Menlu Qatar: Hamas Bukan Teroris, Melainkan Gerakan Melawan Penjajah

QATAR– Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar Syaikh Mohammed bin Abdulrahmah al-Thani kemarin (12/6/2017) kemarin menyatakan bahwa Hamas adalah gerakan perlawanan yang berupaya menyatukan barisan rakyat Palestina, bukan organisasi teroris.
Dalam konferensi pers dengan Menlu Perancis, menteri Qatar itu menjelaskan bahwa keberadaan Hamas di Qatar bertujuan untuk mendorong perundingan perdamaian dengan Fatah. Ia juga menegaskan bahwa kepemimpinan biro politik Hamas berkedudukan di Gaza bukan Doha.
Ia menambahkan, upaya Qatar dalam merekonstruksi Gaza jelas dan transparan, serta diimplementasikan melalui mekanisme internasional. Ia juga menegaskan bahwa Qatar mendukung rakyat Palestina dan rekonsiliasi nasional, serta tidak berpihak pada salah satu faksi tertentu.
Ia menyatakan, “Hamas tidak masuk dalam daftar teroris negara-negara Teluk, lantas kenapa menentang keberadaan mereka sebagai tamu? Hamas adalah gerakan perlawanan dan kami memperlakukannya sebagai sebuah faksi politik.”
Menteri Qatar itu menyatakan keheranannya kenapa hubungan dengan Hamas menjadi sebuah tuduhan.
Qatar baru-baru ini menjadi sasaran kampanye hasutan dan tekanan. Sejumlah sumber mengungkap bahwa salah satu alasan utama kampanye tersebut adalah karena dukungan Qatar untuk Palestina dan membiarkan para pemimpin Hamas ada di Qatar.
Hal itu diperkuat dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir dan para tokoh Teluk lainnya yang secara terbuka menuntut Qatar untuk menghentikan dukungannya terhadap Hamas.
 
Sumber : SahabatAlaqsha/PIC

Ini Pertama Kalinya Pesawat Israel Mendarat Di Bandara Saudi

 
NAZARET–Otoritas Israel melakukan kesepakatan dengan Kerajaan Aab Saudi terkait pembukaan jalur penerbangan udara untuk mengangkut umat Islam Palestina ke tanah suci Mekkah. Dalam sejarah, ini pertaman kalinya pesawat Israel akan mendarat di Saudi.
Dikutip dari Yediot Aharonot, Kamis (15/6/2017) kemarin, sebelumnya perundingan sudah dilakukan sebagai langkah simbolik normalisasi dengan Israel. Otoritas Palestina melakukan koordinasi dengan Amerika, Yordania, dan Israel soal pengangkutan jamaah haji dari Ben Gurion ke Saudi.
Hasil dari perundingan itu, karena tidak ada akses resmi antara dua negara, maka pesawat akan landing di Amman dan setelah itu ke Saudi.
Seorang pejabat Israel mengatakan, perundingan kini semakin berkembang dimana perjalanan udara melalui pesawat asing ke Saudi sehingga jamaah haji Palestina yang tinggal di Israel akan bisa berkunjung langsung dari Israel ke Saudi.
Langkah ini dinilai bagian dari normalisasi hubungan antara Saudi, negara-negara Arab dengan Israel dimana Amerika ingin memperkuatnya. Sehingga di masa mendatang akan membuka kemungkinan ada perjalanan udara Saudi ke Israel.
Menteri Transportasi dan Intelijen Israel Yesrael Cats menjelaskan kepada delegasi Amerika rencana jalur kereta api “perdamaian regional” yang menghubungkan antara Israel dan Yordania kemudian ke Saudi serta negara-negara Teluk sampai ke Laut Meditradia.
Sebelumnya, Saudi menolak segala bentuk normalisasi dengan Israel. Jamaah haji Palestina yang tinggal di wilayah jajahan Israel tahun 1948 berangkat ke Saudi melalui Yordania kemudian dari sana mereka ke Saudi baik melalui darat atau udara dengan menggunakan paspor Yordania.
Jika jalur udara Israel ke Saudi dibuka, maka peluang-peluang lain akan dibuka bagi Israel di negara-negara Arab sehingga isolasi terhadap Israel akan terpecahkan.
Sebagian analis mengkhawatirkan mata-mata Israel ke Arab Saudi, sebab dimana ada yahudi disitu ada kerusakan dan pengkhianatan. Dan menyayangkan kenapa tidak membuat bandara di negara Palestina wilayah Tepi Barat dan Gaza. Sehingga dapat terus mengisolasi Israel sebagai solidaritas sesama muslim.
 
Sumber: PIP

Henry Kissinger, Raja Faishal dan Keinginan Shalat 2 Rakaat di Al Aqsha

Henry Kissinger, Raja Faishal dan Keinginan Shalat 2 Rakaat di Al Aqsha

KETIKA Raja Faisal memutus pasokan minyak hingga negara-negara Barat mengalami krisis minyak pada Oktober 1973, ia melontarkan kalimat yang terkenal dan mengguncang dunia: “Kami dan leluhur kami telah mampu bertahan hidup hanya mengandalkan kurma dan susu, dan kami akan kembali dengan cara itu lagi untuk bertahan hidup (tanpa bantuan barang-barang dari Barat).”
Henry Kissinger, Menteri Luar Negeri AS, langsung mengunjungi Raja Faisal dan mencoba membujuknya untuk menarik keputusannya itu.
Akan tetapi Raja Faisal hanya berkata dengan wajah penuh yang dingin, “Hancurlah Israel!”
Henry Kissinger mencoba melontarkan sebuah lelucon untuk menghibur sang Raja:
“Pesawat saya kehabisan minyak, berkenankah yang mulia memerintahkan orang agar mengisinya dengan minyak kembali? Dan kami siap membayarnya dengan kurs internasional.”
Namun Sang Raja tak tertawa sedikitpun. Ia memandang Kissinger sambil berkata:
“Dan aku hanyalah seorang lelaki tua yang menginginkan untuk dapat shalat dua rakaat di Masjid Al Aqsa sebelum aku mati; maka maukah engkau (Amerika) mengabulkan permintaanku ini?”
Raja Faishal, Raja Arab yang Shalih dan Teguh
2168782412_2653e85266
Beliau dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan dan kepentingan rakyatnya, banyak sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai kepala negara.
Beberapa diantaranya adalah, pada tahun 1967 Raja Faisal menggalakkan program penghapusan perbudakan. Langkah ini ia lakukan dengan membeli seluruh budak di Arab Saudi dengan kas pribadinya hingga tak tersisa satupun budak.
Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan serta melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana.
Dana dari hasil program diatas salah satunya terealisasi pada pembangunan sumur raksasa hingga sedalam 1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan tandus disemenanjung Arab.
Di awal kepemimpinannya, Raja membuat berbagai keputusan yang mengagumkan, mulai dari mengizinkan anak-anak wanita Arab untuk bersekolah.
Beliau membangun rumah untuk penduduk, menstabilkan perekonomian Arab, dan menemukan ladang minyak baru di perairan Saudi dengan jumlah cadangan minyak lebih dari 240 milyar barrel dan menjadikan Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak terbesar di dunia.
Ladang minyak yang luas itu sesuai dengan janji Allah dalam Al Qur’an, “Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi.”
Di era perang 6 hari Arab-Israel pada Juni 1967, Raja Faisal menjadi penyokong dana untuk membiayai segala perlengkapan perang bangsa Arab sehingga memudahkan bangsa Arab untuk memukul mundur Israel dari Palestina.
Namun Israel tidak menyerah, di tahun 1973 mereka memulai kembali perang Arab-Israel dengan sokongan dari militer Amerika. Disinilah kekalahan Arab, akibat keterlibatan bantuan Amerika melalui lobi-lobi yahudi diparlemen Amerika.
Hal ini membuat Raja marah dan serta merta melakukan embargo minyak terhadap negara-negara barat. Embargo ini membuat bangsa barat kewalahan karena mereka adalah konsumen minyak bumi terbesar dalam kapasitas mereka sebagai negara industri.
Hal tersebut berkembang menjadi krisis yang besar di Amerika dan negara barat lainnya. Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (N.A.T.O) yang tadinya mendukung Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika, dikarenakan takut terkena embargo besar Raja Faisal tersebut.
Selamat jalan Raja yang bijaksana, semoga engkau ditempatkan ditempat yang baik bersama dengan para Syuhada. Semoga segala kesalahanmu di ampuni oleh Allah Subhanahu wata’ala. Mungkin saat ini, kami umat muslim di zaman ini, sangat kekurangan sosok pemimipin yang seperti anda..
 
Ket : Foto cover utama di atas tampak menggambarkan sikap Raja Faisal yang tak menyukai Kissinger, dan Kissinger yang berusaha menarik hati Sang Raja.
Sumber : Ekazzahra.wordpress/Islampos

Abbas : Inggris Harusnya Minta Maaf, Bukan Rayakan Deklarasi Balfour Israel

Deklarasi Balfour yang dideklarasikan oleh Inggris pada 1917 silam menjadi permulaan terbentuknya negara Israel di Palestina.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta negara kerajaan Inggris untuk meminta maaf kepada rakyat Palestina.
Bukannya meminta maaf, Inggris malah berencana mengadakan perayaan bersama dengan pejabat Israel untuk menandai 100 tahun kelahiran deklarasi Balfour.
Pidato Abbas di PBB dan KTT
Dalam sebuah pidato di hadapan Majelis Umum PBB, September 2016 lalu, Abbas meminta Inggris menyatakan permohonan maaf kepada rakyat Palestina karena telah ikut menyengsarakan mereka.
Kemudian Abbas juga mengulang permintaannya itu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab di Yordania pada Maret lalu.
“Inggris tidak harus merayakan ulang tahun ke-100 Deklarasi Balfour, yang jadi pendukung utama lahirnya Tanah Air Yahudi di tanah Palestina. Sebaliknya, Inggris wajib meminta maaf kepada rakyat Palestina,” kata Mahmoud Abbas dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters, Selasa (26/4/2017).
Surat dari Inggris kepada Palestina
Sementara itu, Duta Besar Palestina untuk Inggris Manuel Hassassian menjelaskan, Inggris telah melayangkan sebuah surat yang ditujukan kepada pemerintah Palestina.
“Jawabannya datang dalam sebuah surat tertulis kepada Kementerian Luar Negeri Palestina, yang menyebut seruan permintaan maaf tersebut ditolak,” kata Hassassian.
Menurut Hassassian, berarti Ratu dan pemerintah Inggris tidak akan meminta maaf kepada orang-orang Palestina dan perayaan untuk menandai 100 tahun sejak perjanjian Balfour akan tetap digelar tepat waktu.
Petisi Online Agar Inggris Meminta Maaf
Sebelumnya, The Balfour Apology Campaign (BAC) sebuah organisasi Kampanye Permintaan Maaf Balfour, membuat petiisi online yang mendesak Inggris agar meminta maaf.
“Itu adalah surat yang bertanggung jawab untuk fakta Palestina tidak memiliki negara Palestina merdeka sampai hari ini,” menurut salah satu anggota BAC.
Sejauh ini diketahui sudah 12.000 orang yang menandatangi petisi tersebut.
Di Inggris, petisi yang dengan lebih dari 10.000 tanda tangan, harus menerima tanggapan resmi dari pemerintah Inggris. Kita bisa bantu ikut petisi dengan klik di change dengan judul tersebut.
 
Sumber : Muslim Daily

PBB dan Tokoh Dunia Kecam Larangan Adzan Subuh Israel

Rencana Israel melarang kumandang azan melalui rancangan undang-undang (RUU) menuai protes dan hujatan. Turki dan Palestina mengutuk kebijakan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Setelah gagalnya RUU larangan adzan menggunakan pengeras suara, komite Kementerian Israel untuk Urusan Legislatif kembali merancang RUU larangan kumandang adzan di bumi Palestina dalam waktu Subuh.
Dalam draf RUU menyebutkan kumandang adzan dilarang di Israel dan Yerusalem Timur mulai pukul 23.00-07.00 waktu setempat.
UU anti-Adzan ini melarang penggunaan pengeras suara untuk panggilan adzan di Masjid-Masjid di Israel, termasuk wilayah Yerusalem Timur
Selain itu, bila RUU ini disahkan maka bagi yang melanggar akan dikenakan denda berkisar US$1.300 (Rp17,4 juta) hingga US$2.600 (Rp34,8 juta).
Saat ini, RUU masih digodok di Parlemen Israel (Knesset) untuk dibahas pada tahap kedua dan ketiga, serta masih harus disetujui oleh mayoritas anggota Knesset sebelum resmi diundangkan
Kecaman PBB dan Tokoh Dunia
1. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
PBB di New York mengecam RUU larangan adzan Israel, dan menekankan perlindungan kebebasan beragama bagi warga Palestina.
Kecaman itu disampaikan juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Farhan Haq pada Sabtu (11/03). Dia menegaskan bahwa pihaknya ingin pemerintah Israel menghormati hak-hak dalam beragama.
“Tentu saja kami ingin memastikan semua hak, termasuk hak-hak dalam beragama harus dihormati,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Farhan Haq menambahkan pihaknya akan melakukan upaya untuk membatalkan RUU larangan adzan yang dikeluarkan Israel. Aturan yang dibuat Israel itu juga mengundang protes berbagai kalangan
2. Kelompok Yahudi Ortodoks anti Zionisme
Prostes juga datang dari kelompok Neturei Karta, sebuah organisasi Yahudi Ortodoks anti Zionisme. Mereka berencana akan melakukan aksi turun jalan di New York untuk memprotes RUU anti adzan Israel.
3. Yordania
Dalam sebuah pernyataannya, Organisasi Wakaf Muslim dan Urusan al-Aqsa, yang dikelola oleh Yordania mengatakan bahwa “RUU pelarangan Adzan kontroversial itu adalah sinyal perang terhadap Islam”.
4. Turki
Ulama berpengaruh Turki, Mehmet Gormez mengatakan, aturan pelarangan azan dengan memakai pengeras suara sama saja menolak keberadaan Islam di Negeri Zionis tersebut.
Gormez, yang juga menjabat Presiden Lembaga Hubungan Keagamaan Turki, menyebut RUU ini tidak dapat diterima. “Saya ingatkan, tidak ada yang bisa membelenggu atau melarang orang untuk azan. Itu sangat tidak bisa diterima,” kata Gormez, seperti dikutip situs Anadolu Agency, Jumat, 10 Maret 2017.
Ia juga menekankan bahwa masjid tidak hanya tempat di mana orang melakukan ibadah, tetapi juga tempat untuk bersama-sama membawa pesan damai dan saling toleransi.
5. Warga Palestina
Sebelumnya, sejumlah warga Palestina telah melancarkan aksi turun jalan di Jalur Gaza untuk memprotes kebijakan Israel ini yang ditujukan kepada Knesset (Parlemen Israel) soal pengesahan RUU Adzan tersebut.
6. Hamas
Kepala Urusan Politik Hamas, Khaled Meshaal mengutuk keras RUU anti-Adzan ,“[Dengan RUU ini], Israel bermain dengan api,” tegas Meshaal kepada Anadolu Agency.
“RUU ini telah menarik reaksi keras dari rakyat Palestina dan Muslim di seluruh dunia.”, tandasnya
7. Fraksi Jihad Islam Palestina
Aksi demonstrasi yang digelar oleh kelompok Jihad Islam sembari memegang spanduk tinggi-tinggi yang bertuliskan ‘Anda tidak dapat membungkam azan kami’ dan ‘Azan kami lebih keras dari tirani Anda!’
Dalam pidato yang disampaikan, anggota Jihad Islam Ahmed al-Modallal menyatakan bila RUU ini hanya akan menambah daftar panjang kejahatan kemanusiaan Israel terhadap Muslim.
“Kami tidak akan membiarkan hukum seperti itu terjadi,” tegas al-Modallal. “Dari Jalur Gaza yang terkepung, kami menyatakan bahwa azan tidak akan dibungkam di masjid-masjid Yerusalem”.
Berbagai sumber : Anadalou Agency, Middleeast, dst

X