Mendapatkan anak yang shalih tentu menjadi dambaan kita semua, saudaraku. Lalu bagaimana caranya agar kita mendapat keturunan yang shalih? Ternyata semua itu bukan berawal dari mendidik anak ketika telah lahir. Namun faktor utama adalah pada istri yang shalihah. Karena istri adalah madrasah awal di rumah.
Jika suami salah memilih atau membina istri menjadi baik, maka keadaan anak Anda ikut serba salah. Kalau suami menyerahkan pada istri yang shalihah, anaknya jelas ikut shalih. Karena yang sehari-hari bertemu dengan anak di rumah adalah ibunya. Makanya orang Arab mengatakan,
الأُمُّ هِيَ المدْرَسَةُ الأُوْلَى فِي حَيَاةِ كُلِّ إِنْسَانٍ
“Ibu adalah sekolah pertama bagi kehidupan setiap insan.”
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ
“Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS. Al-Baqarah: 221)
Kalau istri shalihah yang dipilih pasti akan mendapatkan keberuntungan. Karena,
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”. (HR. Bukhari, no. 5090 dan Muslim, no. 1446; dari Abu Hurairah)
Istri juga harus baik akhlaknya dan benar-benar berpegang pada agamanya. Cobalah lihat penilaian kaum Maryam kepada Maryam ketika ia melahirkan Isa tanpa bapak,
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28)
Maksud ayat tersebut adalah bapak Maryam itu adalah orang shalih, tak mungkin anaknya adalah orang yang berperilaku jelek. Ibunya pun wanita shalihah, tak mungkin anaknya menjadi wanita pelacur.
Jadi awalnya dari orang tua, anak itu menjadi baik.
Bagi yang sudah terlanjur, tinggal memperbaiki diri. Moga dengan istri menjadi baik, keadaan anak pun menjadi baik.
Namun sebenarnya bukan hanya dari istri, suami juga memegang peranan. Suami hendaklah yang baik. Sehingga keduanya akan mendapatkan anak yang shalih/shalihah.
Salah satu faktor lain yang menunjang terbentuknya jiwa dan kepribadian shalih dan shalihah pada diri anak adalah dengan membawa dan menciptakan nuansa islami lewat pendidikan dan pergaulannya.
Anak tentu tidak akan mengenal apa itu akidah dan bagaimana menjadi seorang anak shaleh jika pendidikan islami tidak diperkenalkan sejak dini.
Untuk itu, ciptakan suasana dan nuansa islami dalam dunia pendidikan dan lingkungan anak. Selain itu, hal ini juga akan mampu membangun karakter anak menjadi lebih baik.
Untuk cara ini, misalkan ibu dan orangtua lain bisa mendaftarkan anak ke sekolah islam atau pondok pesantren.
Jika anak-anak sering bergaul dalam lingkungan yang islami, maka insya allah setiap tutur kata dan perbuatan mereka akan lebih santun. Namun tentunya hal ini perlu diterapkan dan ditanamkan sejak dini.
Semoga Allah memberkahi keluarga kita menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Sumber: Rumaysho/Bidanku