Oleh: Ahmad Sodikun, S.Pd.I, M.Pd.I
 
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Seorang lelaki yang sedang melakukan perjalanan merasa sangat haus. Ia menemukan sumur, lalu turun dan minum. Ketika keluar dari sumur, ia melihat seekor anjing terengah-engah, menjilat-jilat tanah kehausan. Lelaki itu berkata, anjing ini sangat haus sebagaimana yang kurasakan. Ia lalu turun ke sumur, memenuhi sepatunya dengan air. Digigitnya sepatu itu lalu ia naik ke atas. Air itu lalu diminumkan pada anjing yang sedang kehausan itu. Allah ta’ala memujinya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita mendapat pahala jika berbuat baik pada hewan?” Beliau menjawab, “Setiap perbuatan baik pada yang bernyawa ada pahalanya”.
Al-Hasan meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersifat kasih. Para sahabat berkata, kita semua pengasih. Beliau berkata, Bukan kasih sayang kalian pada diri kalian sendiri, tetapi kasih sayang kalian terhadap umat manusia secara umum. Tidak dapat menyayangi mereka semua kecuali Allah.
Abu Ubaidillah berkata, “Jika kalian melihat saudara kalian terkena hukuman Allah, jangan kalian mengutuknya, jangan kalian membantu syetan (dengan kutukan itu), tetapi katakanlah
اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ
“Ya Allah kasihanillah dia, Ya Allah ampunilah dia”
Asy-Sya’bi berkata, bahwa Nu’man bin Basyir naik mimbar, memuji Allah lalu berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Seharusnya kaum muslimin itu saling menasihati dan saling menyayangi. Mereka ibarat satu tubuh yang bila sakit salah satu bagiannya, maka tubuh itu tidak akan dapat tidur sampai rasa sakit itu hilang.”
Anas bin Malik bercerita, “Ketika Umar berkeliling untuk jaga malam, ia melewati rombongan yang baru datang, Ia mendatangi Abdurrahman bin ‘Auf. Apa maksud kedatanganmu malam-malam begini ya Amirul Mu’minin? Tanya Abdurrahman bin ‘Auf. Aku baru saja melewati rombongan yang baru saja datang, aku khawatir jika mereka tidur nanti datang pencuri. Ikutlah bersamaku untuk menjaga mereka, kata Umar. Mereka berdua lalu mendatangi rombongan itu dan berjaga sepanjang malam. Setelah masuk shubuh, Umar berseru berulang kali, ‘Hai anggota rombongan, shalat..shalatlah!’. Umar dan Abdurrahman bin ‘Auf baru pulang setelah para anggota rombongan terbangun dari tidur mereka.”
Seharusnya kita meneladani generasi terdahulu. Allah memuji para sahabat Nabi SAW karena kasih sayang yang terjalin di antara mereka:
رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ  الفتح:29
Bersifat kasih sayang di antara mereka
Mereka dahulu sangat kasih kepada kaum muslimin dan kepada semua makhluk, bahkan mereka juga menyayangi orang-orang kafir dzimmi. Kisah mengharukan yang diriwayatkan dari Umar ra bahwa ia melihat seorang tua miskin dari kaum kafir dzimmi meminta-minta di pintu rumah orang. Umar berkata, “Kami tidak berlaku adil terhadapmu. Kami mengambil jizyah sewaktu kau masih muda, sekarang kami menyia-nyiakanmu.” Lalu ia memerintahkan orang agar orang tua miskin itu diberi bantuan dari baitul mal untuk kebutuhan hidupnya.
Saudaraku, sungguh indah kehidupan yang dipenuhi dengan kasih sayang, kedamaian terasa disetiap penjuru kehidupan. Tidak ada yang dirugikan apalagi terdzalimi.
Tapi, hari ini kasih sayang terasa langka, tidak ada kedamaian, perang menjadi sebuah kebiasaan, pembunuhan terhadap sesama seolah hal yang biasa-biasa saja. Bagaimana Allah akan menurunkan kasih sayang-Nya, sedang manusia tidak menyayangi sesamanya.
Sebagian sahabat meriwayatkan:
اَلرَّاحِمُيَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمْ مَنْ فِى اْلأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ
Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Tuhan Ar-Rahman. Sayangilah yang di bumi niscaya yang dilangit akan menyayangi kalian” (kalimat ini juga merupakan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad).
Wallahua’lam.
(disarikan dari kitab Syathrun min Tanbihil Ghafiiliin bab Ar-Rahmah Wasy-syafaqah karya Syeikh Nashr bin Muhammad As-Samarqandi dengan sedikit gubahan)
ed : danw