by Danu Wijaya danuw | Aug 10, 2017 | Artikel, Dakwah
SIAPA yang tidak mengenal Syeikh Abdurrahman AsSudais? Imam Masjidil Haram, sekaligus hafidz yang memiliki suara yang sangat menyentuh para ma’mum dan pendengarnya.
Tetapi ternyata di balik kesuksesannya, beliau memiliki kisah unik di masa kecilnya.
Ketika itu orang tua Syeikh Sudais akan kedatangan tamu kehormatan, sehingga ibunda Syeikh Sudais menyiapkan hidangan termasuk memasak kambing untuk menyambut tamu tersebut.
Ketika hidangan sudah siap saji, masuklah Sudais kecil setelah bermain ke dalam rumahnya. dan alangkah kagetnya sang IBU melihat apa yang Sudais kecil lakukan terhadap hidangan yang sudah ia siapkan.
Sudais kecil menaburkan pasir ke dalam hidangan kambing yang disiapkan ibunya.
Kaget bercampur kesal akhirnya ibunda beliau memarahinya, “Sudais, dasar kamu anak nakal! Awas kamu kalau sudah besar kamu akan menjadi IMAM MASJIDIL HARAM!”
Kemarahan ibunda Sudais inilah yang menjadi do’a luar biasa untuknya.
Sudais dewasa tumbuh menjadi seorang Imam Besar Masjidil Haram, sesuai dengan apa yang diucapkan oleh ibunya
by Danu Wijaya danuw | Jun 9, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Setelah mendapatkan undangan kehormatan Imam Besar Masjid Nabawi, kini Anies Baswedan kembali mendapat kehormatan untuk menghadiri undangan khusus Imam Besar Masjidil Haram dan Pimpinan Pengurus Dua Masjid Suci, Syaikh Abdurrahman as Sudais, Rabu siang (6/6/2017) waktu Makkah.
Hadir dalam pertemuan tersebut Syaikh Khalid al Hamudy, ulama terkemuka Mekkah tersebut membahas banyak hal bersama Anies. Mulai dari perkembangan Islam, konflik dunia, dan Indonesia.
Foto Syaikh As Sudais sedang menulis surat di mushaf dan memberi cinderamata
“Yang Mulia (Syaikh As Sudais) menerima Gubernur Jakarta.” tulis akun Reasah Alharmain
Di akhir pertemuan, Syaikkh Sudais memberikan sebuah Mushaf Al Quran dan di halaman depannya Beliau menuliskan sebuah surat yang berisi pesan dan harapan untuk Anies.
“Pesan ini ditulis tangan langsung oleh Syekh Sudais,” ujar Jurubicara Anies-Sandi, Naufal Firman Yursak seperti dilansir rmoljakarta.com, Kamis (7/6/2017).
Langka, Tulisan tangan Syaikh As Sudais
Berikut terjemahan surat yang ditulis di Mushaf itu;
Hadiah
Tanda cinta, sayang, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta untaian doa yang tidak terputus-putus untuk Saudaraku Dr. Anies Baswedan (Semoga Allah selalu menjaga beliau).
Ucapan selamat teruntuk beliau atas apa yang Allah Subhaanahu Wa Ta’ala anugerahkan berupa menjadikan beliau Gubernur Jakarta.
Saya berwasiat kepada beliau agar senantiasa bertakwa (takut) kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dan berpegang teguh kepada Al Quran Yang Agung ini dalam setiap hal.
Saya memohon kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala untuk beliau semoga senantiasa diberikan taufik dan bimbingan dengan doa yang tulus dari Negeri Haramain yang Mulia dan untuk Bangsa Indonesia Tercinta.
Yang mencintaimu karena Allah Taala
TTD
Dr. Abdul Rahman bin Abdul Aziz Al-Sudais
[islamedia]
by Danu Wijaya danuw | Jun 8, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Jakarta – Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan saat ini tengah melaksanakan umrah. Di sela umrah, pada Selasa kemarin, Anies bertemu dengan imam besar Masjid Nabawi Syekh Sholah al-Budair.
Juru bicara Anies-Sandi, Naufal Firman Yursak, mengatakan pertemuan tersebut atas undangan langsung sang imam saat mengetahui Anies sedang berada di Madinah.
Anies sangat beruntung bisa bertemu dengan Syekh Sholah. Pasalnya, tidak semua orang bisa bertemu dengan imam besar Masjid Nabawi tersebut. “Bahkan bila ada tamu dari luar datang, meski menteri sekalipun, jarang mau diterima oleh imam besar,” kata Naufal dalam keterangan tertulis, Rabu (7/6/2017).
Kali ini, Syekh Sholah langsung mengundang Anies. Undangan itu diberikan saat dia mengetahui Anies sedang berada di Madinah. “Hal ini jarang terjadi,” ucap Naufal.
Pertemuan itu digelar di lantai tiga kantor Masjid Nabawi. Bagian kantor itu berada di tengah-tengah masjid. Dari ruangan itu, bisa terlihat seluruh bagian masjid yang dibangun pada tahun 622 Masehi tersebut.
Saat bertemu dengan Anies, Syekh Sholah tidak sendiri. Dia didampingi kepala kesekretariatan dan kepala humas Masjid Nabawi.
Pertemuan itu, lanjut Naufal, berlangsung hangat dan bersahabat. Banyak hal yang dibahas. “Mulai dari kondisi umat Islam di dunia hingga apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Beliau tampak sangat memperhatikan kondisi di Indonesia,” ujar dia.
Anies doa bersama dengan Syekh Sholah, Imam Masjid Nabawi
Seusai pertemuan, Syekh Sholah juga memimpin doa bersama. Syekh Sholah, yang pernah menjadi imam di Masjidil Haram, juga berjanji mendoakan Indonesia pada doa kunut saat salat tarawih yang dipimpinnya.
Anies tak hanya bertemu dengan imam besar. Pada siang harinya, Anies juga bersilaturahmi dengan empat muazin di Masjid Nabawi. Mereka juga ingin bertemu dengan Anies.
“Mereka (para muazin) terkesima dengan Indonesia. Terutama dengan besarnya bangsa dan sebaran penduduk di kepulauan hingga menghasilkan keberagaman bahasa dan budaya yang luar biasa,” ucap Naufal
Sumber : Detik
by Danu Wijaya danuw | Apr 16, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Pernahkah Anda mendengar kata sutrah?
Sutrah merupakan batas shalat yang diletakkan di depan tempat sujud yang berfungsi sebagai penghalang, agar tidak dilewati oleh orang atau binatang.
Tujuan dari penggunaan sutrah ini adalah untuk menghormati orang yang sedang shalat.
Berikut adalah beberapa penjelasan sutrah dalam kutipan hadits.
1. “Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Janganlah mengerjakan shalat kecuali menghadap sutrah dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depanmu, jika ia tidak menghiraukan, maka halangilah ia dengan sekuat tenaga, sebab ada teman bersamanya.” [HR. Muslim, No. 26]
2. “Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila salah seorang di antara kamu melakukan shalat, maka shalatlah dengan menghadap ke sutrah, dan mendekatlah kepadanya, dan janganlah membiarkan seseorang lewat di antara dia dan sutrah. Jika seseorang datang melewatinya, maka halangilah dengan sekuat tenaga, sebab dia adalah syaitan.” [HR. Abu Dawud, No. 697]
3. “Diriwayatkan dari Abu Sahl bin Abi Hatsmah r.a., dari Nabi saw: Apabila seseorang di antaramu shalat dengan menghadap kepada sutrah, maka mendekatlah kepadanya, agar syaitan tidak memotong (mengganggu) shalatmu. Dari riwayat lainnya sebagai berikut: Apabila seseorang di antaramu mengerjakan shalat, maka pasanglah sutrah dan mendekatlah kepadanya, sebab syaitan suka lewat di depannya.” [Ditakhrijkan oleh Ahmad: 4/2]
Pendapat para ulama:
As-Safarini berpendapat bahwa penggunaan sutrah dalam shalat adalah sunnah, sebagaimana disepakati para ulama.
Imam Malik berpendapat wajib berdasarkan hadis-hadis di atas.
Abu Ubaidah berpendapat bahwa makmum tidak wajib menggunakan sutrah, karena sutrah dalam shalat jama’ah sudah ditanggung oleh imam. Maka setiap makmum sutrahnya adalah orang yang ada di depannya, tetapi makmum yang berada di shaf paling depan harus mencegah orang lewat di depannya. Pendapat ini berdasarkan hadis dari Ibnu ‘Abbas:
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: Saya datang bersama al-Fadl naik keledai, sedang Rasulullah saw berada di ‘Arafat. Kemudian kami melewati sebagian shaf, lalu kami turun, dan kami tinggalkan keledai itu bersenang-senang (makan rumput). Dan kami bersama Rasulullah saw masuk dalam shalat, beliau tidak mengucapkan kata-kata sedikitpun.” [HR. Muslim, No. 504]
Ibnu Abdil Bar berpendapat: hadis yang diriwayatkan Ibnu ‘Abbas tersebut mentakhshish hadis yang diriwayatkan Abu Sa’id yang berbunyi: “Apabila seseorang di antaramu shalat, maka janganlah membiarkan seseorang lewat di depannya”
Hadis ini ditakhsish dengan shalat Imam dan shalat munfarid (sendirian). Maka bagi makmum, tidak mengapa apabila ada orang lewat di depannya.
Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa sutrah disunnahkan bagi imam saja dan bagi orang yang shalat munfarid.
Namun pada masa kini, baik bagi imam maupun bagi makmum di masjid-masjid sudah dipasang kain sajadah yang dapat dijadikan sebagai sutrah.
Maka tidak perlu lagi memasang sutrah secara khusus.
Wallahu a’lam bish-shawab.
by Danu Wijaya danuw | Mar 18, 2016 | Konsultasi, Konsultasi Ibadah
Assalamualaikum wr.wb. Mau tanya ustadz/ustadzah. Dalam sholat berjamaah pada imam yang sudah selesai sholat, sementara ada sebagian makmum yang belum selesai. Dapatkah makmum yang lain mundur selangkah untuk mengambil imam berikutnya agar sholat berjamaah tetap terjaga?
Jawaban
Assalamu alaikum wr.wb.
Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbihi. Amma ba’du:
Terkait dengan pertanyaan bermakmum kepada sesama masbuq (terlambat), dalam hal ini para ulama berbeda pendapat.
Sebagian besar ulama tidak membenarkan, namun sebagian lagi membolehkan.
Dalam hal ini pendapat yang tidak membolehkan lebih utama, sebab tidak ada dalil atau riwayat baik dari Nabi saw maupun sahabat yang pernah melakukan hal tersebut.
Selain itu, para masbuq insya Allah sudah mendapatkan pahala shalat berjamaah. Karena itu tidak perlu lagi mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai imam. Apalagi bila rakaatnya berbeda.
Dengan demikian cukuplah bagi masbuq untuk menyempurnakan shalat masing-masing.
Wallahu a’lam.
Wassalamu alaikum wr.wb
Ustadz Fauzi Bahreisy
Ingin konsultasi seputar ibadah, keluarga, dan muamalah? Kirimkan pertanyaan Anda kesini