Mari sejenak belajar pada hamba-hamba terpilih tentang doa. Hamba agung pertama adalah Musa. Betapa payah dia berlari dari Mesir hingga Madyan, dikejar pasukan setelah membunuh tanpa sengaja dengan tinjunya. Kisah yang diabadikan dalam surah Al Qashash itu amat indah, bahwa dalam lelah dan gelisah Musa tetap bergerak menolong sesama.
Ada dua putri Syu’aib yang tersebab kehormatan diri tak ingin berdesak-desakan menunggu giliran memberi minum ternak. Maka musa yang walau perkasa tapi tenaganya tinggal sisa-sisa, menolong kedua gadis mulia itu dengan begitu ksatria. Seusainya, Musa bernaung ditempat yang agak teduh. Para mufassir menyebutkan : Dia begitu lapar dan memerlukan makanan. Tetapi Musa berdoa tidak spesifik, Musa berdoa : “Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqiir (Duhai Rabbku, sungguh aku terhadap yang Kau turunkan padaku dari antara kebaikan, aku amat fakir, amatlah memerlukan)” Q.S. Al Qashash ayat 24.
Musa akhirnya tidak hanya mendapat makan atas laparnya tapi juga perlindungan, bimbingan, pekerjaan, bahkan kelak istri dan kerasulan.
Hamba agung kedua adalah Yunus alaihissalam, setelah dia marah dan pergi dari kaumnya di Ninawa. Kita tahu ringkasnya Yunus dibuang ke laut dari kapal setelah tiga kali undian muncul namanya, lalu ditelan ikan.
Menurut sebagian Mufassir : ikan yang menelannya ditelan ikan yang lebih besar, jadilah ia gelap dalam gelap. Bahkan ikan itu membawanya ke dasar samudra. Maka terinsyaflah Yunus akan khilafnya, seraya berdoa. Doa yang tidak spesifik untuk keluar dari perut ikan. Tapi doanya justru : “Laa ilaaha illa anta, subhanaka inni kuntu minazh zhalimin. (Tiada Ilah sesembahan haq selain Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang yang berbuat aniaya.” (Q.S. Al Anbiya : 87)
Akhirnya Yunus bukan hanya dikeluarkan dari perut ikan, dia bahkan diantar sampai daratan, dan bukan sembarang daratan. Ibnu Katsir mengetengahkan riwayat : Yunus didamparkan di tanah yang ditumbuhi suatu tanaman. Ketika Yunus memakannya, tanaman itu memulihkan tenaga dan kesehatannya setelah sakit dan payah berpuluh hari di perut dan di lautan.
Selain itu ketika kembali ke Niwana, seluruh kaumnya telah beriman kepada Allah. Berkata Ibnu Taimiyah, “Diantara seagung doa ialah doa Yunus alaihissalam. Padanya terkandung dua hal: pengagungan keesaan Allah dan pengakuan akan dosa.”
Para ulama juga memuji doa Adam alaihissalam : “Rabbana zhalamna anfuusana, wa in lam taghfir lanaa, wa tarhamna, lanakunanna minal khaasirin. (Duhai Rabb kami, kami telah menganiaya diri sendiri. Andai Kau tak ampuni dan sayangi kami, sungguh kami pastilah termasuk orang merugi)”.
Doa indah itu mengiba, merendah, mengakui lemah, fakir, salah dan bernodanya diri disertai mengagungkan keesaan Allah.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Penerbit Pro-U Media.

X