Adalah Thawus ibn Kaisan Al Yamani di Masjidil Haram. Setelah memberikan nasihat indahnya kepada khalifah Hisyam ibn Abdul Malik, ditanya oleh sang khalifah, “Wahai Syaikh, sampaikan hajatmu agar aku memenuhinya sebagai penghormatan padamu.”
Thawus menyahut, “Hajat dunia atau hajat akhirat wahai Amir?” Khalifah Hisyam menjawab, “Tentu saja dunia.” Thawus berujar, “Ah.., kalau hajat dunia pada Yang Maha Memiliki saja aku tak meminta, apalagi pada yang cuma dititipi sepertimu. Dan masjid ini rumah-Nya”
Tentu kita diperintahkan memohon semua hal baik pada-Nya. Allah memuji hamba-Nya yang memohon kebaikan (hasanah) bagi dunia dan akhiratnya, disertai lindungan dari neraka. (Q.S. Al Baqarah ayat 201)
Musa kalimullah dalam keadaan lapar setelah kelananya, beliau memohon karunia dari sisi Allah dengan mengiba (Surah Al Qashash ayat 24).
Meski Musa lapar, ia tak khusus berdoa meminta makanan. Maka doanya yang umum itu berjawab bukan hanya makanan. Tetapi diberikan perlindungan, bimbingan Syu’aib, pekerjaan dan Istri.
Duh, Nabi Muhammad saw, kekasih Allah, alangkah malu kami padamu yang ketika wafat tergadai baju perangmu. Apakah kami mengira doamu tak mustajab? Subhanallah.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah