yang harus kita jaga.
Allah SWT berfirman
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab: 59).
Ketika kita telah mampu menutup aurat, maka Allah limpahkan kebaikan dan keberkahan berupa tidak akan hilangnya identitas sebagai wanita yang suci dan juga terhormat.
Ialah Wanita yang Hebat!
Hebat! ya hebat, bukan wanita sembarang wanita, bukan yang senang dipandangi banyak orang, bukan yang suka menampakkan auratnya dan berpakaian bermegah-megahan, dan bukan pula yang berjalannya senang berlenggak-lenggok dikerumunan laki-laki.
Wanita hebat itu adalah muslimah berakhlak mulia yang takut kepada Allah, yang selalu tunduk dan taat pada aturanNya. Menutup aurat sudah menjadi keputusannya untuk beribadah kepada Rabbnya.
Keindahan yang Allah anugerahkan hanya ia tujukan buat suami tercintanya, subhanAllah….
Menundukkan pandangan adalah perisainya ketika ia menghadapi dunia luar yang penuh godaan syaitan dan maksiat.
Itulah wanita hebat. Muslimah yang tak takut dibilang ketinggalan zaman. Ia hanya seorang hambaNya yang taat, sekalipun terkadang zaman menganggapnya kuno. Ia hanya mengharap KeridhoanNya. Maha Suci Allah yang telah menciptakan makhluk terindah bernama wanita.
Saudariku wahai wanita, Yuk! jadi wanita hebat
ed : danw
by Lia Nurbaiti Lia Nurbaiti | Dec 6, 2015 | Artikel, Muslimah
Oleh: Lia Nurbaiti
“Sekiranya ada seorang wanita penghuni surga, yang menampakkan dirinya ke bumi, niscaya ia akan menerangi kedua ufuknya serta memenuhinya dengan semerbak aroma. Kerudungnya benar-benar lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari)
Sahabat Muslimah,
Berhiaslah kalian di depan suami kalian, tampil cantiklah didepannya, hanya di depannya! suamimu.
Mungkin kalimat itu terlihat sederhana, namun pada kenyataannya tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan. Kita para istri itu tidakk bisa semudah itu, “Kerjaan numpuk, masak, nyuci, ngepel dll”. Hmmm… itu mungkin curhatan sebagian kecil para istri yang merasa kerepotan dengan pekerjaan rumah tangga. Sampai-sampai ketika kita diharuskan untuk berhias dan tampil cantik di depan suami menjadi sebuah hal yang amat sangat berat dilakukan.
Tapi ironisnya, ibu-ibu zaman sekarang ini, lebih rela berdandan berjam-jam untuk hal yang lain, tampil semaksimal mungkin, dan secantik mungkin dengan cara apapun untuk pergi ke mall, arisan atau bahkan acara reunian teman-teman SMA. Astaghfirullahaladzim…
Disisi lain, ketika di senja hari seorang lelaki berpeluh keringat sepulang bekerja, mengetuk pintu rumahnya: Tok…Tok…Tok….”Assalamualaikum….bu….bapak pulang….” ucap sang suami di depan pintu. Kemudian sahut si ibu dari dalam yang bersegera membuka pintunya karena sambil memasak di dapur “Ya Pak, Wa’alaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh” (lelaki yang penuh peluh dan letih sepertinya tak bersemangat ketika sang istri membuka pintu rumahnya)
Tahu kenapa?
Ternyata si istri berpenampilan ala kadarnya, hanya pakai baju daster kesayangannya yang paling nyaman. Kata ibu-ibu karena daster itu adem dan gak ribet. Tidak hanya itu aromanya pun bukan semerbak parfum atau sekedar aroma sabun mandi, tapi justru aroma menyengat si bawang merah dan terasi, hmmm….si bapak makin geleng-geleng.
Itu hanya sebagian ilustrasi kecil dari kisah -kisah yang terjadi pada saat ini, dimana tidak sedikit istri yang mengabaikan penampilannya di depan suami dengan alasan banyaknya pekerjaan rumah tangga yang harus dikerjakan.
Eits..! tunggu dulu, jangan langsung men-generalkan bahwa semua perempuan begitu ya…
Ternyata eh ternyata, suami juga harus menjaga penampilan terbaiknya di depan istrinya. Bukan istri saja yang harus tampil maksimal di depan suami, sementara suami kucel, kumel, kumis berantakan dll…cuek saja. Alhamdulillahnya, Islam begitu adil mengatur segala sendi-sendi kehidupan manusia-manusianya, yaitu baik antara suami dengan istri.
Allah swt berfirman, “Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut.” (QS. Al Baqarah : 228).
Sahabat Muslimah,
Sekarang kita lihat yuk, apa saja sih, yang harus dilakukan suami dan istri agar keduanya mendapatkan hak untuk melihat cantik dan tampannya pasangan mereka (dalam hal ini suami dan istri).
Wahai Istri Berhiaslah untuk Suamimu
“Mereka bersandar di atas dipan-dipan yang tersusun dan Kami berikan kepada mereka pasangan bidadari yang bermata indah.” (QS. At Thur : 20).
Bidadari saja Allah ciptakan dengan kecantikan yang luar biasa, yang bermata indah. Tidakkah kita para istri tidak ingin tampil layaknya bidadari di hati suami kita. Inilah caranya.
1. Menjaga kebersihan badan
Menjaga kebersihan badan, kebersihan mulut dan gigi, serta tidak lupa untuk membersihkan daerah kemaluan. Bahkan tentang bersiwak di dalam hadits dikatakan “Seandainya tidak memberatkan matku, niscaya aku akan memerintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.” (HR. Bukhari Muslim).
2.Menjaga kebersihan pakaian
Pakailah pakaian yang bersih dan wangi, serta pakaian itu memiliki nilai keindahan yang dapat menyenangkan mata dan hati suami. Jangan menggunakan pakaian lusuh saat menyambut kedatangan suami, atau saat bersama suami mengenakan pakaian yang beraroma tidak sedap.
3.Berhias dengan kosmetik
Berdandanlah hanya untuk suami, pakailah bedak dan celakmu, serta wewangian yang dapat menambah rasa sayang dan cinta suami kepada istri. Pakailah kosmetik-kosmetik yang tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya.
4.Berlaku baik dan bertutur kata lemah lembut
Setelah semua penampilan luar bersih dan indah, maka sempurnakanlah dengan tingkah laku yang santun dan tutur kata yang lembut, suami akan sangat tentram memiliki istri yang berperangai menawan lagi santun, serta lemah lembut.
Wahai Para Suami, Yuk! Berhias Untuk Istrimu
Ibnu Abbas ra. berkata : “Aku berhias untuk istriku sebagaimana dia berhias untukku. Betapa senangnya diriku jika segala hakku atas dirinya terpenuhi, maka ia pun berhak mendapatkan hak atas diriku.”
Kepada para suami, Rasulullah saw juga bersabda. “Sepuluh perbuatan yang disunahkan bagi suami (lelaki) adalah mencukur kumis, menebalkan jenggot, bersiwak (menggosok gigi), berkumur, memotong kuku, membasuh sela-sela jemari tangan, mencabut bulu ketiak, menggunting rambut kemaluan dan bersuci dari hadast.” (HR.Muslim).
Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengutip Ibnu Abbas secara ringkas, “Suami yang bijak adalah yang selalu berhias untuk istrinya agar ia merasa bahagia dan senantiasa menjaga kehormatannya dari daya tarik lelaki lain.” Nasihatnya yang lain adalah, “Memakai wewangian, bersiwak, sikat gigi, membuang kotoran, menyisir rambut, menjaga kebersihan dan memotong kuku adalah sarana yang jelas yang harus diterapkan.
Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah saw bersabda, “Apabila engkau mendatangi keluargamu pada malam hari, janganlah menemui istrimu sebelum memperindah diri, yaitu dengan menyisir rambut dan merapikan diri hingga terlihat elok dan menawan.” (HR.Muslim).
Ketika semua pasangan suami istri saling berhias untuk kelanggengan hubungan rumah tangga mereka, mengapa tidak dilakukan. Islam saja mengaturnya, kita sebagai orang yang beriman, sudah seharusnya mengikuti syariat yang ada.
Sahabat Muslimah,
Dengan seperti ini, berarti kita menjaga dan menciptakan kebahagiaan dari hal-hal kecil untuk menyempurnakan keluarga yang sakinah , mawaddah dan warrahmah yang penuh keberkahan dari Allah SWT. Serta menghindari kerusakan dan keburukan di dalam rumah tangga. Aamiin
ed : danw
by Lia Nurbaiti Lia Nurbaiti | Dec 6, 2015 | Artikel, Sirah Shahabiyah
Oleh: Lia Nurbaiti
Karakteristik dan Sifat Asma’ binti Abu Bakar
1. Cerdas dan Bijak
Asma’ adalah wanita yang cerdas, memilki ketulusan iman dan kecerdasan. Ini dibuktikan ketika suatu hari, Asma’ binti Abu Bakar ra. menuturkan, “Ketika Rasulullah saw keluar dari Makkah, Abu Bakar membawa seluruh hartanya. Tiba-tiba kakekku, Abu Quhafah yang telah buta datang dan berkata, “Sesungguhnya ayah kalian telah membuat kalian susah karena harta dan nyawanya sekaligus. Aku berkata, “Sama sekali tidak begitu, ayah telah meninggalkan harta yang cukup banyak untuk kami. Aku segera mengumpulkan batu dan menyusunnya di gudang rumah, lalu menutupnya dengan kain. Aku memegang tangan kakek dan meletakannya di atas kain sambil berkata. “Inilah harta yang ditinggalkannya“ Kakek berkata, “Kalau dia meninggalkan semua ini untuk kalian, maka tidak ada masalah.”
Kita bisa ambil hikmah dari peristiwa diatas bahwa Asma’ ra. adalah wanita yang cerdas, bagaimana ia bisa mencari alternatif cara untuk menerangkan kepada kakeknya yang merasa khawatir terhadap anak-anak Abu Bakar ra.
2. Sabar dan Tegar
Sabar dan tak takut di jalan Allah adalah salah satu sifat luar biasa yang dimiliki oleh putri dari seorang Abu Bakar As Shiddiq ra. Asma’ ra tidak pernah menyebarkan perihal keberadaan Rasulullah saw ketika hijrah, sekalipun perlakuan kasar ia dapatkan dari tokoh Quraisy.
Ibnu Ishaq meriwayatkan, “Aku mendengar keterangan bahwa Asma’ berkata, “Abu Jahal datang ke rumahku bersama tokoh Quraisy , maka aku menemui mereka”. Mereka bertanya, “Dimana ayahmu?“ Aku menjawab, “Demi Allah, aku tidak tahu dimana dia, “Abu Jahal langsung mengayunkan tangannya dan menampar pipiku sekeras-kerasnya, sehingga antingku lepas, lalu mereka pergi.“
SubhanAllah! bagaimana sikap seorang Asma’ ra yang begitu melindungi Rasulullah dan ayahnya. Tamparan dari seorang Abu Jahal pun, ia rela menerimanya. Tak pelak Allah menghinakan Abu Jahal yang melanggar etika kaumnya bangsa Arab, yaitu tidak menyakiti seorang wanita.
3. Wanita Ahli Ibadah dan Taat Kepada Allah SWT
Asma’ ra adalah seorang wanita yang rajin berpuasa, shalat malam dan selalu takut kepada Allah swt. Zubair bin ‘Awwam, suaminya pernah berkata. “Aku pernah masuk rumah dan mendapati Asma’ sedang shalat . Aku mendengar dia membaca ayat ini :
“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka” (QS. Ath-Thur : 27).
Asma’ bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah. Maka aku berdiri, tapi karena ia bermunajat terlalu lama, aku pergi ke pasar. Saat aku kembali, ternyata Asma’ masih menangis sambil bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah.
4. Pemurah Hati dan Dermawan
Kedermawanan dan kemurahan hati Asma’ ra. sangatlah terkenal. Muhammad bin Al –Munkandir mengatakan bahwa Asma’ binti Abu Bakar adalah seorang wanita yang memiliki hati pemurah dan dermawan.
Asma’ adalah wanita yang jika mempunyai sesuatu, dia tidak pernah menyimpannya sampai besok (langsung membagikan semuanya).
Asma’ ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, aku tidak punya harta sedikitpun kecuali yang telah diberikan Zubair, apakah aku tetap bershadaqah?
Rasulullah berkata “Bershadaqahlah dan jangan menyimpan sesuatu, sehingga Allah akan menyimpan pemberian-Nya kepadamu.” (Muttafaq ‘alaih)
Saatnya Berpisah
Setelah satu abad penuh melewati hari-hari kehidupannya dengan segala kesenangan dan kepedihan yang ditutup dengan kematian putranya, Asma‘ ra. berbaring lemah untuk menanti ajal dan menunggu saat yang telah ditetapkan untuk menyusul orang-orang tercinta yang telah mendahuluinya menuju negeri keabadian.
Ibnu Sa’ad menyatakan , “Asma’ ra. wafat beberapa hari setelah kematian putranya (Abdullah bin Zubair). Abdullah sendiri terbunuh pada tanggal 17 Jumadil Awal, tahun 73 Hijriah. “Adz-Dzahabi menambahkan, “Asma ra. adalah orang terakhir yang meninggal dunia di antara golongan Muhajirin.”
Wanita pemilik dua selendang (Dzaatun Nithaaqain) itu telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya setelah menorehkan cahaya yang bersinar terang dalam lembaran-lembaran sejarah.
Semoga Allah meridhainya dan membuatnya ridha, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat peristirahatan terakhirnya.
ed : danw