Jihadun Nafs (Jihad Terhadap Diri) adalah bagian yang mendasar dan pokok dari pembagian jihad oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyah. Terdiri atas lima point :

  1. Mengimani Al Huda dan Dinul Haq (Surah Ash Shaff ayat 9)
  2. Mengilmuinya
  3. Mengamalkannya
  4. Mendakwahkannya
  5. Bersabar dalam keempatnya

Beriman adalah jihad. Iman kadang adalah mata yang terbuka, mendahului datangnya cahaya. Ia keyakinan hati yang menyusuri jalan bukti.
Berilmu adalah jihad. Sebab ia menghajatkan kesungguhan. Mengerahkan waktu, tenaga, pikiran dan harta. Kesabaran untuk berpayah memahami.
Beramal adalah jihad. Sebab setiap ilmu mengejar-ngejar jiwa dan raga yang kadang disergap lelah dan malas agar ia diamalkan serta dibaktikan.
Berdakwah adalah jihad. Sebab menyampaikan kebenaran, memerintahkan yang baik, mencegah yang mungkar, dan membawa bahaya.
Bersabar dalam keempatnya baik mengimani, mengilmui, mengamalkan dan mendakwahkan adalah jihad. Sebab keempat hal itu hanya bisa ditanggung jiwa yang kokoh.
Bersabar mengimani adalah jihad. Saking beratnya kadang harus memejam mata. Seperti Nabi Muhammad dalam perang Badar. Seperti Nabi Ibrahim saat akan menyembelih putranya.
Bersabar mengilmui adalah jihad. Seperti Nabi Sulaiman memahamkan Nabi Dawud, Imam Bukhari kembarai ratusan negeri mencari hadist shahih, Imam Syafi’i menjaga hafalan.
Bersabar mengamalkan itu jihad. Seperti Abdullah bin Amr puasa Dawud sampai akhir hayat, Sa’id bin Al Musayyab selalu qiyamul lail selama 50 tahun.
Bersabar mendakwahkan itu jihad. Seperti Mush’ab taklukkan Madinah, Ibnul Jauzy islamkan 30.000 pagan, Fadlan Garamatan jelajahi Papua untuk berdakwah.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media