Ini Doa yang Dianjurkan Rasulullah di Bulan Ramadhan

Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada bulan ramadhan, agar kita meraih keistimewaan lailatul qadar. Sebab kita tak bisa memprediksi kapan malam lailatul qadar Allah swt hadirkan. Maka beberapa masjid menggunakan doa ini disela-sela shalat tarawih.
Doa ini sangat dianjurkan oleh suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ  قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Yaitu, jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti ku ucapkan?
Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdoalah: Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni “
Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.
(HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850, hadist hasan – shahih)
Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Sedangkan Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Hadits ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada Allah”.
Hadits di atas disebutkan pula oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom pada hadits no. 706.
Semoga kita dapat melafalkan doa tersebut hingga mendapat maghfirah dan keutamaan malam Lailatul Qadar.
 
Disadur : Rumasyo

Adakah Ciri/Tanda Orang yang Mendapat Lailatul Qadar?

Secara pasti memang tidak ada nash  yang menyebutkan tanda-tanda orang yang sangat beruntung mendapatkan malam lailatul qadar.
Syaikh Khalid Al-Mushlih hafizhahullah (ulama terkenal di Saudi Arab, penerus syaikh Ustmaini, dosen fiqih Universitas Al Qashim Saudi) menyatakan bahwa tidak ada tanda khusus jika seseorang telah mendapatkan Lailatul Qadar.
Terang beliau, kalau kita memperbanyak beribadah terus menerus di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tentu akan mendapatkan malam penuh kemuliaan tersebut. Demikian yang beliau utarakan dalam salah satu video beliau disini
Yang patut pula dipahami bahwa cara menghidupkan malam tersebut bisa dengan mengerjakan shalat Isya, shalat tarawih (shalat malam) dan shalat shubuh. Mengerjakan ketiga shalat ini dapat dicatat telah mengerjakan shalat semalam suntuk.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).
Begitulah, yang ada hanyalah pahala dan balasan kebaikan mengerjakan shalat isya dan subuh berjamaah.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ بَقِيَّةُ لَيْلَتِهِ

“Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga imam selesai, maka ia dihitung mendapatkan pahala shalat di sisa malamnya.” (HR. Ahmad 5: 163. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).
Dalam hadist tersebut juga merupakan motivasi mendapat ganjaran bila shalat bersama imam hingga selesai, termasuk shalat tarawih sebagai shalat malam yang bisa dilakukan berjamaah.
Adapun keyakinan bahwa orang yang mendapat lailatul qadar akan mengalami kejadian luar biasa, seperti mendengar suara malaikat atau suara hewan dan sebagainya adalah tidak benar.
Itu bukan syarat untuk mendapat lailatul qadar harus mengalami kejadian aneh atau kejadian luar biasa. Bahkan karena keyakinan ini, banyak orang menjadi pesimis dan mutung untuk beribadah.
Karena merasa sudah sering ibadah di malam-malam ganjil, namun ternyata selama dia beribadah tidak mendapatkan kejadian aneh apapun.
Untuk itu, keyakinan ini tidak pantas ada dalam diri kita dan masyarakat sekitar kita. Semoga Allah swt memudahkan kita untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.

Ramadhan Akan Segera Pergi

Tanpa terasa Ramadhan akan segera berakhir. Semoga kita mendapatkan keutamaan dan keberkahan bulan suci mulia ini.
Begitu banyak keutamaan yang ditunjukan oleh bulan Ramadhan ini. Ramadhan memang hanya sebuah nama bulan namun jika kita tahu, bulan tersebut memiliki keistimewaan dan kelebihan-kelebihan tertentu.
Pada bulan Ramadhan Allah memerintahkan umat Nya untuk berpuasa. Puasa wajib pada bulan ini merupakan rukun islam yang ke empat yang harus dijalankan oleh seluruh umat Islam. Seperti Firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah : 183).
Di dalamnya juga diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan berisi tentang petunjuk dan pembeda antara yang benar dan yang salah.
Saat malam hari, kita disunatkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan Ramadhan. Hal ini mengikuti jejak Rasulullah SAW dan para sahabat. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena Iman dan mengharap (pahala dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (Hadits Mutafaq ‘alaih).
Selain itu dalam bulan barokah ini terdapat laelatul qadri (malam mulia), yakni malam yang lebih baik dari seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Saat itulah pintu langit dibuka dan doa-doa dikabulkan, dan segala takdir terjadi pada tahun itu ditentukan.
Pada bulan ini, terjadi peristiwa besar yaitu perang badar, yang keesokan harinya Allah SWT membedakan antara yang haq dan yang bathil sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin, serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin.
Pada bulan ini pula terjadi pembebasan kota Makkah Al-Mukarramah. Allah SWT memenangkan rosul-Nya sehingga masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong. Saat itu Rasulullah SAW menghancurkan syirik dan paganisme (keberhalaan) yang terdapat di kota Makkah dan Makkah pun menjadi negeri Islam.
Pada bulan ini pintu-pintu surga juga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para syetan diikat.
Bulan Ramadhan juga bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini Allah mengunjungi kita dengan menurunkan rahmat, manghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa.
“Ramdhan menghapus dosa antara satu Ramadhan dengan Ramadhan sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda, “Salat lima waktu, salat Jumat ke salat Jumat berikutnya dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan diantaranya, jika dosa-dosa besar ditinggalkan,” (HR. Muslim).
Jadi hal-hal fardu yang dilakukan di bulan Ramadhan ini akan menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar yakni perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat.
Misalnya, zina, mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (suap), bersaksi palsu dan memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Lihatlah, begitu banyaknya keutamaan yang terdapat dalam bulan Ramadhan. Untuk itu jangan sampai kita tidak mendapatkan berkahnya. Mari berlomba-lomba meningkatkan amal kebaikan di bulan ini.
Sumber: abualifa

Saat Rasulullah Dapati Keindahan Malam Lailatul Qadar

DALAM sebuah kisah diceritakan bahwa Rasulullah Saw sedang duduk i’tikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah.
Ketika Rasulullah berdiri shalat, para sahabat juga menunaikan shalat. Ketika beliau menegadahkan tangannya untuk berdoa, para sahabat pun serempak mengamininya.
Saat itu langit mendung tidak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi masjid. Dalam riwayat tersebut malam itu adalah malam ke-27 dari bulan Ramadhan.
Disaat Rasulullah Saw dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan. Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan shalatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari shaf, namun niat itu digagalkan karena dia melihat Rasulullah Saw dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusuk tidak bergerak.
Air hujan pun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid tersebut, akan tetapi Rasulullah Saw dan para sahabat tetap sujud dan tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya.
Beliau basah kuyup dalam sujud. Namun sama sekali tidak bergerak. seolah-olah beliau sedang asyik masuk kedalam suatu alam yang melupakan segala-galanya. Beliau sedang masuk kedalam suatu alam keindahan. Beliau sedang diliputi oleh cahaya Ilahi.
Beliau takut keindahan yang beliau saksikan ini akan hilang jika beliau bergerak dari sujudnya. Beliau takut cahaya itu akan hilang jika beliau mengangkat kepalanya. Beliau terpaku lama sekali di dalam sujudnya. Beberapa sahabat ada yang tidak kuat menggigil kedinginan. Ketika Rasulullah Saw mengangat kepala dan mengakhiri shalatnya, hujan pun berhenti seketika.
Anas bin Malik, sahabat Rasulullah Saw bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun beliau pun mencegahnya dan berkata “Wahai anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya”.
Apa yang dilakukan Rasulullah Saw ini menunjukkan betapa banyak hikmah dan rahasia di balik malam seribu bulan. Semoga malam yang tersisa di bulan Ramadhan ini mampu kita manfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
 
Sumber : Sirah Nabawiyah

Seputar Lailatul Qadar

Keutamaan Lailatur-Qadar
Lailatul-Qadar adalah malam paling mulia sepanjang tahun, berdasarkan firman Allah,
Sesungguhnya, Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam qadar itu? Malam qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadr: 1-3)
Maksud pengertian “lebih baik” disini yaitu melakukan amal shalih seperti shalat, zikir, dan membaca Al-Qur’an yang didalamnya ada Lailatul Qadar di bulan ramadhan.
Dibanding amal shalih yang dikerjakan sangat lama seribu bulan, namun tidak memiliki malam Lailatul-Qadar. Sehingga umat muslim berusaha meraihnya dengan iktikaf dan ibadah malam dibulan Ramadhan.
Sunnah Mencari Lailatul-Qadar
Disunahkan mencari Lailatul-Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. Nabi saw sangat giat mencari malam itu pada sepuluh hari terakhir.
Dan telah disebutkan sebelumnya, apabila datang sepuluh hari terakhir, Nabi menghidupkan malam, membangunkan keluarga dan mengencangkan ikat pinggangnya.
Di Malam ke Berapa?
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam menentukan malam ini :

  • Ada yang mengatakan bahwa malam itu adalah malam kedua puluh satu.
  • Ada yang mengatakan malam kedua puluh tiga.
  • Ada yang berpendapat malam kedua puluh lima.
  • Ada yang berpendapat malam kedua puluh sembilan.
  • Ada yang mengatakan bahwa ia berpindah-pindah pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir.

Akan tetapi, kebanyakan ulama berpendapat bahwa lailatul-qadar adalah malam ke dua puluh tujuh.
Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Barangsiapa mencarinya, hendaklah mencari di malam kedua puluh tujuh.
Dalam hadist Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi (yang menyatakan keshahihannya) juga meriwayatkan bahwa Ubay bin Ka’ab berkata,
Demi Allah yang tiada tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya, ia terjadi di dalam bulan Ramadhan. Ia bersumpah dan menentukan kepastian tanpa mengucapkan, ‘insya Allah.’ Demi Allah, sesungguhnya, aku mengetahui malam apa terjadinya, yaitu malam ketika kita diperintahkan Nabi menghabiskannya untuk qiyamul-lail, yakni malam kedua puluh tujuh. Dan sebagai tandanya adalah pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya putih tidak silau.”
Qiyamul-Lail dan Berdoa di Malam Qadar
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,
Barangsiapa yang beribadah pada malam Qadar karena iman dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Aisyah ra. meriwayatkan,
Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu seandainya aku tahu malam jatuhnya Lailatul-Qadar itu, apa yang harus aku ucapkan waktu itu?’
Maka Nabi  bersabda, ‘berdoalah,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
“Ya Allah, sesungguhnya, Engkau Maha Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkanlah diriku ini.” (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi yang menshahihkannya)
 
Sumber : Kitab Fiqih Sunah Jilid I karya Sayyid Sabiq
Penerbit : Al-I’tishom Cahaya Umat
Ed : M. Asfiroyan

X