Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah Ramadhan

Oleh: Sharia Consulting Center
 
Sudah berapa tahunkah kita menunaikan ibadah Ramadhan? Jika usia kita sekitar 35 tahun, dan kita hitung dari usia baligh, maka kita sudah menunaikan ibadah Ramadhan sekitar 20 tahun. Perubahan apakah yang sudah kita dapatkan dari ibadah Ramadhan tersebut? Sejauh manakah tingkat ketaqwaan kita?
Jika kita jumlahkan secara kumulatif, bahwa bangsa Indonesia yang mayoritasnya umat Islam, dan mayoritas umat Islam tersebut menunaikan ibadah Ramadhan. Dengan hitungan secara makro, kita dapat mengatakan bahwa prestasi Indonesia saat ini adalah prestasi dari sebagian besar umat Islam yang berpuasa. Indonesia yang banyak hutang, korup, terbelakang dan berbagai predikat buruk lainnya.
Dengan demikian kita harus merencanakan peningkatan ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat mengubah dan memberikan hasil yang positif. Perubahan pribadi, keluarga, masyarakat dan perubahan sebuah bangsa.
Imam Ibnul Qoyyim telah memberikan konsep perubahan dengan sangat baik. Suatu peradaban yang besar dimulai dari lintasan pikiran, lintasan pikiran akan meningkat menjadi motivasi atau tekad, tekad akan meningkat jadi perkataan, perkataan akan berubah menjadi perbuatan, dan perbuatan jika terus menerus dilakukan akan menjadi sebuah tradisi atau kebiasaan, lalu kebiasaan jika dilakukan oleh orang banyak akan menjadi sebuah budaya dan perdaban.
Sedangkan Imam Hasan Al-Banna membuat Grand Design perubahan sebagai berikut: Perbaikan diri, pembentukan keluarga muslim, pencerahan masyarakat, reformasi pemerintahan, dan perubahan negara-negara di dunia.
(Baca juga: 4 Kiat Sukses Ramadhan)
Yang pasti perubahan itu harus dimulai dari diri kita masing-masing, dan ibadah Ramadhan berorientasi pada perubahan diri  menjadi pribadi yang bertaqwa. Allah Swt berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS AR- Ra’du 11).
Perencanaan yang dilakukan seorang muslim dapat dilakukan dari dua dimensi, perencanaan bersifat makro atau umum dan perencanaan bersifat mikro atau secara rinci. Di antara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya: peningkatan ibadah puasa, tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan Al Qur’an.
Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi dalam negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
a. Peningkatan Ibadah Puasa (shaum)
Ibadah shaum yang kita laksanakan dari tahun ke tahun harus meningkat. Shaum dengan hati yang ikhlas dan penuh pemahaman serta memperhatikan segala adab dan sunnah-sunnahnya. Memahami Fiqih Shiyam dan mendalami segala  sesuatu yang terkait dengan ibadah puasa. Rasulullah Saw bersabda:
قَدْ جَاءكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ
Sungguh, telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa,  dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu setan-setan. Di dalam Ramadhan terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka barangsiapa yang tak berhasil memperoleh kebaikan Ramadhan sungguh ia tidak akan mendapatkan itu buat selama-lamanya.” (Riwayat Ahmad, Nasaa’i dan Baihaqy).
b. Peningkatan Ibadah Penunjang
Yang dimaksud dengan ibadah penunjang dalam berpuasa adalah segala sesuatu yang menguatkan ibadah puasa dan memberikan tambahan pahala puasa, seperti buka puasa di awal waktu dengan kurma atau manis-manisan, sahur di akhir waktu, dan tidak merusak ibadah puasa dengan perkataan dan perbuatan yang tidak berguna. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لله حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap melakukannya, maka Allah tidak butuh seseorang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Bukhari)
c. Menghidupkan Malam Ramadhan dengan Al-Qur’an dan Qiyamul Lail.
Malam-malam Ramadhan adalah malam yang penuh berkah. Oleh karenanya, hiasilah malam Ramadhan dengan interaksi bersama Al-Qur’an secara utuh, baik dari segi tilawah, hafalan, pemahaman, dan pengamalan. Menumbuhkan semangat mencintai Al-Qur’an dan Ahlul Qur’an, mensosialisasikan Al-Qur’an di tengah keluarga muslim dan masyarakat muslim, serta menciptakan generasi Al-Qur’an.
Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan dan surat yang pertama turun adalah surat al-Alaq yang berisi perintah membaca. Maka jadikanlah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan pengawal  kebangkitan Islam. Allah Swt. berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS Al-Israa’ 9).
(Baca juga: Keistimewaan Ramadhan dan Beramal Didalamnya)
Begitu juga keberkahan malam-malam Ramadhan harus diisi dengan qiyamul lail atau shalat tarawih. Shalat yang akan mengantarkan kita pada ampunan Allah dan derajat yang tinggi di sisi Allah. Siapakah yang tidak ingin mendapatkan maghfirah dari Allah Swt? Bukankah orang-orang yang nanti masuk neraka sebab utamanya karena tidak sempat mendapat maghfirah dari Allah Swt. di dunia?
Maghfirah itu dapat diraih dengan Qiyam Ramadhan Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ قامَ رَمَضانَ إيماناً واحْتِسَاباً غُفِرَ لهُ ما تَقدّمَ مِنْ ذَنْبِه
Barangsiapa yang melakukan shalat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

X