Asma' binti Abu Bakar : Wanita Dua Selendang (bagian 3-akhir)

Oleh: Lia Nurbaiti
 
Karakteristik dan Sifat Asma’ binti Abu Bakar
1. Cerdas dan Bijak
Asma’ adalah wanita yang cerdas, memilki ketulusan iman dan kecerdasan. Ini dibuktikan ketika suatu hari, Asma’ binti Abu Bakar ra. menuturkan, “Ketika Rasulullah saw keluar dari Makkah, Abu Bakar membawa seluruh hartanya. Tiba-tiba kakekku, Abu Quhafah yang telah buta datang dan berkata, “Sesungguhnya ayah kalian telah membuat kalian susah karena harta dan nyawanya sekaligus. Aku berkata, “Sama sekali tidak begitu, ayah telah meninggalkan harta yang cukup banyak untuk kami. Aku segera mengumpulkan batu dan menyusunnya di gudang rumah, lalu menutupnya dengan kain. Aku memegang tangan kakek dan meletakannya di atas kain sambil berkata. “Inilah harta yang ditinggalkannya“ Kakek berkata, “Kalau dia meninggalkan semua ini untuk kalian, maka tidak ada masalah.”
Kita bisa ambil hikmah dari peristiwa diatas bahwa Asma’ ra. adalah wanita yang cerdas, bagaimana ia bisa mencari alternatif cara untuk menerangkan kepada kakeknya yang merasa khawatir terhadap anak-anak Abu Bakar ra.
2. Sabar dan Tegar
Sabar dan tak takut di jalan Allah adalah salah satu sifat luar biasa yang dimiliki oleh putri dari seorang Abu Bakar As Shiddiq ra. Asma’ ra tidak pernah menyebarkan perihal keberadaan Rasulullah saw ketika hijrah, sekalipun perlakuan kasar ia dapatkan dari tokoh Quraisy.
Ibnu Ishaq meriwayatkan, “Aku mendengar keterangan bahwa Asma’ berkata, “Abu Jahal datang ke rumahku bersama tokoh Quraisy , maka aku menemui mereka”. Mereka bertanya, “Dimana ayahmu?“ Aku menjawab, “Demi Allah, aku tidak tahu dimana dia, “Abu Jahal langsung mengayunkan tangannya dan menampar pipiku sekeras-kerasnya, sehingga antingku lepas, lalu mereka pergi.“
SubhanAllah! bagaimana sikap seorang Asma’ ra yang begitu melindungi Rasulullah dan ayahnya. Tamparan dari seorang Abu Jahal pun, ia rela menerimanya. Tak pelak Allah menghinakan Abu Jahal yang melanggar etika kaumnya bangsa Arab, yaitu tidak menyakiti seorang wanita.
3. Wanita Ahli Ibadah dan Taat Kepada Allah SWT
Asma’ ra adalah seorang wanita yang rajin berpuasa, shalat malam dan selalu takut kepada Allah swt. Zubair bin ‘Awwam, suaminya pernah berkata. “Aku pernah masuk rumah dan mendapati Asma’ sedang shalat . Aku mendengar dia membaca ayat ini :
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka” (QS. Ath-Thur : 27).
Asma’ bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah. Maka aku berdiri, tapi karena ia bermunajat terlalu lama, aku pergi ke pasar. Saat aku kembali, ternyata Asma’ masih menangis sambil bermunajat dan memohon perlindungan kepada Allah.
4. Pemurah Hati dan Dermawan
Kedermawanan dan kemurahan hati Asma’ ra. sangatlah terkenal. Muhammad bin Al –Munkandir mengatakan bahwa Asma’ binti Abu Bakar adalah seorang wanita yang memiliki hati pemurah dan dermawan.
Asma’ adalah wanita yang jika mempunyai sesuatu, dia tidak pernah menyimpannya sampai besok (langsung membagikan semuanya).
Asma’ ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, aku tidak punya harta sedikitpun kecuali yang telah diberikan Zubair, apakah aku tetap bershadaqah?
Rasulullah berkata “Bershadaqahlah dan jangan menyimpan sesuatu, sehingga Allah akan menyimpan pemberian-Nya kepadamu.” (Muttafaq ‘alaih)
Saatnya Berpisah
Setelah satu abad penuh melewati hari-hari kehidupannya dengan segala kesenangan dan kepedihan yang ditutup dengan kematian putranya, Asma‘ ra. berbaring lemah untuk menanti ajal dan menunggu saat yang telah ditetapkan untuk menyusul orang-orang tercinta yang telah mendahuluinya menuju negeri keabadian.
Ibnu Sa’ad menyatakan , “Asma’ ra. wafat beberapa hari setelah kematian putranya (Abdullah bin Zubair). Abdullah sendiri terbunuh pada tanggal 17 Jumadil Awal, tahun 73 Hijriah. “Adz-Dzahabi menambahkan, “Asma ra. adalah orang terakhir yang meninggal dunia di antara golongan Muhajirin.”
Wanita pemilik dua selendang (Dzaatun Nithaaqain) itu telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya setelah menorehkan cahaya yang bersinar terang dalam lembaran-lembaran sejarah.
Semoga Allah meridhainya dan membuatnya ridha, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat peristirahatan terakhirnya.
ed : danw

Asma' binti Abu Bakar : Wanita Dua Selendang (bagian 2)

Oleh: Lia Nurbaiti
 
Termasuk Wanita Pertama Yang Memeluk Islam
Asma’ ra. lahir di kota Makkah sekitar 27 tahun sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Ia dibesarkan di rumah ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang memiliki banyak sifat baik, karena dia adalah manusia yang paling utama setelah Rasulullah saw. Asma dibesarkan oleh ayahnya, sehingga segala kebaikan yang dimiliki ayahnya, secara tidak langsung Asma’ dapatkan. Sehingga tak heran, ketika usia dini, Asma’ sudah memeluk Islam. Dengan demikian, Asma’ ra layak termasuk ke dalam orang-orang yang disebut oleh Allah swt. dalam firman-Nya,
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah : 100).
Asma’ ra dipersunting oleh seorang pengawal setia Rasulullah saw, yang juga merupakan seorang dijamin oleh Allah dan Rasul-Nya masuk surga yaitu, Zubair bin ‘Awwam. Ia adalah seorang laki-laki yang miskin, tetapi statusnya sebagai mukmin melebihi segala-galanya. Asma’ pun tetap menjadi istri yang sholehah bagi Zubair bin ‘Awwam.
Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq ra menuturkan, “Saat menikah denganku, Zubair tidak memiliki harta benda, budak, atau barang apapun, kecuali seekor kuda. Aku selalu menyiapkan makanan dan merawatnya. Aku menumbuk kurma yang sudah matang, memberinya makan dan minum. Selain itu, aku juga menjahit sendiri tempat minum dari kulit dan membuat adonan roti. Sebenarnya aku tidak pandai membuat roti namun, wanita-wanita Anshar membantuku membuatkannya. Mereka adalah wanita-wanita yang tulus.”
Wanita Pemilik Dua Selendang (Dzatuun Nithaaqain)
Berawal dari kisah pada saat kekerasan kaum Quraisy terhadap para sahabat Rasulullah saw semakin menjadi-jadi. Rasulullah saw mengizinkan mereka untuk berhijrah ke Madinah. Setelah itu, Allah swt mengizinkan Rasul-Nya untuk hijrah ke Madinah. Maka, beliau segera hijrah bersama sahabatnya. Dalam peristiwa ini, keluarga Abu Bakar ra memainkan peran yang paling monumental dalam catatan sejarah berkaitan dengan totalitas mereka dalam memperjuangkan Islam dan membela Rasulullah saw.
Abu Bakar ra menggembala kambing untuk penduduk Makkah dan menggiringnya pada malam hari menuju tempat persembunyian Rasulullah saw. Sehingga mereka berdua dapat memerah susunya dan menyembelihnya. Ketika menjelang pagi, saat Abdullah bin Abu Bakar turun dari tempat itu dan pulang ke Makkah. ‘Amir bin Fuhairah mengikutinya dari belakang bersama kawanan kambingnya, untuk menghapus jejak kaki Rasulullah.
Sedangkan peran ‘Asma ra.,dalam peristiwa ini tidak kalah besar. Awalnya, ketika Rasulullah saw mendapat izin untuk hijrah ke Madinah, beliau datang ke rumah Abu Bakar ra dan berkata, “Aku telah mendapat izin untuk keluar (dari Makkah).” Abu Bakar bertanya, “Biar ayah dan ibuku sebagai penebusmu, wahai Rasulullah, apakah aku menemanimu?“ Rasullulah saw menjawab singkat, “Ya.”
Aisyah ra menuturkan, “Kami sekeluarga menyiapkan seluruh perbekalan mereka berdua. Kami juga membuatkan makanan yang diletakkan di dalam wadah. Asma’ binti Abu Bakar memotong selendang pinggangnya untuk mengikat penutup wadah. Itulah yang membuatnya dijuluki “Wanita Pemilik Selendang” (Dzaatun Nithaaq).
Asma’ ra menuturkan, “Aku membuat makanan untuk Nabi saw dan Abu Bakar ketika mereka hendak bertolak ke Madinah. Aku berkata kepada Ayah. “Aku tidak membawa sesuatu untuk mengikat (wadah makanan) kecuali selendang pinggangmu menjadi dua. “Aku mengikuti sarannya, maka aku dijuluki ‘Wanita Pemilik Dua Selendang’ (Dzaatun Nithaaq)”.
Zubair bin Bakkar bertutur tentang peristiwa ini, “Rasulullah saw berkata kepada Asma’ : “Semoga Allah mengganti selendangmu dengan dua selendang di surga.” Sejak itu Asma’ dijuluki Dzaatun Nithaaqain (wanita pemilik dua selendang). *bersambung
ed : danw

Asma' binti Abu Bakar : Wanita Dua Selendang (bagian 1)

Oleh: Lia Nurbaiti
 
Mulia, cerdas dan pantang menyerah. Begitulah sejarah peradaban Islam mencatat sosok wanita pejuang bernama Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahuanha. Muslimah yang lahir 27 tahun sebelum hijrah itu adalah putri Khalifah Abu Bakar ra. Mujahidah yang usianya lebih tua 10 tahun dibandingkan Aisyah ra itu dikenal sebagai seorang yang dermawan. Asma’ adalah saudari istri Rasulullah, Aisyah ra, namun berbeda ibu. Ia adalah saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar. Putri Abu Bakar itu termasuk salah satu wanita di kota Makkah yang pertama masuk Islam. Setelah 17 sahabat mengucap dua kalimat syahadat, Asma’ pun kemudian membaiat Rasulullah SAW. Pengabdian dan pengorbanan Asma membela agama Allah SWT begitu besar. Tak heran jika ia digelari ”Dzatun Nithaqaini” (wanita yang memiliki dua selendang).
Mari kita persiapkan segenap perasaan hati untuk menelusuri perjalanan hidupnya yang harum sejak hari-hari pertama dalam kehidupannya agar mengenal lebih jauh sosok Asma’ ra. Latar Belakang Keluarga yang Mulia dan Penuh Berkah Keluarga sahabat wanita ini begitu luar biasa. Keluarganya ibarat pohon yang tertanam kokoh didalam tanah, sedangkan cabang-cabangnya menjulang di angkasa raya hingga menyentuh bintang gemintang. Ayahnya adalah manusia terbaik yang lahir dimuka bumi setelah para Nabi dan Rasul.
Dia adalah orang yang menempati urutan pertama dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Suami adik perempuan dari pihak ayahnya adalah manusia paling agung sepanjang massa, Muhammad bin Abdullah saw. Adik perempuan dari pihak ayahnya adalah Ummul Mukminin, ‘Aisyah ra. Kakek dari pihak ayahnya adalah Abu Quhafah, dia memeluk Islam dan mendapat kehormatan sebagai salah satu seorang sahabat Rasullulah saw. Suami Asma’ adalah orang yang dijuluki Hawari (pengawal setia) Rasulullah saw.
Dia juga adalah muslim pertama yang menghunus pedang di jalan Allah. Dia adalah Zubair bin ‘Awwam. Putra Asma’ adalah seorang khalifah, Abdullah bin Zubair. Dia dikenal sebagai ahli Ibadah dan ahli jihad paling terkemuka. Saudara kandung Asma’ adalah Abdullah bin Abu Bakar ra, seorang ksatria gagah berani dan ahli panah yang handal. Berdasarkan penjelasan diatas, betapa luar biasa keluarga Abu Bakar, tidak ada keluarga sahabat yang dapat menghimpun empat generasi sekaligus yang melihat Rasulullah saw, dan para sahabatnya. Kecuali keluarga Abu Bakar. Asma’, ayahnya, kakeknya, dan putranya (Ibnu Zubair), semuanya termasuk sahabat Rasulullah saw. Semoga Allah meridhai mereka. *bersambung
ed : danw