Oleh : Adi Setiawan, Lc., MEI
Suatu malam, seorang anak yang shaleh membaca ayat pertama dan kedua surat Al-Muzzammil:
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (١) قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا
Wahai orang yang berselimut, Bangunlah di malam hari walaupun sebentar.
Kemudian ia bertanya kepada ayahnya,
“Wahai ayah, apa maksud ayat di atas? Apa arti “qumil laila?”
Ayahnya menjawab: “Itu hamba Allah Swt. yang shalat tahajud di malam hari.”
Si Anak bertanya lagi: “Kenapa aku tidak pernah lihat ayah tahajud?”
Ayahnya menjawab: “Ayat ini khusus buat Nabi Muhmmad Saw.”
“Kalo begitu, bagaimana dengan ayat,
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Mereka orang-orang yang sangat sedikit tidurnya pada malam hari dan memperbanyak istighfar di waktu sahur“. QS. Adz-dzaryat: 17-18
Siapakah mereka? Tanya si anak.
“Mereka adalah orang-orang mukmin.” Kilah ayahnya.
Si Anak makin penasaran, “Oh.. ayah kan orang mukmin, kenapa ayah tidak tahajud?.”
“Baiklah sayang, engkau menjadi saksi malam ini ayah akan tahajud.” Jawab sang ayah meyakinkan anaknya.
Percakapan belum berakhir, si anak berkata lagi, “ayahku sayang, jika nanti ayah sudah bangun untuk tahajud, tolong bangunkan aku juga.
“Mau apa engkau sayang?”
“Aku mau tahajud bersama ayah.”
Namun Sang Ayah menolak, “anakku sayang, engkau masih muda, masih kecil belum wajib shalat, apalagi shalat tahajud ini hukumnya sunnah, tidurlah sampai esok pagi. Biar badanmu menjadi segar di waktu bangun.”
Si anak beralasan, “Ayah, jika nanti, saat hari kiamat tiba. Kemudian Allah Swt. Tuhan kita membangkitkan aku dan bertanya; “Wahai hambaku kenapa engkau tidak pernah tahajud sewaktu di dunia dahulu?”
Relakahah ayah, jika  aku menjawab pertanyaan Allah ini, “Ya Allah ampunilah aku, aku dahulu tidak tahajud, bukan karena aku tidak mau, melainkan karena dahulu ayahku menghalangiku. Bahkan menyuruhku tidur sampai pagi.
Momentum akhir tahun ini menjadi waktu yang tepat untuk introspeksi diri. Bagaimana kualitas ibadah kita selama ini? Sudahkan kita mengajarkan kepada anak-anak kita tentang sholat? Lebih-lebih sholat tahajudnya? Bagaimana idealnya kita, sebagai seorang muslim melewati malamnya?
Bisa jadi selama ini kita telah kehilangan waktu malam kita sebagai hamba Allah. Firman Allah Swt. dalam surat An-naba ayat 10 dan 11:
و جعلنا الليل لباسا
Dan kami jadikan malam sebagai pakaian.”
Allah Swt. jadikan malam agar makhluk berhenti dari aktifitasnya. Malam menjadi waktu untuk istirahat, sekaligus untuk mendekatkan diri dan bermunajat kepada Allah.
Setelah seharian mancari karunia-Nya, sebuah  kenikmatan tersendiri. Sebagaimana Allah menjadikan fungsi siang dalam firman-Nya:
و جعلنا النهار معاشا
Dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”,
Disinilah Islam memposisikan malam, sebagai waktu untuk istirahat dan taqarrub kepada Allah. Inilah malam-malam orang muslim. Sejatinya.
Namun maaf, lihatlah realita sekarang. apa yang terjadi malam-malam orang muslim? Sungguh menyedihkan.
Malam-malam orang muslim bergeser, menjadi waktu untuk sekedar bersenda gurau, bermaksiat, melalaikan, bahkan hura-hura hanya untuk merayakan tahun baru. Sehingga malam jadi siang, siang jadi malam. Dan akhirnya hilanglah fungsi malam bagi seorang muslim untuk mengadu kepada Robbnya.
Sekaranglah momen kita untuk bertaubat kepada Allah dari segala kelalaian kita, dan membuktikan taubat kita dengan memperbanyak shalat malam kita. Waallahu a’lam.