Pembangunan RS Indonesia di Rakhine tidak Terganggu Konflik

Medical Rescue Commite (MER-C) yang sedang membangun Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Myanmar berharap pihak-pihak yang sedang bentrok segera mengambil jalan diskusi agar tidak banyak jatuh korban.
Presidium MER-C, Dr Sarbini Abdul Murad mengatakan, proses pembangunan RSI tidak terganggu dengan bentrokan yang terjadi pada Jumat (25/8).
Pembangunan RSI didukung semua pihak, termasuk Pemerintah Myanmar, umat Islam, Buddha dan masyarakat umum lainnya.
Rumah Sakit Indonesia akan dibangun di Desa Muaung Bwe, Negara Bagian Rakhine Myanmar dengan luas lahan mencapai lebih dari 7.000 meter persegi. RSI dibuat oleh MER-C, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan TNI.
“Sebelumnya kami telah membeli tanah seluas 4.000 meter persegi, kemudian ditambah 3.000 meter persegi oleh pemerintah setempat. Lokasi tersebut berada di perbatasan permukiman warga Buddha dan Muslim, sehingga mudah dijangkau oleh mereka,” tuturnya.
Pembangunan rumah sakit tersebut direncanakan menggunakan biaya sebesar Rp25 miliar. Saat ini, dana yang terkumpul baru sekitar Rp12 miliar.
“Kami mengundang rakyat Indonesia untuk ikut berpartisipasi. September 2017 direncanakan akan mulai pengerjaan konstruksi dan diharapkan rumah sakit selesai pada awal 2018,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, setelah berdirinya RSI diharapkan dapat menjadi peredam konflik di Myanmar. “Diharapkan dengan cepatnya berdirinya Rumah Sakit, mudah-mudah bisa menjadi simbol perdamaian dengan adanya Rumah Sakit Indonesia itu,” kata Sarbini kepada Republika, Ahad (27/8).
MER-C meyakini kekuatan dialog dapat menyelesaikan konflik, seperti di Aceh, bisa damai karena dialog. Terutama antara warga Rohingya, gerilyawan dan pemerintah Myanmar.
“Kalau dialog tidak dibangun, akan sulit saling pengertian, dialog inilah yang akan membuat saling pengertian antara semua elemen di Myanmar,” ujarnya.
Sarbini menerangkan, RSI yang sedang dibangun MER-C diperuntukkan untuk umum, artinya untuk semua komunitas agama. RSI ini akan menjadi simbol netralitas. Masyarakat Muslim dan non-Muslim akan berobat bersama-sama di RSI.
Masyarakat yang sedang berobat akan bertemu, saling sapa dan berbicara. Secara perlahan akan membuka pintu saling percaya antara semua komunitas di Myanmar.
“Jadi dengan ada Rumah Sakit ini maka masyarakat dan Pemerintah Myanmar bisa melihat di Indonesia harmonis antar umat beragama, buktinya RSI ini didirikan oleh komunitas Muslim dan Buddha,” jelasnya.
MER-C menginformasikan, pada Oktober mendatang akan dibuat rumah untuk dokter dan paramedis. Setelah itu baru akan dibangun bangunan Rumah Sakit. Ditargetkan pertengahan 2018 RSI bisa dioperasikan.
MER-C juga akan membangun sarana air bersih di sekitar RSI. Sebab, masyarakat di sana kesulitan mendapatkan air bersih. Dokter dan paramedis dari Myanmar akan dilatih di Indonesia.
 
Sumber : Republika/Antara

X