Apa hubungan antara perbaikan makanan dengan mustajabnya doa? Tertolaknya doa boleh jadi sebab adanya hal haram yang tumbuh di tubuh.
Malam itu sang Nabi memandang Saad bin Abi Waqqash lalu bersabda, “Mintalah sesuatu padaku hai Saad, aku akan memintakannya kepada Allah untukmu.” Maka saad dengan santun menjawab, “Mintakanlah pada Allah ya Rasulullah, agar doaku mustajab!” Nabi tersenyum mendengar pintanya, lalu beliau bersabda, “Bantulah aku hai saad dengan memperbaiki makananmu.”
Suatu hari dihadapan para sahabat, Rasulullah saw membaca dua ayat, surah Al Mukminun ayat 51 dan surah Al Baqarah ayat 168 yang memerintahkan para Rasul hingga semua insan memakan rezeki Allah yang halal lagi baik.
Beliau saw kemudian bercerita tentang seorang musafir di padang pasir yang berpuasa, yang bekalnya dicuri kawan, dan yang tersesat dalam perjalanan; lalu dia mengangkat tangannya ke langit untuk berdoa, “Ya Rabb! Ya, Rabb!”
Tetapi bagaimana mungkin akan dikabulkan ujar Nabi mengomentari, “sementara yang dimakannya haram, yang dikenakannya pun haram.”
Padahal orang yang disebut dalam kisah memiliki 4 keutamaan yang menjamin doanya terkabul: musafir, puasa, dizalimi, mengangkat tangan. Tetapi perkara haram yang nelekati tubuh, telah menghalangi sampainya doa ke sisi Allah swt. Sungguh Allah thayyib, Dia tidak menerima kecuali yang thayyib (halal, suci, dan baik)
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah