Ummu Salamah bertanya pada Nabi, mengapa wanita tak disebut dalam Al Qur’an secara khusus layaknya lelaki. Maka turunlah surah Al Ahzab ayat 35 (H.R. Ahmad)
“Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar,
laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah,
laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)
Maka dari itu, turunnya ayat ini menegaskan bahwa baik laki-laki maupun perempuan jika melakukan perbuatan baik, sama-sama disediakan ampunan dan pahala yang berlimpah
“Sesungguhnya wanita asalah belahan tak terpisahkan (yang setara) dari kaum pria.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi)
Dalam banyak hadist, Islam memuliakan wanita, “Wanita hamil, melahirkan, menyusui, menyapih, mendapat pahala seperti terluka dijalan Allah. Mati dimasa itu syahid.” (H.R. Ibnul Jauzy)
Nabi adalah yang pertama membuka pintu surga. Seorang wanita mendahului beliau, ternyata dia mengasuh yatim sepeninggal suami.” (H.R. Abu Ya’la)
“Wanita yang hamil, melahirkan, dan menyayangi anak; lalu dia menegakkan shalat dan tak mendurhakai suami, pastilah masuk surga.” (H.R. Al Hakim)
“Mati dijalan Allah itu syahid, terkena wabah dan tenggelam syahid. Wanita yang melahirkan ditarik anaknya ke surga.” (H.R. Muslim)
“Wanita yang bersedekah pada suami dan anak yatim dalam tanggungannya mendapat dua pahala; pahala sedekah dan menyambung kerabat.” (H.R. Muslim)
“Lelaki itu pemimpin keluarga, wanita pemimpin rumah tangga suami dan anak-anaknya. Tiap kalian pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban.” (H.R. Muslim)
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media