Kata Ali, “Bermewahnya wirausahawan masih mungkin menginspirasi, tetapi bermewahnya pejabat pasti melukai.”
Sebaik-baik istana adalah yang mendekatkan pemimpin kepada rakyatnya. Saad bin Abi Waqqash, Sang penakluk Persia, lelaki sholeh dan bertakwa yang mustajab doanya diangkat menjadi gubernur Kufah. Hari-hari gubernur dibisingkan derau kebengalan rakyatnya, sukar dipuaskan dan tak henti berbuat onar. Saad tak tahan. Maka didirikanlah kompleks kantor gubernur Kufah berbenteng tinggi dan dijaga ketat. Saad tak ingin tugas administratifnya terganggu.
Tetapi diluar sana ummat kian gelisah. Dan dirasakan sang pemimpin agung nan merakyat Umar bin Khattab. Diterbitkannya dua surat Khalifah. Yang satu untuk Saad, satu lagi untuk Abu Musa Al Asy’ari.
Abu Musa ternganga membaca isi suratnya. Bunyinya: Robohkan benteng Saad, bakar istananya! Tapi itu tugas, Abu Musa melaksanakannya, sementara Saad tertunduk taat. Surat perintah Umar diberikan kepada Saad yang menerimanya penuh takzim berbunyi : Dengarkan rakyatmu, betapapun tak sukanya engkau.
Provinsi Kufah saat itu tidaklah miskin. Sebab dibawah panglima Saad, Persia baru jatuh dan membawa setumpuk kekayaan. Ibnu Katsir mencatat, saat Kisra lari, uang tunai pribadi yang tak sempat terbawa mencapai 3.000.000.000.000 dinar (1 dinar = Rp 2,16 juta). Ada mahkota yang disangga tiga rantai; tahta dan kursi-kursi menteri yang terbuat dari emas bertabur permata, aneka perhiasan dan permadani. Semua kekayaan dengan jumlah tak terbayangkan dan dibagikan secara adil oleh khalifah Umar.
Dalam keadaan semakmur itu sebenarnya istana Saad sungguhlah wajar, apalagi Saad berjasa besar dalam memakmurkan negara. Tetapi umar ingin menunjukkan dan memberi teladan kinerja tak tergantung fasilitas. Apalagi menghalangi kedekatan dengan rakyat.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah