Aksi Koreo "Save Rohingya" Bobotoh Diancam Sanksi PSSI, Bobotoh : Kami Siap Patungan!

Pada pertandingan Persib Bandung vs Semen Padang di Stadion si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/9/2017).
Pendukung Viking Persib Club (VPC) atau dikenal Bobotoh membuat sebuah koreo atraktif bertulis “Save Rohingya” di tribun timur Stadion sebelum pertandingan dimulai.
Bobotoh terancam terkena sanksi dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI setelah membuat koreo bertuliskan itu.
Siap Patungan
Menanggapi hal tersebut, dirigen Viking Persib Club, Yana Umar menegaskan, Bobotoh siap patungan.
“Tidak masalah jika didenda. Kami siap patungan dengan membayarkan denda tersebut,” Kata Yana
Bukan Politis, Namun Kemanusiaan
Yana menegaskan, koreografi yang dilakukan para Bobotoh pada laga tersebut sama sekali tak bermuatan politis.
“Ini masalah kemanusiaan karena kami peduli dengan yang dialami etnis Rohingya di Myanmar. Dikatakan politis kalau memang ada lawan yang berseteru. Kami tak merasa ini sebagai hal yang politis,” pungkas Yana.
Persib Bandung ditahan imbang Semen Padang 2-2 di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (9/9).
Seperti diketahui, isu persekusi, pengusiran, bahkan pembunuhan etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, mengundang keprihatinan masyarakat internasional termasuk Indonesia.

Turki Mengirimkan 10.000 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Rohingya

Turki akan mengirimkan 10.000 ton bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi Rohingya yang telah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.
“Hasil pembicaraan kami dengan pemimpin Myanmar, kami diberikan jaminan ke wilayah tersebut. Kami akan mengirimkan 10.000 ton bantuan kemanusiaan.” Kata Presiden Erdogan (Rabu, 6/9/2017)
“Menteri Luar Negeri kami, Presiden Kemanusiaan Turki TIKA, istri dan anak saya merupakan bagian dari delegasi yang akan tiba di Bangladesh pada hari Rabu malam. Mereka akan berkeliling area pengungsian dan membagikan bantuan,” lanjutnya dalam sebuah pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan di ibukota Ankara.
Presiden Erdogan menambahkan, “Turki telah mengirimkan 1.000 ton bantuan kemanusiaan untuk Rohingya pada tahap pertama”
Erdogan juga menyatakan akan membawa kejahatan kemanusiaan ini ke Dewan Keamanan PBB.
Sebagaimana dilansir dari media Turki, Yeni Safak, sekitar 146.000 warga Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh akibat kekerasan di Myanmar.
Pemerintah Myanmar tidak mengizinkan organisasi asing memasuki wilayah tersebut, sehingga jumlah pasti korban jiwa juga belum dapat dipastikan.
Rakhine, yang terletak di sebelah barat Myanmar sejak lama dilanda kekerasan. Sejak kekerasan kembali meletus Oktober lalu, PBB melaporkan telah terjadi pemerkosaan massal, pembunuhan (termasuk terhadap bayi dan anak kecil), pemukulan brutal dan penghilangan paksa.
 
Sumber : Turkinesia/Yeni Safak

Fakta Muslim Rohingya Ini Bikin Kita Bangga pada Mereka, dan Malu pada Diri Sendiri

Sebuah fakta Muslim Rohingya yang telah berlangsung berabad-adab diungkap oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah Muhamad Zaitun Rasmin. Fakta yang menunjukkan siapa sebenarnya mereka ini membuat kita semakin bangga dengan Muslim Rohingya, sekaligus malu pada diri sendiri.
Wakil Ketua GNPF-MUI itu mengungkapkan, etnis Muslim Rohingya adalah etnis Muslim yang kuat dan istiqamah dengan iman dan Islamnya. Terbukti dengan kezaliman yang mereka derita berabad-abad hingga hari ini tidak menggoyahkan keimanan dan kemusliman mereka.
“Yang paling anyar adalah apa yang terjadi pekan ini berupa tindakan represif militer Myanmar dengan dalih memberantas militan Rohingya di wilayah Rakhine yang justru berwujud pembunuhan paling brutal pada abad ini,” kata Ustadz Zaitun dalam siaran pers seperti dikutip Republika, Selasa (5/9/2017).
Fakta bahwa Muslim Rohingya tetap teguh memegang iman dan Islam di tengah-tengah kezaliman parah yang mereka alami inilah yang seharusnya membuat umat Islam bangga pada mereka sekaligus malu pada diri sendiri jika tidak membela mereka.
Wahdah Islamiyah, ormas Islam yang dipimpin oleh Zaitun, mengutuk keras segala tindakan kezaliman terhadap etnis Muslim Rohingya. Lebih jauh, Wahdah Islamiyah menyeru seluruh umat Islam untuk melakukan jihad kemanusiaan dengan memberikan apapun untuk mengangkat kezaliman tersebut.
Wahdah Islamiyah juga menuntut PBB menghentikan genosida dan menuntut pemerintah Indonesia menggunakan pengaruhnya guna menghentikan genosida tersebut.
Seperti diketahui, pembantaian terhadap Muslim Rohingya kembali terjadi baru-baru ini. Menurut data yang diakui Pemerintah Myanmar, sekitar 400 orang tewas pada pekan lalu. Menurut PBB, pada 31 Agustus 2017 sekitar 38.000 warga etnis Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh dari Myanmar untuk menyelamatkan diri.
Sedangkan menurut Menurut lembaga aktivis Rohingya di Eropa, European Rohingya Council (ERC), jumlah yang tewas antara 2.000 hingga 3.000 orang, jauh lebih banyak daripada yang diakui oleh Pemerintah Myanmar.
Juru bicara ERC Anita Schug mengatakan, pada Ahad (27/8/2017) lalu, hampir 1.000 Rohingya terbunuh di desa Saugpara, distrik Rathedaung saja.
 
Sumber : Tarbiyah.net

Massa Aksi Gelar Shalat Dzuhur Berjamaah di Depan Kedubes Myanmar

Massa Aksi Gelar Shalat Dzuhur Berjamaah di Depan Kedubes Myanmar

Jakarta – Massa aksi solidaritas muslim Rohingya menggelar salat zuhur berjemaah di depan kantor Kedubes Myanmar. Mereka menunaikan salat di Jalan Agus Salim.
Sebelum salat, seorang perwakilan massa aksi mengumandangkan adzan di mobil komando. Setelah adzan selesai, massa berwudhu menggunakan air mineral botol.
Massa shalat beralas sajadah dan beberapa spanduk. Massa tampak khusyuk melaksanakan shalat.
Doa Bersama untuk Rohingya
d404af65-50e8-4565-b345-566c00db1db6
Seusai shalat, imam membacakan doa yang langsung diamini oleh jemaah.
“Ya Allah, selamatkan kaum muslim Rohingya, ini adalah sebuah penindasan hak hak manusia ya Allah, hentikanlah penindasan kaum Rohingya, ya Allah,” kata imam saat membacakan doa di Jalan Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017).
Massa dari Front Pembela Islam dan sejumlah ormas lain terus melakukan aksi di depan Kedubes Myanmar. Mereka meminta agar pemerintah Indonesia mengusir Duta Besar Myanmar yang ada di Indonesia.
Aksi ini merupakan buntut dari pembantaian muslim Rohingya yang dilakukan oleh Myanmar.
Terkait hal itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi telah melakukan pertemuan dengan pimpinan Myanmar Aung San Suu Kyi membahas krisis kemanusiaan di Rakhine, Senin (4/9).
 
Sumber : Detik

Massa Aksi Gelar Shalat Dzuhur Berjamaah di Depan Kedubes Myanmar

Sejarah Umat Islam Rohingya di Arakan Myanmar

Mengenal Myanmar
Myanmar adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara. Sama seperti Indonesia, negara ini juga merupakan anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Bagian utara negara ini berbatasan dengan China dan India. Di sebelah selatan, berbatasan dengan Teluk Benggala dan Thailand. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah China, Laos, dan Thailand. Dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Benggala dan wilayah Bangladesh.
Adapun wilayah Rakhine –penjajah Inggris menyebut mereka orang-orang Arakan- terletak di barat daya wilayah Myanmar, berbatasan dengan Teluk Benggala dan wilayah Bangladesh.
Peta Wilayah Arakan
Rohingya_1504495396241
Kurang lebih, luas wilayah Myanmar adalah 261.000 mil2. Dan wilayah Rakhine 20.000 mil2. Wilayah ini dipisahkan oleh pagar alami berupa pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Himalaya.
Jumlah penduduk Myanmar ditaksir sekitar 50 juta orang. 15% dari jumlah tersebut adalah muslim yang mayoritasnya adalah orang-orang Arakan. 70% dari penduduk Arakan adalah muslim. Sisanya adalah orang-orang Magh, orang-orang Arakan yang beragama Budha Theravada. Dan kelompok-kelompok minoritas lainnya.
Myanmar merupakan wilayah yang terdiri dari banyak suku. Lebih dari 140 suku menghuni wilayah bekas koloni Inggris tersebut. Suku mayoritasnya adalah Bamar/Birma. Suku ini adalah suku kasta pertama dan memegang pemerintahan. Oleh karena itu, dulu nama wilayah ini adalah Burma kemudian berganti Mynamar. Kasta kedua adalah suku Syan, Kachin, Chin, Kayah, Magh, dan umat Islam dari suku Rohingya. Jumlah kasta kedua ini kurang lebih 5juta jiwa.
Kerajaan Islam Rohingya – Arakan (Rakhine)
11168186350313220031033004328142
Sejarawan menyebutkan bahwa umat Islam tiba di wilayah Arakan bertepatan dengan masa Daulah Abbasiyah yang tengah dipimpin oleh Khalifah Harun al-Rasyid rahimahullah.
Kaum muslimin tiba di wilayah tersebut melalui jalur perdagangan. Dengan cara damai. Bukan peperangan apalagi penjajahan. Karena umat Islam semakin banyak dan terkonsentrasi di suatu wilayah, jadilah ia sebuah kerajaan Islam yang berdiri sendiri.
Kerajaan Islam di Arakan tersebut berlangsung selama 3,5 abad. Dan dipimpin oleh 48 raja. Yaitu antara tahun 1430 – 1784 M. Banyak peninggalan-peninggalan umat Islam yang terwarisi di wilayah tersebut. Ada masjid-masjid dan madrasah-madrasah. Di antara masjid yang paling terkenal adalah Masjid Badr di Arakan dan Masjid Sindi Khan yang dibangun tahun 1430 M.
Ekspansi Budha Terhadap Kerajaan Islam Arakan
Pada tahun 1784 M, Arakan diserang oleh raja Budha dari suku Birma yang bernama Bodawpaya (masa pemerintahan 1782-1819 M). Kemudian ia menggabungkan wilayah Arakan ke dalam wilayahnya, agar Islam tidak berkembang di wilayah tersebut.
Sejak saat itu bencana umat Islam Arakan pun dimulai. Peninggalan-peninggalan Islam, masjid dan madrasah, dihancurkan. Para ulama dan da’i dibunuh.
Budha dari suku Birma terus-menerus mengintimidasi kaum muslimin dan menjarah hak milik mereka. Mereka juga memprovokasi orang-orang Magh untuk melakukan hal yang sama. Keadaan tersebut terus berlangsung selama 40 tahun. Sampai akhirnya berhenti dengan kedatangan penjajah Inggris.
Pada tahun 1824 M, Inggris menguasai Burma. Kemudian kerajaan Britania itu menggabungkan wilayah itu dengan persemakmurannya di India. Pada tahun 1937 M, Inggris memisahkan Burma dan wilayah Arakan dari wilayah kekuasaannya di India. Maka Burma menjadi wilayah kerajaan Inggris tersendiri yang bernama Burma Britania. Tidak bernaung di wilayah India lagi.
Tahun 1942 M, bencana besar menimpa kaum muslimin Rohingya. Orang-orang Budha Magh membantai mereka dengan dukungan senjata dan materi dari saudara Budha mereka suku Birma dan suku-suku lainnya. Lebih dari 100.000 muslim pun tewas dalam peristiwa itu. Sebagian besar mereka adalah wanita, orang tua, dan anak-anak. Ratusan ribu lainnya melarikan diri dari Burma. Karena pedih dan mengerikannya peristiwa tersebut, kalangan tua –saat ini- yang menyaksikan peristiwa itu senantiasa mengingatnya dan mengalami trauma.
Pada tahun 1947 M, Burma mempersiapkan deklarasi kemerdekaan mereka di Kota Panglong. Semua suku diundang dalam persiapan tersebut, kecuali umat Islam Rohingya.
Pada tanggal 4 Januari 1948, Inggris memerdekakan Burma secara penuh disertai persyaratan masing-masing suku bisa memerdekakan diri dari Burma apabila mereka menginginkannya. Namun suku Birma menyelisihi poin perjanjian tersebut. Mereka tetap menguasai wilayah Arakan dan tidak mendengarkan suara masyarakat muslim Rohingya dan Budha Magh yang ingin merdeka. Mereka pun melanjutkan intimidasi terhadap kaum muslimin.
Duka Muslim Arakan (Rakhine)

Rohingya-1

Pembakaran Desa Rohingya oleh pasukan dan warga Budha Myanmar


1. Pemusnahan Etnis
Sejak pemerintahan militer berkuasa di Myanmar melalui kudeta Jendral Ne Win tahun 1962 M, umat Islam Arakan mengalami berbagai bentuk kezaliman dan intimidasi. Dibunuh, diusir, diitekan hak-hak mereka, dan tidak diakui hak-hak kewarga-negaraannya. Mereka disamakan dengan orang-orang Bangladesh dalam hal agama, bahasa, dan fisik.
2. Menghapuskan identitas Islam dan pengaruhnya:
2F748D8A-8A68-478B-89EE-9F538D033420_w1023_r1_s
Hal ini dilakukan dengan cara menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam. Yaitu menghancurkan masjid, madrasah, dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya.
Lalu kaum muslimin dilarang sama sekali untuk membangun suatu bangunan yang berkaitan dengan Islam. Dilarang membangun masjid, madrasah, kantor-kantor dan perpustakaan, tempat penampungan anak yatim, dll.
Sebagian sekolah-sekolah Islam yang tersisa tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah, dilarang untuk dikembangkan, dan tidak diakui lulusannya.
3. Upaya “Burmanisasi”, meleburkan ajaran Islam dan menghilangkan identitasnya dalam masyarakat Budha:
Umat Islam diusir dari kampung halaman mereka. Tanah-tanah dan kebun-kebun pertanian mereka dirampas. Kemudian orang-orang Budha menguasainya dan membangunnya dengan harta-harta yang berasal dari kaum muslimin.
Atau membangunnya menjadi barak militer tanpa kompensasi apapun. Bagi mereka yang menolak, maka tebusannya adalah nyawa. Inilah militer fasis yang tidak mengenal belas kasihan.
4. Pengusiran dan diskriminasi dari wilayah Myanmar secara berkesinambungan:

  • Pada tahun 1962 M, militer fasis Myanmar mengusir 300.000 orang Arakan ke wilayah Bangladesh.
  • Pada tahun 1978 M, lebih dari 500.000 kaum muslimin diusir dan mengalami tekanan yang sangat berat hingga hampir 400.000 orang dari mereka tewas. Termasuk di dalamnya orang-orang tua, wanita, dan anak-anak.
  • Tahun 1988, ada 150.000 kaum muslimin diusir karena orang-orang Budha hendak membangun desa mereka sebagai tempat percontohan.
  • Tahun 1991, hampir 500.0000 orang muslim diusir. Hal ini karena hukuman atas kemenagnan partai oposisi (NLD) dalam pemilu yang mendapatkan suara dari umat Islam. Hasil pemilu pun dibatalkan.
  • Membatalkan hak kewarganeraan umat Islam.
  • Melakukan kerja paksa dengan tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan transportasi.
  • Umat Islam dilarang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Apalagi duduk di banguku kuliah. Bagi mereka yang berusah mendapatkan pendidikan di luar negeri, kemudian kembali ke Myanmar dalam keadaan terdidik, maka akan dijebloskan ke dalam penjara.
  • Secara umum, tidak boleh menjadi pegawai negara. Jika pun ada, maka tidak akan mendapatkan hak-haknya secara penuh.
  • Dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri, walaupun untuk beribadah haji. Mereka hanya diperbolehkan pergi ke Bangladesh dengan ketentuan waktu yang terbatas. Mereka tidak diperbolehkan berpergian ke Ibu Kota Rangon dan kota-kota lainnya di Myanmar. Jika mereka hendak pindah kota, harus mendapatkan surat izin yang jelas.

5. Diskriminasi dalam ekonomi
– Dibebani pajak yang tinggi dalam segala hal. Dikenakan banyak denda.
– Dipersulit melakukan perdagangan. Kecuali berniaga dengan militer. Itupun dijual dengan harga yang jauh di bawah standar atau dipaksa menjual sesuatu yang tidak ingin mereka jual. Hal itu bertujuan agar mereka terus dalam keadaan miskin.
Penutup
Demikian gambaran singkat keadaan muslim Rohingya. Sejak lama mereka ditindas dan menerima kekejaman umat Budha Myanmar, namun dunia enggan berbicara membela mereka. Tidak ada atas nama kemanusiaan. Tidak pula ada belas kasihan.
Pada tahun 1970-an Raja Faisal bin Abdul Aziz rahimahullah menjadi pemimpin dunia yang pertama membangun puluhan ribu camp pengungsi Rohingya di Arab Saudi. Saat ini sekitar seperempat juta warga Rohingya telah tinggal aman di Arab Saudi.
Saat ini kita melihat respon yang baik dari pemerintah Aceh, Turki, dan Arab Saudi, untuk menolong saudara-saudara kita kaum muslimin Rohingya yang tengah tertimpa musibah. Semoga Allah meringankan beban mereka.
 
Sumber : Artikel www.KisahMuslim.com

X