Mengenal TGB Zainul Majdi, Gubernur NTB yang Hafidz Qur'an
Museum Rekor Indonesia (MURI) telah memberi penghargaan kepada DR. TGH. M. Zainul Majdi sebagai Gubernur paling muda, karena saat dilantik sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 17 September 2008, usianya 36 tahun.
Namun selain itu, warga NTB juga berbangga dengan gubernur yang juga merupakan seorang Hafiz Al Qur’an yang hafal 30 juz.
Bagi Tuan Guru Bajang yang juga Gubernur NTB ini, membaca dan menghafal Al-Qur’an “sangat penting”.
Menurutnya, untuk memahami tuntunan Nabi Muhammad SAW terkait dengan Al-Qur’an, maka menghafal Al-Qur’an termasuk bagian dari pengkhidmatan kepada Al-Qur’an.
“Jadi jangan sampai menghafal ayat-ayat Al-Qur’an hanyalah sekadar iseng-iseng saja,” paparnya.
Tuan Guru Bajang yang menyelesaikan pendidikan program doktoral pada Universitas Al Azhar Mesir itu telah menghafal Al-Qur’an sejak nyantri di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan di Lombok Timur kurang lebih selama 6 tahun lamanya.
“Sesungguhnya tidak sulit menghafal Al-Qur’an itu. Kalau pun ada, itu terjadi pada muraja’ah (mengulang) atau istirja’ (mengembalikan memori),” jelasnya.
Pria yang akrab di sapa dengan TGB ini juga telah berhasil melalui ujian di Universitas Al Azhar dalam bidang tahfiz Al-Qur’an sebanyak 12 juz. Menurutnya, yang paling sulit dalam mengikuti ujian itu adalah pada ujian lisan, karena harus langsung menjawab dan hampir tidak ada waktu untuk berpikir.
TGB memilih waktu untuk menghafal Al-Qur’an di tengah kesibukannya sebagai orang nomor satu di NTB ini selain ba’da shalat, TGB sering memilih waktu di kendaraan dalam perjalanan ke berbagai daerah untuk menghafal Al-Qur’an mengikuti tilawah dari beberapa qori seperti Hudzaifi dan Abdul Basith.
M. Zainul Majdi, lahir di Pancor, Lombok Timur, 31 Mei 1972 dan terpilih sebagai Gubernur NTB pada tahun 2008 berpasangan dengan Badrul Munir sebagai Wakil Gubernur, diusung oleh Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pada periode kedua tahun 2013 TGB terpilih kembali berpasangan dengan Muhammad Amin, diusung oleh Partai PKS, PBB, menyusul Demokrat, Golkar, PDIP, PAN, HANURA, dan PKB.
TGB adalah anak dari pasangan HM Djalaluddin SH, seorang pensiunan birokrat Pemda NTB dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid, pendiri organisasi Islam terbesar di NTB yaitu Nahdlatul Wathan (NW). Istri beliau adalah Hj. Erica Zainul Majdi.
Sebagai cucu pendiri organisasi terbesar di NTB bernama Nahdlatul Wathan (NW), Zainul Majdi tumbuh dewasa dalam suasana pendidikan pesantren. Setelah menempuh pendidikan di Ma’had Darul Qur’an Wal Hadist NW Pancor.
Zainul Majdi melanjutkan pendidikan di Jurusan Tafsir dan ilmu-ilmu Al Qur’an, Fakultas Usuluddin, Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir sampai memperoleh gelar Master.
Sebelum terpilih sebagai Gubernur NTB, sejak 1999 Zainul Majdi telah aktif bergerak di bidang dakwah. Di tahun yang sama ia juga mulai menduduki jabatan Ro’is Am Dewan Tanfidziyah PBNW.
Selain itu, ia juga merupakan Ketua YPH. PPD NW Pancor dan anggota DPR RI mewakili NTB periode 2004-2009 dari Fraksi PBB. Kemudian di usung PKS dan PBB untuk menjadi Gubernur NTB.
Sumber : Kupas Merdeka
Meluruskan Kisah Abdah bin Abdurrahim
Benarkah Abdah bin Abdurrahim yang seorang tabi’in, mujahid, dan hafidz Qur’an murtad karena wanita romawi?
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum ustadz. Ana mau bertanya tentang mujahid ‘Abdah bin Abdurrahim yang hidup pada masa tabi’in, apa benar beliau pada akhir hayatnya murtad masuk agama nasrani? Apa penyebab beliau murtad?
@Ummu Dzakira
Jawaban :
Wa’alaikumus Salam Warohmatullahi wabarokatuh
`
1. Kisah tersebut dinukil oleh Al-Hâfizh Ibnu Katsir dalam “al-Bidayah wan Nihayah” (juz 11 hal. 64) dari Ibnul Jauzî, yg menceritakan bahwa ‘Abdah bin Abdurrahim murtad gara-gara terfitnah wanita Romawi yang cantik.
2. Pentahqiq kitab al-Bidayah wan Nihayah, yaitu Syaikh Abdullâh at-Turki (sekjen Rabithah Alam Islami) mengomentari kisah tersebut:
المصدر السابق أي المنتظم الجزء12 الصفحة 302: فيه أن هذه القصة إنما وقعت لشاب كان في صحبة عبدة, فالذي تنصر إنما هو ذلك الشاب وليس ((عبدة بن عبد الرحيم)) ((وعبدة)) هو راوي القصة وليس هو صاحبها.
Sumber referensi sebelumnya, yaitu al-Muntazham juz 12 hal. 302, menjelaskan bahwa kisah ini sebenarnya terjadi pada seorang pemuda yang menemani Abdah.
Jadi yang murtad menjadi nasrani itu adalah pemuda ini, bukanlah ‘Abdah bin Abdurrahim, sedangkan Abdah sendiri adalah periwayat Kisah tersebut, bukanlah pelakunya.”
3. Pernyataan Syaikh Abdullâh at-Turki di atas, didukung oleh riwayat kisah yang valid, yaitu yang murtad adalah pemuda yang menemani Abdah, sedangkan Abdah adalah yang menceritakan. Hal ini bisa dicek di kitab:
- Al-Muntazham fi Tarikh al-Umam wal Muluk, karya Abul Farj al-Jauzi, Darul Kutub Ilmiah, Beirut, 1412, cet 1, juz 12 hal 301.
- Tarikhul Islam wa Wafiyatul Masyahir wal A’lam karya Adz-Dzahabî, Darul Gharb al-Islâmi, 2003, cet 1, juz 5 hal 1176.
- Mukhtashar Tarikh Dimasyqi karya Ibnu Syaikh, yang ditulis oleh Ibnu Manzhur, Darun Nasyr, 1402, cet 1, juz 15 hal 296.
Dan kitab Tarikh (sejarah) lainnya
4. Penilaian para ulama terhadap Abdah bin Abdurrahim:
- Abu Hâtim pernah ditanya tentang Abdah bin Abdurrahim, maka beliau menjawab : Abdah seorang yang jujur (shidiq).
- An-Nasa’i menilainya sebagai orang yang jujur dan tidak ada sesuatu padanya.
- Dan lain-lain
KESIMPULAN:
Abdah bin Abdurrahim adalah mujahid yang tidak murtad, yang murtad adalah seorang pemuda yang menyertai Abdah, dan dikisahkan sendiri oleh Abdah kemurtadannya gara-gara terfitnah oleh wanita cantik.
Seorang tabi’in adalah generasi setelah sahabat yang diakui keshalehannya dan keilmuannya. Sehingga riwayat mengenai tabi’in perlu lebih jeli lagi.
Wallâhu a’lam
@abinyasalma
✒Repost: ganpage Facebook