Para ulama sepakat bahwa surah at-Takwir adalah surah Makkiyah. Ia berjumlah 29 (dua puluh sembilan) ayat.
Diriwayatkan dari Ibn Umar (radhiallu anhu), bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin merasakan hari kiamat seperti menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, hendaklah ia membaca “idza syamsu kuwirat, idza syamaaunfatarat, dan idza syamaaunsyaqat”. (HR Tirmidzi).
Dengan tiga surah tersebut (at-Takwir, al-Infitar dan al-Insyiqaq), seseorang memang dapat membayangkan betapa dahsyatnya peristiwa kiamat nanti.
Jika kita menyaksikan fim Kiamat 2012, sungguh film itu tak sebanding dengan hakikat kiamat, sebab pada film itu masih ada sekelompok orang yang selamat dan tak semua kehidupan lenyap.
Surah at-Takwir ini, menurut Sayyid Qutb, setidaknya memiliki dua kandungan utama:
Pertama: At-Takwir bercerita tentang hakikat kiamat. Hal itu tertuang dari ayat 1 sampai dengan 14.
Kiamat adalah sesuatu yang wajib diimani oleh setiap muslim. Ia adalah peristiwa di mana seluruh alam semesta akan berakhir menunaikan tugas dan fungsinya.
Matahari, bintang-gemintang dan seluruh planet akan mengakhiri rotasi edarnya. Mereka “digulung” bak layar kapal yang tak lagi dibutuhkan.
Demikian halnya dengan gunung yang selama ini setia menjadi paku perekat bumi. Air laut pun ditumpahkan untuk menyapu seluruh makhluk yang hidup di atas bumi. Tak ada makhluk bernyawa yang tersisa. Dan tak ada lagi kehidupan yang bermakna.
Kedua: Hakikat wahyu, kekuasaan Allah yang menurunkan wahyu, perantaranya (Jibril) dan sifat-sifat Nabi yang menjadi penyebar wahyu tersebut. Hal ini tercermin mulai dari ayat 15 sampai dengan 29. Seperti kita ketahui,
Tadabbur Ayat
Pada tadabbur kali ini, pembahasannya dengan merujuk pada pendapat Sayyid Qutb di atas.
Ayat ke-6 surah At Takwir:
وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ
“Dan apabila lautan dijadikan meluap”
Pada ayat ini kita mendapati bahwa kelak lautan akan meluap.
Subhanallah, sekian tahun zaman Nabi dan para sahabat lalu, tak pernah dapat kita bayangkan bagaimana lautan dapat meluap.
Tetapi, tsunami Aceh 2004 dan tsunami Palu – Banten 2018 membuka mata kita, bahwa mudah sekali air laut “diterbangkan” ke daratan.
Kata, “sujjirat”, menurut Imam Hasan dan Ad-Dhahak, berarti “penuh dan melimpah.”
Peristiwa tersebut, kata Imam Qusyairi, sesungguhnya dapat dengan mudah dilakukan Allah swt apabila Dia telah membuka “dinding” yang membatasi dua lautan tersebut.
Kuasa Allah swt disini untuk menunjukkan bahwa air laut bisa menjadi azab bagi orang berdosa dan bisa pula menjadi rezeki bagi nelayan. Maka seharusnya kita perbanyak istighfar melihat kekuasaan Allah tersebut.
Berikut sebagian ayat Q.S. At Takwir (ayat 1 s/d 14 yang menjelaskan tentang Kiamat)
Allah swt berfirman:
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ﴿١﴾وَإِذَا النُّجُومُ انكَدَرَتْ﴿٢﴾وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ﴿٣﴾وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ﴿٤﴾وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ﴿٥﴾وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ﴿٦﴾وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ﴿٧﴾وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ﴿٨﴾بِأَيِّ ذَنبٍ قُتِلَتْ﴿٩﴾وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ﴿١٠﴾وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ﴿١١﴾وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ﴿١٢﴾وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ﴿١٣﴾عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا أَحْضَرَتْ﴿١٤﴾
- apabila matahari digulung,
- dan apabila bintang-bintang berjatuhan,
- dan apabila gunung-gunung dihancurkan,
- dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan)
- dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,
- dan apabila lautan dijadikan meluap
- dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)
- dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
- karena dosa Apakah Dia dibunuh,
- dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka,
- dan apabila langit dilenyapkan,
- dan apabila neraka Jahim dinyalakan,
- dan apabila surga didekatkan,
- Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui setiap yang dikerjakannya
Kemudian sisa ayat lainnya, dalam Q.S. At Takwir (ayat 15 sampai 29) menjelaskan Hakikat wahyu, kekuasaan Allah yang menurunkan wahyu, perantaranya (Jibril) dan sifat-sifat Nabi yang menjadi penyebar wahyu tersebut.
Begitulah amat lengkap surah at Takwir. Semoga kita mengambil ibrah dan fadhilah kalamullah.
Wallahu’alam bisshowab
Disadur : Dakwatuna
Oleh : Ustad Innayatul Hasyim (Dosen Univ Djuanda Bogor, lulusan International Islamic University Pakistan)