Allah berfirman, “Dan ingatlah akan hamba Kami, Ayyub, ketika dia menyeru Tuhannya, ‘sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan’.” (Q.S. Shaad : 41)
Menurut tafsir Syaikh Muhammad Ali Ash Shabuni dalam Rawa’i’ul Bayan, Perkataan Ayyub berupa ‘Sesungguhnya aku diganggu syaitan’ adalah ungkapan penuh adab kepada Allah. Menyandarkan segala penderitaan yang dialami kepada syaitan.
Dengan menginsyafi kebaikan dan keburukan yang merupakan ketetapan-Nya, derita dan lara tak patut dihadirkan dalam ucap. Inilah keagungan adab.
Sebagaimana Ibrahim as tahu bahwa jika dia sakit, Allah juga yang menakdirkan. Tetapi dia nyatakan, “Allah yang memberiku makan dan minum. Tatkala aku sakit, Dia menyembuhkanku.” (Q.S. Asy Syu’araa : 79-80). Adabnya menuntun untuk menisbatkan sakit itu pada dirinya sendiri.
Kisah Ayyub yang beroleh berlipat musibah, Allah letakkan di Surah Shaad tepat setelah cerita Nabi Daud dan Sulaiman. Seakan Allah hendak menyampaikan kepada umatnya, “Tiada hamba yang diberi nikmat dunia berlebih kepada Daud dan Sulaiman, maka teladani kesyukuran mereka. Tiada hamba yang diberi bencana dunia berlebih kepada Ayyub, maka teladani kesabaran mereka.”
Ulama Sufyan Ats Tsaury pernah ditanya, “Mana yang lebih utama, orang kaya yang syukur? Ataukan orang miskin yang sabar?” Jawab beliau, “Sama mulianya. Sebab Allah memuji Sulaiman dalam surah Shaad ayat 30 dan Allah memuji Ayyub dalam surah Shaad ayat 44. Kalimat pujian untuk keduanya sama.
Begitu juga kalimat indah nabi Ya’qub, ”Semata aku adukan kesusahan diri dsri kesedihan hatiku kepada Allah.” Q.S. Yusuf ayat 86.
Dan kalimat mulia Nabi Muhammad saw tatkala diusir dari Thaif, dilempari batu, dikejar dengan olok-olok dan kotoran. “Ya Allah, pada-Mu kuadukan lemahnya diriku dan kurangnya siasatku.”
Lagi-lagi adab, beliau tidak mengadukan orang lain. Sebenarnya bisa saja beliau saw berdoa, “Ya Allah, kuadukan pada-Mu kerasnya hati mereka dan jahatnya perlakuan mereka.”
Tetapi Muhammad saw adalah guru dalam adab mulia kepada Allah dan sesama manusia. Tiada yang dia adukan selain dirinya.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

X