K.H. Bisyri Syansuri dari Denanyat, Jombang adalah kakek Gus Dur dan Gus Sholah dari pihak Ibu beliau, yakni Ny. Hj. Solechah. Sementara K.H. Abdul Wahab Hasbullah dari Tampakberas, Jombang adalah kakek dari M. Rohmahurmuzy PPP dari ibu. Keduanya adalah pilar utama NU sejak didirikan Hadratusy Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari, Tebu Ireng. Ini secuil kisah keduanya.
Mbah Bisyri dikenal sebagai alim yang teguh memegang dalil dengan pemahaman zahir nash-nya (terikat pada suatu teks). Suatu hari beliau didatangi orang. Orang tersebut mengatakan bahwa dia telah meniatkan berqurban sapi untuk seluruh anggota keluarganya yang berjumlah 7 orang. Tetapi beberapa hari sebelumnya, telah lahir seorang bayi sebagai anggota keluarga barunya. Nah, bolehkah qurbannya untuk 8 orang? Mbah Bisyri menjawab, “Tidak boleh! Sebab dalilnya menyatakan jelas, seekor sapi hanya boleh untuk 7 orang. Bukan 8!”
Si penanya tadi mengiyakan. Tetapi rupanya dia masih ingin melanjutkan niatnya berqurban dengan kemenyatuan seluruh keluarganya. Maka yang bersangkutan sowan pada Mbah Wahab di Tampakberas. Pertanyaan yang sama diajukan. Nah, apa jawab beliau, Allahuyarham? Kata Mbah Wahab, “Ya boleh. Tetapi karena yang ke-8 masih bayi, dia akan kesulitan naik saat menunggang sapinya menuju surga, maka agar dia bisa ancik-ancik (berpijak) untuk naik ke sapi, tambahkanlah seekor kambing untuk hewan qurban kalian sekeluarga”
Sang penanya manggut-manggut dan pulang dengan sukacita. Mbah Wahab telah bicara dengan bahasa dan sesuai kadar pemahaman penanya. Konon, saat Mbah Bisyri mendengar hal tersebut beliau tersenyum dan membaca ujung surat Yusuf ayat 76, Wa fauqa kulli dzii ‘ilmi ‘aliim. Arti bebasnya, “Dan diatas tiap-tiap pemilik ilmu, ada yang jauh lebih berilmu”
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Penerbit Pro-U Media