by Lia Nurbaiti Lia Nurbaiti | Jun 17, 2016 | Artikel, Sirah Shahabiyah
Oleh: Lia Nurbaiti
Sehingga ia (Ummu Ma’bad) sabar dan ridha atas kepergian Rasulullah saw. Ia hanya berharap kepada Allah agar diberikan pahala bagi orang-orang yang sabar.
Domba Ummu Ma’bad pada Masa Paceklik “Aam Ramaadah”
Kaum muslimin pernah mengalami masa paceklik sangat hebat yang dikenal dengan peristiwa “aam ramaadah“.
Ibnul Jauzi berkata “pada tahun itu, kaum muslimin ditimpa kekeringan, paceklik dan kelaparan yang sangat hebat, sehingga binatang liarpun turun ke kampung -kampung. Angin bertiup kencang dan menerbangkan debu (ramaad) sehingga peristiwa ini dikenal dengan sebutan ‘aam ramaadah.
Bahkan mereka yang menyembelih domba hampir tidak ada daging yang bisa ia dapatkan. Melihat kondisi ini, Umar bersumpah tidak mau makan minyak samin, susu atau daging hingga kehidupan kaum muslimin normal kembali.
Sampai suatu saat seorang pembantu Umar membeli minyak samin dan susu seharga 40 dirham. Dan memberikannya kepada Umar. Namun Umar berkata “Shadaqahkanlah minyak samin dan susu itu, sesungguhnya aku tidak suka berlebih-lebihan (israaf). Bagaimana aku bisa peduli dengan keadaan rakyat, jika tidak merasakan apa yang sedang mereka rasakan.” (Al-Muntahzam, vol.4 hlm 250 )
Kekeringan yang melanda kaum muslimim masih berlangsung, tetapi lain halnya dengan Domba Ummu Ma’bad ra. Yang susunya pernah diusap oleh Rasulullah saw. Domba itu pernah menerima berkah Rasulullah saw, sehingga tetap mengeluarkan susu dengan deras dari pagi hingga sore.
Ummu Ma’bad ra menceritakan “Kami tetap memerah susu domba itu di pagi dan sore hari, padahal saat itu hampir tidak ada lagi domba yang masih mengeluarkan susu. Semua itu karena berkah Rasulullah saw”.
Sahabat-sahabat Rasulullah saw sangat menghormati dan menjunjung tinggi kedudukan Ummu Ma’bad ra. Terlebih lagi para Khulafaa’ Rasyiduun, semoga Allah meridhai mereka semua. Mereka mengetahui betul kedudukan dan budi baiknya seorang Ummu Ma’bad ra. Terhadap Rasulullah saw saat menempuh perjalanan hijrah yang penuh berkah itu.
Saatnya Berpisah
Setelah melewati masa hidup yang cukup panjang, akhirnya sahabat wanita yang mulia itu terbaring lemah untuk bersiap kembali menghadap Allah swt, setelah ia berusaha sekuat tenaga untuk membela agama Allah swt.
Ummu Ma’bad ra telah tiada, tetapi kita masih teringat kisah penuh berkah yang telah memenuhi dunia dengan semerbak keikhlasan dan pengorbanannya. Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha, serta menjadikan surga firdaus sebagai tempat persinggahan terakhirnya.
Baca juga:
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyyah: Pemilik Domba yang Penuh Berkah (bagian 1)
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyyah: Pemilik Domba yang Penuh Berkah (bagian 2)
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyyah: Pemilik Domba yang Penuh Berkah (bagian 3)
Referensi:
35 Sirah Shahabiyah Jilid 2, Mahmud Al-Mishri
by Lia Nurbaiti Lia Nurbaiti | May 22, 2016 | Artikel, Sirah Shahabiyah
Oleh: Lia Nurbaiti
Dan Abu bakar ra menanyakan “Apakah engkau menginginkanku untuk menemanimu, Wahai Rasulullah? Rasulullah saw menjawab “Ya”. Kemudian Abu bakar ra berkata “Kalau begitu ambilah salah satu dari dua untaku ini” Rasulullah saw membalas “Ya, tapi aku akan membayarnya” (H.R. Bukhari )
Rasulullah saw menyuruh Ali agar malam itu tidur di tempat tidur beliau. Orang-orang quraisy yang telah ditunjuk untuk melaksanakan tugas membunuh Nabi saw berkumpul di sekitar kediaman Nabi saw. Dan mengintip dari lubang pintu. Mereka terus mengawasi hingga larut malam.
Setelah saatnya tiba, Rasulullah saw keluar dari rumah dan lewat di dekat mereka. Beliau mengambil segenggam pasir dan menaburkannya di atas kepala mereka tanpa mereka sadari. Beliau melakukan itu sambil mengucapkan,
“Dan Kami buat di hadapan mereka dinding dan dibelakang mereka dinding pula, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat” (Yasin : 9)
Lalu Rasulullah saw langsung menuju rumah Abu Bakar ra untuk segera melakukan perjalanan hijrahnya. Sementara orang-orang Quraisy yang berjaga di kediaman Rasulullah saw tiba-tiba dikejutkan dengan perkataan seorang laki-laki yang sedang lewat. Ia bertanya “Apa yang sedang kalian tunggu disitu? Mereka menjawab “Muhammad” Orang itu berkata lagi “Kalian telah gagal. Demi Allah, Muhammad telah keluar dan lewat didekat kalian sambil menaburkan pasir di atas kepala kalian”. Mereka terkejut. Demi Allah, kami tidak melihatnya sama sekali. Lalu mereka pun membersihkan debu dari atas kepalanya.”
[Baca juga: Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyyah: Pemilik Domba yang Penuh Berkah (1)]
Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa “Malam hari orang-orang quraisy mengawasi Ali yang mereka kira adalah Nabi saw. Saat pagi tiba mereka langsung menyergapnya. Dan ternyata yang didapatinya adalah seorang Ali, bukanlah Rasulullah saw. Mereka bertanya kepada Ali “Dimana Muhammad?” Ali menjawab “Tidak tahu”. Karena mereka merasa dikelabui, mereka segera melacak keberadaan Rasulullah saw sampai ke gunung (Tsaur), namun usaha mereka sia- sia.
Bahkan mereka mengerahkan para pelacak yang mahir mencari jejak, sehingga ada yang berhasil mencapai dekat pintu gua dan berdiri diatasnya.
Dalam kitab As- Shahiihain diriwayatkan bahwa Abu bakar ra berkata ” Wahai Rasulullah, seandainya seorang dari mereka menengok ke arah telapak kakinya. Maka dia pasti melihat kita. Dengan tenang Rasulullah saw menjawab ” Wahai Abu bakar, apa yang engkau duga dengan nasib diantara dua orang, sedangkan yang ketiga adalah Allah. Jangan gelisah, sesungguhnya Allah bersama kita. ( H.R. Bukhari Muslim)
Rasulullah dan Abu Bakar ra dapat mendengar pembicaraan orang-orang Quraisy yang ada di atas pintu guanya. Tetapi Allah swt menutup pandangan mereka sehingga tidak melihat keberadaan beliau.
Berkah Menyelimuti Kemah Ummu Ma’bad
Dalam perjalanan hijrah, Rasulullah saw lewat di dekat kemah Ummu Ma’bad Al- Khuza’iyyah, seorang wanita tegar dan cukup terkenal di kawasan pedalaman. Ia suka berdiri di halaman kemah dan selalu bersedia memberi makan dan minum kepada siapa saja yang lewat di depannya.
(Baca juga: Sumayyah binti Khabath : Wanita Muslimah Pertama yang Mati Syahid)
Ketika Nabi saw dan Abu Bakar ra sampai di situ, mereka bertanya, “Apakah engkau memiliki makanan atau minuman?“. Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, seandainya kami masih punya sesuatu, maka kami tidak akan segan-segan untuk menjamu kalian. Domba tidak lagi mengeluarkan susu, karena tahun ini sangatlah kering.”
Rasulullah melihat seekor domba yang sangat kurus di samping kemah, lalu bertanya “Wahai Ummu Ma’bad, mengapa domba ini ada disini?” Ummu Ma’bad menjawab “Domba ini tidak bisa ikut kawanannya karena tidak sanggup berjalan jauh” Rasulullah bertanya lagi “Apakah masih ada susunya?” Ummu Ma’bad menjawab “Dia tidak mungkin lagi mengeluarkan susu.”
Rasulullah berkata “Apakah engkau mengizinkan aku memerah susunya?” Ummu Ma’bad menjawab “Tentu, jika menurutmu domba itu masih bisa diperah, maka lakukanlah.”
Rasulullah mendekati domba tersebut dan mengusap susunya sambil membaca basmallah dan berdoa. Tiba -tiba, domba tersebut merenggangkan kedua kakinya dan susunya mengalir dengan deras. *bersambung