Gempa bumi sejatinya adalah peringatan Allah kepada hamba-Nya. Bukan sekadar fenomena alam belaka. Allah menciptakan musibah dan bencana alam untuk mengingatkan manusia agar mereka takut dan berharap kembali kepada Allah.
Allah Swt. berfirman,
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Tidaklah kami mengirim tanda-tanda kekuasaan itu (berupa musibah dan sejenisnya), selain dalam rangka menakut-nakuti mereka.” (QS. Al-Isra’: 59)
Suatu hari pernah terjadi gempa bumi di Madinah.
Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan bersabda, “Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.”
Selanjutnya, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya, Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridh0a kepada kalian)!”
Adapun Umar bin Khathab ra mengingat kejadian itu.
Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”
Umar bin Khathab bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.
Karena itu, Umar mengingatkan kaum muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah.
Demikian pula yang disampaikan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy berkenaan dengan gempa:
“Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia.
Di kalangan salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian’.”
Hakikatnya, gempa bumi adalah suatu bentuk musibah berupa peringatan, teguran, bahkan hukuman dari Allah Al-Jabbar (Dzat Yang Mahaperkasa) atas perbuatan manusia yang telah banyak melakukan maksiat dan dosa.
Karena itu, sebelum Allah kembali menegur kita dengan teguran yang lebih keras, sudah saatnya bagi kita untuk segera bertobat dan meningkatkan takwa dengan sebenar-benarnya. Wallahu ‘alam
Sumber : Republika
Oleh : ustad Ahmad Syahirul Alim, Lc