Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Hal itu terjadi atas kehendak Allah).
Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Al Qur’an menuturkan Subhanallah (Mahasuci) digunakan dalam mensucikan Allah dari hal yang tak pantas. Diantaranya digunakan : Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, dari yang mereka persekutukan, dan sebagainya.
Seperti kata “Subhanallah” digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik pada Surat Saba ayat 41, “Mahasuci Engkau, Engkaulah pelindung kami bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin…” Dihinakannya Allah  pada Surat Yusuf ayat 108, “Mahasuci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik.”
Dalam surat Al Mukminun ayat 91, kalimat “Subhanallah” digandengkan dengan “amma yashifun” yang artinya Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan. Dan dalam surat Ash Shafat ayat 159, kalimat “Subhanallah digandengkan dengan “amma yusyrikun” yang artinya Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Sedangkan dalam hadist, ucapan Subhanallah” dipakai ketika seseorang heran sikap seseorang, bukan kagum. Seperti dalam Hadist riwayat bukhari, ketika Abu Hurairah junub dan tidak mau berdekatan dengan Rasulullah. Kemudian beliau bersabda : “Mahasuci Allah, sesungguhnya muslim itu tidak najis.”
Jadi dalam Al Qur’an dan Hadist, kalimat “Subhanallah” digunakan untuk menyatakan kesucian Allah dan menyangkal hal-hal negatif seperti musyrik dan keheranan.
Kemudian Masya Allah (itu terjadi atas kehendak Allah). Diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan, ketakjuban dan keindahan. Dalam surah Al Kahfi ayat 39 saat memasuki kebun indah berbuah, “Masya Allah la quwwata illa billah (tiada kekuatan kecuali pertolongan Allah). 
Contoh lain pengalaman menghadiri acara Masyaikh dari Saudi, Kuwait, Syam, Yaman dan menemani mereka ke Jogokariyan. Diantara mereka ada yang nyaris tanpa henti berkata ” masya Allah” kala melihat Air terjun Tawangmangu, Kebun Binatang Gembira Loka, dan Gunung Merapi.
Kesimpulannya “Masya Allah” adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah dan memang hal indah itu dicinta dan dikehendaki Allah.
Demi ketepatan makna keagungan-Nya dan tidak menghindari kesalah pahaman, mari biasakan mengucap “Subhanallah” dan “Masya Allah” seperti seharusnya.
 
Sumber : Ustad Salim A. Fillah -Menyimak Kicau Merajut Makna, dan Ustad Arifin Ilham – bersamadakwah