Shalat Idul Adha sudah kita lakukan bersama-sama, baik di lapangan maupun di masjid. Sebagian di antara kita juga sudah menyembelih hewan qurban. Bagi yang belum, perlu didoakan semoga dilain waktu bisa berkurban.
Ternyata masih banyak diantara kaum muslimin yang belum mengerti tentang ibadah qurban ini. Ada yang menyangka bahwa qurban itu cukup dilakukan sekali seumur hidup sebagaimana haji.
Karena pemahaman yang tidak tepat ini akhirnya banyak kaum muslimin yang hanya melaksanakan qurban sekali seumur hidupnya, walaupun setiap tahun mampu melakukannya.
Sebenarnya yang dipentingkan dalam ibadah ini memang bukan penyembelihannya, tetapi makna di balik penyembelihan itulah yang lebih diutamakan.
1. Qurban mengajari sifat berbagi
Lewat qurban ini kita di ajari oleh Allah swt agar menghilangkan sifat egoistis, kita harus membuang jauh-jauh sifat ini.
Qurban adalah latihan agar umat islam membiasakan diri memperhatikan orang lain, menghilangkan sifat kikir dan pelit, dengan membagi-bagikan sebagian rezeki yang dikaruniakan kepadanya.
Karena itu qurban tidak cukup dilakukan sekali seumur hidup. Setiap kali kita menjumpai tanggal 10 Dzulhijjah ditambah 3 hari Tasyri’ saat kita dikaruniai kelapangan rezeki, maka kita laksanakan perintah qurban ini.
2. Peringatan Bagi yang Tidak Berkurban
Jika tidak, Rasulullah memberikan peringatan keras kepada kita dalam sebuah sabdanya,
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
Dari Abi hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih qurban, janganlah mendekati tempat shalat kami”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim menshahihkannya).
Hadits ini melarang orang Islam yang tidak menyembelih untuk tidak mendekati masjid atau tempat shalat. Seolah-olah orang itu bukan muslim atau munafik.
3. Rasulullah Memberi Semangat Berkurban
Rasulullah juga memberikan semangat agar umatnya dengan sukacita melaksanakan perintah ini. Bahkan mengatasnamakan kurbannya untuk umatnya.
Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata, “Saya menghadiri shalat idul-Adha bersama Rasulullah saw di mushalla (tanah lapang). Setelah beliau berkhutbah, beliau turun dari mimbarnya dan didatangkan kepadanya seekor kambing.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelihnya dengan tangannya, sambil mengatakan: Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Kambing ini dariku dan dari orang-orang yang belum menyembelih di kalangan umatku
Tidak hanya peringatan dan anjuran yang diberikan oleh Nabi kepada kita. Lebih dari itu, Rasululloh sendiri memberikan contoh dalam bentuk praktek nyata. Tidak tanggung-tanggung, bahkan beliau sekali berqurban, dua ekor Kibas dipersembahkan.
4. Memberikan Kurban yang Terbaik
Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam agar dalam berqurban memilih hewan yang terbaik.
Melalui ibadah ini kita dilatih oleh Allah untuk selalu memberikan yang terbaik kepada orang lain. Jika memberi kepada orang lain, apapun bentuknya selalu kita pilih yang terbaik, bukan sebaliknya.
Allah pernah memerintahkan kepada Qabil dan Habil untuk berqurban. Kedua-duanya diberi kebebasan untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhannya.
Qabil, karena sifat egois, kikir dan pelitnya, memilih buah-buahan yang sudah busuk, sayuran yang sudah kering, dan hasil pertanian yang jelek.
Adapun Habil memilih domba yang paling besar, gemuk dan sehat untuk dijadikan sebagai qurban.
Jelas, Allah tidak menerima qurban Qobil, akan tetapi menerima qurban Habil. Peristiwa qurban kedua anak adam ini diabadikan oleh Allah dalam Al Qur’an. Allah swt berfirman,
“Dan ceritakanlah kepada manusia kisah dua orang anak adam menurut yang sesungguhnya tatkala keduanya melakukan qurban. Qurban salah seorang daripadanya diterima, sedangkan seorang lagi ditolak. Maka yang ditolak kurbannya itu berkata (kepada saudaranya): Aku akan bunuh engkau, Jawab saudaranya: Sesungguhnya Tuhan hanyalah menerima (qurban) orang-orang yang taqwa” (Q.S. Al Maidah: 27)
5. Kurban bukan Darah dan Daging, tapi Taqwa
Sebenarnya bukan kurus atau gemuknya sembelihan itu yang dapat sampai kepada Allah, bukan pula daging atau darahnya. Yang sampai kepada Alloh adalah nilai taqwa di balik pelaksanaan ibadah tersebut.
Seorang yang bertaqwa tentu saja akan dengan suka cita mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhannya. Sedangkan bagi mereka yang tidak bertaqwa, mungkin saja melaksanakan perintah Allah ini , tapi akan selalu memilih yang terjelek diantara yang dimilikinya.
Allah swt berfirman, “Allah tidak menerima dagingnya dan tidak pula darahnya. Akan tetapi Allah menerima nilai taqwa kalian.” (Q.S. Al Hajj: 37)
Semestinya spirit kurban tidak hanya terhenti pada prosesi penyembelihan hewan pada Hari Raya Idul Adha, tetapi harus berlanjut sepanjang waktu. Karena pada kurban, mewujud iman dan takwa paling nyata dari seorang hamba.
Dalam hubungannya dengan ibadah qurban ini, Allah meminta kejujuran kita. Biarlah diri kita sendiri yang menila, apakah kita tergolong mampu berqurban atau tidak. Semoga kita senantiasa semakin mendekatkan diri kepada Allah swt.
 
Sumber : Al Qalam

X