JAKARTA–Polisi Israel menutup Masjid Al-Aqsha di Yerussalem dan melarang Muslim Palestina melaksanakan shalat Jumat kemarin (14/7/2017). Majelis Ulama Indonesia (MUI) berpendapat, Israel semakin berani sampai menutup Masjid Al-Aqsha karena Bangsa Arab tidak bersatu lagi.
Ketua MUI bidang Hubungan Luar Negeri, KH Muhyidin Junaidi mengatakan, untuk menyelamatkan Masjid Al-Aqsha seharusnya negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) bersatu. Tujuan utama didirikannya OKI memang untuk menyelamatkan Masjid Al-Aqsha.
“Seharusnya Organisasi Konferensi Islam mengadakan sidang mendadak menanggapi kebijakan Israel yang anti HAM,” kata KH Muhyidin, Sabtu (15/7/2017).
Dia menegaskan, Israel sudah puluhan kali melakukan tindakan kekerasan dan kesewenang-wenangan terhadap Palestina. Kali ini Israel sudah sangat melampaui batas, menutup Masjid Al-Aqsha.
Akan tetapi, lanjut KH Muhyidin, saat ini, Israel tahu betul Bangsa Arab sudah tidak bersatu lagi. Bangsa Arab satu sama lain saling cakar menyakar. Sehingga, Israel sekarang sangat congkak dan arogan.
Salah satu tujuan didirikannya OKI memang untuk menyelamatkan Masjid Al-Aqsha. Tapi, negara yang tergabung dalam OKI di Timur Tengah sedang saling cakar, terutama negara-negara yang ada di teluk. Jadi, kondisi seperti ini dimanfaatkan Israel.
“Qatar dengan Saudi dan sebagainya (saling cakar), sehingga ini dimanfaatkan oleh Yahudi Israel untuk melakukan penekanan,” ujarnya.
Muhyidin menambahkan, apalagi saat ini ada isu Saudi Arabia akan membuka hubungan dagang dengan Israel. Bahkan wilayah udara Saudi Arabia sudah bisa dilalui pesawat sipil Israel. Jadi, Israel memanfaatkan kesempatan ini.
Pemerintah Israel yang menutup masjid Al-Aqsa pada jumat telah melanggar Resolusi PBB terkait Situs Suci Keagamaan Palestina.
Ini merupakan kali pertama kompleks tersebut ditutup untuk shalat setelah 48 tahun.
Bahkan yang lebih memilukan, jemaah yang hendak shalat kini malah diharuskan untuk melewati serangkaian pemeriksaan sebelum masuk ke masjid.
“Kami tidak membenarkan apa yang terjadi saat ini. Ini masjid kami dan kami menolak untuk masuk melalui gerbang elektronik. Hal seperti ini seharusnya tidak pernah terjadi kepada kami,” kata Abu Mohammed, pemilik klinik kecil di kompleks itu, demikian seperti dilansir dari laman Al-Jazeera.
Sumber: Republika