Sifat sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna. Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq (kebenaran) dan sombong terhadap makhluk.
Di antara bentuk kesombongan terhadap manusia adalah sombong dengan pangkat dan kedudukannya, sombong dengan harta, sombong dengan kekuatan dan kesehatan, sombong dengan ilmu dan kecerdasan, sombong dengan bentuk tubuh, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Dia merasa lebih dibandingkan orang lain dengan kelebihan-kelebihan tersebut.
Islam Melarang Sifat Sombong
Berbicara orang sombong rasanya tidak sah tanpa menyebut nama Raja Namrudz di masa Nabi Ibrahim atau Firaun di masa Nabi Musa. Keduanya adalah contoh manusia angkuh di zamannya masing-masing.
Padahal saat itu, dengan penuh santun, Nabi Musa hanya bermaksud menanyai Firaun, sekira ia mau membersihkan diri. Apa daya, Firaun memilih berpaling dari kebenaran. Penyakit hatinya muncul. Ia menantang Musa sekaligus mengaku sebagai Tuhan yang layak disembah.
Sifat sombong dilarang didalam Islam sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya.”
Sabda Nabi saw, “Sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain”. ( Syarh Riyadus Shaalihin, II/301).
Biasanya orang sombong dengan menolak sebagian al haq (kebenaran) yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan akalnya termasuk kekafiran seseorang.
Mengganti Sifat Sombong dengan Tawadhu’
Kebalikan dari sikap sombong adalah sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya,
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)
Sifat tawadhu’ inilah yang akan mengangkat derajat seorang hamba, sebagaimana hadist nabi, “… Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
Termasuk buah dari ilmu yang paling agung adalah sifat tawadhu’. Tawadhu’ adalah ketundukan secara total terhadap kebenaran, dan tunduk terhadap perintah Allah dan rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan.
Kemudian sifat tawadhu’ terhadap manusia dengan bersikap merendahkan hati, memperhatikan mereka baik yang tua maupun muda, dan memuliakan mereka. Kebalikannya adalah sikap sombong.