Dalam memperbaiki hubungan, ada hal-hal yang tak harus kita katakan. Betapapun penting dan/atau menyakitkan. Itulah yang diajarkan si tampan Yusuf.
Ketika sudah menjadi salah seoranf penguasa Mesir, Yusuf meloncatkan cerita tentang dibuangnya dia ke sumur oleh saudara-saudaranya. Yusuf berujar, “Sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia mengeluarkanku dari penjara” (Q.S. Yusuf : 100). Yusuf tidak berkata, “Ketika Dia mengeluarkanku dari sumur.
Sebab kata ‘sumur’ akan menusuk hati saudara-saudaranya. Melukai nurani mereka dalam sesal dan malu. Dengan ridha Yusuf membiarkan cerita tentang kezaliman saudara-saudaranya dikubur bersama kemaafan yang dihulurkan.
Ketika Yusuf bertemu bapaknya kembali yaitu Nabi Ya’qub, Yusuf menaikkan ke singgasananya. Ketika itu, Ya’qub dan istrinya beserta sebelas anaknya tidak sanggup menahan dirinya untuk sujud sebagai penghormatan kepada Yusuf. (Q.S. Yusuf : 100)
Dan ingatlah Yusuf akan kiasan mimpinya terdahulu maksud 11 bintang, bulan dan mentari yang sujud. Maka Yusuf berujar, “Ayahanda tercinta, inilah takwil mimpiku yang dahulu. Sungguh Allah telah mewujudkan jadi nyata.” (Q.S. Yusuf : 4)
Teringat kembali penjara yang gelap dan pengap, dimana Yusuf bawakan cahaya untuk dua penghuni lainnya yang nyaris putus asa. Jujur dan ilmumu tentramkan mereka. Yusuf berujar, “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” (Q.S. Yusuf : 31)
Tetapi demikianlah Allah Maha Mengatur, agar kemunculanmu tepat waktu. Ketika negeri membutuhkan pahlawan penuh ilmu, maka kau tak ragu mengambil peran itu. Berawal dari bendaharawan mesir kala itu (Q.S. Yusuf : 55), jabatan pemerintahan mesir diambil saat isinya kepahitan dan penuh tanggungjawab mematikan.
Kemudian saat saudaramu terkena paceklik dan hendak meminta bantuan kepada pejabat mesir yang ditemuinya yaitu engkau Yusuf sendiri, yang tak diketahui mereka, maka yang diambilmu adalah melepas rindu dengan saudara-saudaramu. Bukan tergoda balas dendam.
Ditambah betapa sabarnya Yusuf. Kau tahan murka saat saudara-saudara yang meminta bantuan tadi memfitnah adik kandung Yusuf dan Yusuf sendiri. Kala bersepuluh saudara berkata, “Adiknya pencuri, kakaknya, Yusuf pun maling!” (Q.S. Yusuf : 77)
Yusuf tahu adik kandungnya Bunyamin dari ibu yang sama (Q.S. Yusuf : 8) tak terbukti seperti itu. Pialang raja mesir malah terlihat tergeletak dikarung mereka.
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Suatu ketika Rasulullah pernah ditanya tentang orang yang paling mulia? Beliau menjawab, “Yaitu orang yang paling bertakwa.” Maka para sahabat berkata, “Bukan ini maksud pertanyaan kami?” Beliau pun bersabda, “Yaitu Yusuf seorang Nabi Allah, putera Nabi Allah (Ya’qub), putera dari putera penghulu Nabi Allah (Ibrahim).”
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillaj, ProU Media