by Danu Wijaya danuw | Sep 15, 2017 | Artikel, Dakwah
KEIMANAN manusia tidaklah selalu berjalan lurus dan stabil. Manusia adakalanya mengalami keimanan yang naik atau turun.
Rendahnya iman mampu membawa kita kepada kesedihan dan putus asa, juga kecemasan. Oleh karena itu, tidak berlebihan rasanya jika iman kepada Allah SWT disebut sebagai penangkal dan pelindung dari kesedihan.
Ketika iman tengah turun, bisa saja melumpuhkan perbuatan baik dan menghilangkan produktivitas dalam kehidupan seseorang dalam ibadah.
Ini adalah doa untuk membantu Anda keluar dari lemahnya iman, kesedihan, dan waktu kesusahan.
Diriwayatkan dalam sahih Bukhori dan Abu Dawud bahwa Nabi SAW secara konsisten membaca doa ini, dan banyak dari para sahabat mendengar Nabi SAW sering mengulanginya.
اللَّـــهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْحَـمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْـِز وَاْلكَسَلِ
وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُـبْنِ وَالْبُخْـلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَتِ الدَّيْنِ وَقَـهْرِ الرِّجَالِ.
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.”
Doa ini mengandung banyak arti agar dihilangkan dari sifat malas, lemah, sedih dan susah, hutang dan kesewenang-wenangan manusia.
Salah satu aspek yang indah dalam agama Islam adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya telah menentukan tindakan bagi kita ketika kita menderita lemah iman dan kesedihan, dan salah satu obat yang paling ampuh adalah Doa.
Semoga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber : MuslimMatter
by Danu Wijaya danuw | Sep 7, 2017 | Artikel, Dakwah
Sebuah fakta Muslim Rohingya yang telah berlangsung berabad-adab diungkap oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah Muhamad Zaitun Rasmin. Fakta yang menunjukkan siapa sebenarnya mereka ini membuat kita semakin bangga dengan Muslim Rohingya, sekaligus malu pada diri sendiri.
Wakil Ketua GNPF-MUI itu mengungkapkan, etnis Muslim Rohingya adalah etnis Muslim yang kuat dan istiqamah dengan iman dan Islamnya. Terbukti dengan kezaliman yang mereka derita berabad-abad hingga hari ini tidak menggoyahkan keimanan dan kemusliman mereka.
“Yang paling anyar adalah apa yang terjadi pekan ini berupa tindakan represif militer Myanmar dengan dalih memberantas militan Rohingya di wilayah Rakhine yang justru berwujud pembunuhan paling brutal pada abad ini,” kata Ustadz Zaitun dalam siaran pers seperti dikutip Republika, Selasa (5/9/2017).
Fakta bahwa Muslim Rohingya tetap teguh memegang iman dan Islam di tengah-tengah kezaliman parah yang mereka alami inilah yang seharusnya membuat umat Islam bangga pada mereka sekaligus malu pada diri sendiri jika tidak membela mereka.
Wahdah Islamiyah, ormas Islam yang dipimpin oleh Zaitun, mengutuk keras segala tindakan kezaliman terhadap etnis Muslim Rohingya. Lebih jauh, Wahdah Islamiyah menyeru seluruh umat Islam untuk melakukan jihad kemanusiaan dengan memberikan apapun untuk mengangkat kezaliman tersebut.
Wahdah Islamiyah juga menuntut PBB menghentikan genosida dan menuntut pemerintah Indonesia menggunakan pengaruhnya guna menghentikan genosida tersebut.
Seperti diketahui, pembantaian terhadap Muslim Rohingya kembali terjadi baru-baru ini. Menurut data yang diakui Pemerintah Myanmar, sekitar 400 orang tewas pada pekan lalu. Menurut PBB, pada 31 Agustus 2017 sekitar 38.000 warga etnis Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh dari Myanmar untuk menyelamatkan diri.
Sedangkan menurut Menurut lembaga aktivis Rohingya di Eropa, European Rohingya Council (ERC), jumlah yang tewas antara 2.000 hingga 3.000 orang, jauh lebih banyak daripada yang diakui oleh Pemerintah Myanmar.
Juru bicara ERC Anita Schug mengatakan, pada Ahad (27/8/2017) lalu, hampir 1.000 Rohingya terbunuh di desa Saugpara, distrik Rathedaung saja.
Sumber : Tarbiyah.net
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Aug 1, 2017 | Artikel, Dakwah
Oleh: Ustad Fauzi Bahreisy
Rasulullah saw bersabda:
Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).
Artinya iman bukan hanya sebatas keyakinan dan ibadah.
Tapi ia meliputi seluruh kehidupan kita: akidah, ibadah, akhlak, muamalah, sikap, tampilan, diam, dan gerak kita.
Iman berarti hidup untuk Allah, sesuai dengan rambu Allah, dan mau diatur oleh Allah.
Iman adalah memberikan loyalitas kepada Rasul saw dan orang-orang beriman yang dicintai oleh Allah (QS al-Maidah:55)
Iman adalah memutus dan memilih seperti yang dipilihkan oleh Allah (QS an-Nisa: 65)
Iman bukan memilih yang sesuai dengan selera dan membuang yang sebaliknya. Tapi iman adalah tunduk sepenuhnya kepada Allah Swt.
“Apakah kamu beriman kepada sebahagian kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?! Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS Al-Baqarah (2) | Ayat: 85]
Wallahu a’lam.
by Danu Wijaya danuw | Dec 4, 2016 | Artikel, Dakwah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Nikmat Allah yang paling besar terhadap hamba-Nya adalah nikmat iman. Dia adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, bertambah dengan taat dan kebaikan, berkurang dengan kefasikan dan kemaksiatan. Setiap kali bertambah amal seseorang, bertambah pula keimanannya. Inilah iman yang hakiki yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah : 6-7)
Kemudian dalam firman Allah swt, “Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” [Q.S. Al-An’aam: 125]
Orang yang tidak mendapat hidayah akan senantiasa berada dalam kegelapan dan kerugian.
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Q.S. Az-Zumar: 22]
Allah Azza wa Jalla menunjuki hamba-Nya dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Untuk itu, kewajiban kita adalah mengikuti, meneladani dan mentaati Rasulullah saw dan para ulama dalam segala perilaku kehidupan kita, jika kita menginginkan hidup di bawah cahaya Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur-an) dan Hikmah (As-Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Q.S. Ali ‘Imran: 164]
Seorang muslim akan senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberinya petunjuk ke dalam Islam dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” [Q.S. Al-Baqarah: 152]
Kita dan anak-anak kita akan tetap dan senantiasa ditambahkan ilmu, hidayah dan istiqamah di atas ketaatan jika kita beserta keluarga menuntut ilmu syar’i. Hal ini tidak boleh diabaikan dan tidak boleh dianggap remeh.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“…Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan dirinya dengannya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim no. 2699)
by Danu Wijaya danuw | Oct 14, 2016 | Artikel, Dakwah
Kita mandi, berharum wangi, berhias rapih, celaki mata dan siwaki gigi. Lalu mohon pada Allah agar hiaskan akhlak mulia dalam diri. Kita berdandan, kenakan pakaian bersih, kopiah terindah dan surban yang ranggi. Lalu mohon pada-Nya ampunan dan tutupi aib diri.
Kita jalan tebarkan senyum, ulurkan tangan, jabatkan tangan, pelukkan bahu. Lalu mohon pada Allah agar ukhuwah tautkan hati. Kita juangkan diri menahan kuap. Menyimak khutbah yang mewasiatkan taat. Lalu mohon pada Allah agar mengaruniakan takwa dalam jiwa.
Semoga Jum’at kita perayaan Iman. Allah dan Rasul teragung melebihi segala. Cinta dan benci karena-Nya. Dan kita tak suka kembali pada dosa dan jahiliah lama.
Semoga Jum’at kita perayaan Islam. Berserah tunduk pada Allah semata dan membebaskan sesama dari gelap kezaliman menuju hidup bercahaya.
Semoga Jum’at kita perayaan Ihsan. Mengibadahi Allah seakan hadir nyata dihadapan dan merasa diawasi-Nya dalam apapun berkegiatan.
Jum’at ini semoga Allah cahayai pembaca Al Kahfi, ampuni yang mandi dan bersuci, sayangi yang berhias dan berwewangi, takwakan hati.
Jum’at ini semoga terteladani keteguhan pemuda Kahfi, semangat belajar Musa sang Nabi, dan kesigapan Dzul Qarnain yang rendah hati.
Jum’at ini shalawat untukmu Ya Nabi. Semoga Allah balas berlipat puluh. Semoga Dia ridhai sambutmu atas kami di telaga suci. Syafa’at terberi.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media