Doa adalah permohonan atau permintaan. Doa senjata kaum mukmin. Doa merupakan kekuatan dan pegangan utama kaum lemah. Berdoa agar hajat kecil maupun hajat besar kita dapat dikabulkan oleh Allah SWT.
Seringkali berkesimpulan kekuatan doa bisa mengubah takdir, nasib, atau ketentuan Allah SWT. Sesuai hadist berikut :
“Tiada sesuatu pun yang dapat menolak takdir, kecuali doa. Dan tidak ada yang dapat menambah umur, kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya” (HR.Tirmidzi dan Hakim).
Hadist diatas masih diperselisihkan ulama. Sebab takdir ada yang tidak bisa diubah (taqdir mubram) seperti umur, jodoh, rezeki yang sudah diatur Allah swt.
Dan ada takdir yang berkaitan antar satu hal (takdir muallaq) seperti dari keluarga tidak mampu, dengan akal dan usaha, dapat merubah keadaan atau ketika dia sakit kemudian berobat maka akan sembuh.
Berikut point penjelasan maksud doa merubah takdir :
1. Kekuatan Doa yang Bagaimana yang Bisa Mengubah Takdir?
Allah SWT berfirman:
“…. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ” (QS. Albaqarah: 186).
Arti ayat diatas disiratkan, doa yang dikabulkan Allah adalah doa orang yang “memenuhi (segala perintah-Ku)” yaitu melaksanakan shalat, puasa, zakat dan sebagainya.
Kata “beriman kepada-Ku” yaitu percaya kepada Firman Allah swt dan Al Qur’an. Dan kata “selalu berada dalam kebenaran” yaitu tidak berbuat dosa atau melanggar larangan-Nya.
2. Takdir adalah sesuatu yang Ghaib
Takdir dari Allah SWT tak seorang pun bisa mengetahuinya. Bohong besar jika ada orang yang mengaku tahu masa depan, seperti para peramal atau paranormal itu!
“Jika sahabatku menyebut perkara takdir, maka hentikanlah mereka (membahas takdir)” (HR. Thabrabi).
Jadi, kita tidak tahu takdir apa yang ditentukan Allah buat kita, di dunia dan di akhirat. Tugas kita hanya tiga: ikhtiar (usaha), doa, dan tawakal yaitu berserah diri kepada-Nya setelah ikhtiar dan doa.
3. Doa disertai Ikhtiar (Usaha)
Ada sunatullah yang harus dipenuhi, maka doa saja tidaklah cukup. Tidak bisa kita hanya berdoa, lalu menunggu Allah mengabulkan doa itu. Tidak seperti itu syarat dan ketentuannya. Berdoalah, tetapi diiringi dengan usaha atau ikhtiar.
Saat rumah tangga sedang panas, lalu kita berdoa, “Ya Allah, buatlah agar suamiku mencintaiku.” Setelah berdoa, kita berharap suami kita langsung tiba-tiba mencintai kita. Tidak seperti itu. Kita harus tunjukkan rasa cinta terlebih dahulu kepada suami. Lakukan hal-hal yang bisa melembutkan hati suami.
Sebagaimana pesan dari Ibnu Athaillah dalam, Kitab Al-Hikam: “Bagaimana engkau menginginkan sesuatu Yang Luar Biasa, padahal engkau Sendiri tak mengubah Dirimu Bahasa Dari kebiasaanmu?”
4. Doa Merubah Ketetapan adalah Rahasia Allah
Pertanyaan semisal pernah diajukan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (ketua di Hai’ah Kibarul Ulama atau semacam MUI di Kerajaan Arab Saudi), dengan redaksi, “Apakah doa memiliki pengaruh mengubah apa yang ditetapkan Allah kepada manusia sebelum terjadi?”
Maka beliau menjawab, “Tidak diragukan lagi, bahwa doa memiliki pengaruh untuk mengubah apa yang telah ditetapkan Allah.
Akan tetapi, perubahan karena sebab doa itu pun sebenarnya telah ditetapkan Allah sebelumnya. Janganlah engkau mengira bahwa apabila engkau telah berdoa, berarti engkau meminta sesuatu yang belum ditetapkan.
Akan tetapi, doa yang engkau panjatkan itu hakikatnya telah ditetapkan dan apa yang terjadi karena doa tersebut, juga telah ditetapkan
5. Tetaplah Berdoa
Walaupun begitu tetap berdoalah. Sebab Allah SWT bisa melakukan apa saja, tanpa halangan. Dalam hadist shahih Muslim
“Sesungguhnya Tuhanku berkata padaku: Wahai Muhammad! Sesungguhnya Aku kalau sudah menentukan sesuatu maka tiada seorangpun yang sanggup menolaknya”. (HR. Muslim).
Dalam Al Qur’an dijelaskan hanya Allah yang mengetahui perkara takdir yang sudah dituliskan di Lauhul Mahfudz, termasuk perkara buruk.
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Ar-Ra’du:39).
Wallahu a’lam bish-showab.